"Ice princess udah datang, gue nunggu dari tadi loh." Natty, menyambut sahabatnya, yang baru saja datang.
Julukan Ice princess itu, bukan berarti Serena adalah gadis yang dingin. Tapi karena dia, sulit di dekati oleh cowok-cowok.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Serena itu, sulit di dekati jangan heran jika sudah banyak, cowok yang cintanya di tolak oleh Serena.
"Lo, udah pesen minum?" tanya Serena, yang menyaksikan Natty, tengah menari dengan enerjik.
"Dikit, cuman lima gelas," jawab Natty dengan entengnya, dia masih bisa mendengar Serena tengah tertawa di sana.
Serena hanya tertawa pantas saja, Natty telah menjadi gadis yang enerjik, dia bahkan telah meminum lima gelas minuman.
"Buruan pesen, biar kita happy." Natty, menyuruh Serena untuk ke memesan minuman.
"Ya, gue bakal pesen tapi ntar dulu, jangan sekarang." Serena masih memperhatikan Natty.
"Gue kadang, selalu menyesali kenapa gue mesti putus dari Jodan." Natty tiba-tiba menangis, walaupun sambil menari mungkin orang lain, akan menganggapnya gila.
"Dia selingkuh Nat, lo gak perlu sedih karena bajingan itu." Serena menengguk bir miliknya, dia masih mengawasi Natty tentunya.
"Tapi gue, cinta sama dia, Re."
"Cinta, gue rasa bukan itu lo tau kan Jordan itu kaya Nat, sejak awal lo bilang itu, lagi pula dia ninggalin lo demi cewek lain." Serena tau, sejak awal tujuan Natty menggoda Jordan, hanya demi uang.
Bisa dibilang Natty adalah seorang gold digger, tapi Serena juga terkadang mendapatkan kemudahan karena Natty dekat dengan Jordan.
Jordan sendiri adalah tipe cowok yang royal, dia akan memberikan apapun yang di mau oleh Natty, asalkan dia selalu punya waktu untuk Natty.
"Iya, sekarang gue butuh duit dia, bukan orangnya." Natty tertawa, diiringi sebuah tangisan.
"But, lo bakal diam aja liat Jordan di ambil sama cewek kaya papan tulis itu." Serena tau, Natty adalah orang yang mudah terpancing.
"Gue punya ide, yang lebih bagus tentang itu." Natty mengajak Serena untuk bersulang, Serena dengan enggan membalasnya.
"I see, gue bakal tunggu ke depannya." Serena tertawa di akhir kalimatnya.
***
Apartemen terlihat sangat sepi, Jake baru saja pulang dari rumah Sem, mereka bertiga baru saja mengerjakan sebuah proyek untuk tugas kelompok.
"Tumben Serena, gak ada?"
Gadis itu, biasanya selalu duduk di ujung ruang makan, tentunya dengan segelas susu tapi lihatlah sekarang dia tidak ada di sana seperti biasanya.
"Badan lo, itu gede jadi minggir ya." Serena mendorong Jake, untuk minggir dari jalannya.
"Lo, abis dari mana?" Jake memperhatikan cara berpakaian Serena, yang tidak seperti biasanya.
Jaket denim berpadu dengan sebuah baju crop top, serta celana pendek di atas lutut, jangan lupakan tentang sepatu boots yang di kenakan oleh Serena.
"Gak perlu tau, sejak awal kita gak saling kenal kan?" Serena tanpa bersalah meninggalkan Jake, yang masih mematung di tempatnya.
"Maksud lo apa, gue suami lo gue berhak tau." Jake mengejar Serena yang berniat masuk ke kamarnya.
Dia mencengkeram erat lengan Serena, Jake dapat dengan jelas mencium aroma alkohol dari Serena.
"Suami, kita cuman orang asing yang terpaksa harus menikah di usia muda, itu semua demi kepentingan keluarga." Serena menghempaskan tangan Jake, jadi begini kelakuan asli dari Jake Gyllenhaal.
Dunia sudah gila, bagaimana mungkin mereka mempersatukan orang yang egois dan keras kepala, untuk memiliki sebuah ikatan.
Jake awalnya pikir, Serena bukanlah gadis pembangkang tapi justru sebaliknya, dia bahkan terlihat tidak seperti ekspektasi Jake.
"Kenapa, kaget liat sikap asli gue, hah!" Serena langsung masuk ke kamar, dia tidak mau berurusan lagi dengan Jake.
Jake menggerang dengan kesal, kenapa dia harus menikah emosinya bahkan masih tidak stabil.
"Tolol, kenapa gue harus terjebak sama cewek kayak Serena, kenapa." Jake menarik rambutnya dengan kasar, rasanya semua ini terlalu berat.
Di tambah dengan sikap asli Serena yang sungguh menyebalkan, perjodohan ini seharusnya tidak ada, hidupnya pasti akan lebih baik, tanpa semua ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
MINE
FanfictionJake Alejandro cowok tampan, sekaligus kapten basket yang terkenal di sekolahnya, terpaksa harus menikah. Semua itu, atas dasar hutang Budi Papahnya sewaktu dulu. Di lain sisi, Serena Williams tidak bisa menolak perjodohan tersebut, karena itu bagia...