Bertemu Si Kembar.

323 64 0
                                    

Tepat pukul empat sore, Ethan dan Evan pulang ke rumah. Wajah keduanya tampak lesu dan lelah, ketika sudah masuk dan menutup pintu alangkah terkejutnya mereka berdua tiba-tiba melihat bocah seperti kurcaci muncul di hadapan mereka. Bocah itu tengah mendongak, menatap ke arah mereka berdua. Ethan dan Evan yang bingung ini anak siapa, kenapa berada di rumah mereka pun saling melempar tatapan heran.

"Tuan Abel, jangan berlari nanti anda jatuh." Anna datang dengan napas terengah-engah karena mengejar Abel.

Sat Anna mengikuti arah pandang Abel, seketika itu juga Anna reflek menegakkan tubuhnya.

"Selamat datang tuan muda."

"Siapa anak ini?" tanya Evan, meminta jawaban pada Anna.

"Ini Abel, anak dari tamu tuan besar."

Saat Evan kembali menunduk, mata mereka bertemu. Bocah itu lucu, pikirnya. Selain matanya yang bulat, tubuhnya juga bulat. Jika ditendang bisa saja bocah itu menggelinding saking bulatnya.

Evan berlutut guna menyamakan tingginya dengan Abel, "Kamu Abel ya? Aku Evan."

Mata Abel beralih ke Ethan yang sedari tadi hanya memandanginya dari atas, "Kenapa Evan ada dua?" 

Mendengar celetukan Abel ingin rasanya Evan tertawa kencang, bocah ini benar benar lucu sekali.

"Hanya aku yang Evan, dia namanya Ethan." ucap Evan sambil menunjuk Ethan.

"We're twins." timpal Ethan.

"Kembar?" matanya mengedip lucu.

"Iya. Ayo kita ke orang tuamu." Ethan gandeng tangan Abel sambil mencari orang tua bocah itu.

Setelah sampai di ruang tamu, Ethan melihat seorang perempuan tengah mengobrol sambil tertawa dengan ayahnya. Serena dan Edward yang melihat ketiga memasuki ruang tamu pun tersenyum.

"Sepertinya kalian akrab." Edward terus tersenyum saat melihat Ethan menggandeng Abel sedari tadi.

"Ah, tadi kita bertemu dengannya di pintu."

"Gantilah baju kalian, lalu turun kembali ke sini."

Ethan melepaskan tangan Abel membuat Abel langsung berlari menghampiri sang mama.

.
.
.
.

Malam tiba, sekarang mereka sedang makan malam bersama. Dua keluarga yang berbeda berkumpul di satu meja makan, meskipun belum resmi menjadi keluarga, para pelayan sudah seperti melihat tuan dan nyonya serta ketiga anaknya.

Abel duduk di antara Ethan dan Evan, karena tubuhnya yang pendek ia tidak bisa menjangkau meja makan dengan benar, jadi dia duduk di baby chair milik si kembar dulu.

Evan yang mempunyai jiwa sosial yang tinggi dapat dengan mudah akrab dengan Abel, buktinya saat ini dia sesekali menyuapi Abel daging dari piringnya. Ethan sendiri belum terlalu dekat dengan Abel, karena pribadinya yang agak dingin, mungkin, jadi bocah itu tidak minat padanya.

Di sisi lain, Edward gugup setengah mati, baru kali ini merasakan gugup di depan anak anaknya, rencananya setelah makan malam selesai Edward ingin memperkenalkan Serena para mereka. Ia alihkan pandangannya untuk menatap Serena yang sudah tersenyum manis padanya, seperti sudah tahu apa yang sedang dirasakan Edward.

"Ada yang ingin ayah bicarakan."

Semua perhatian tertuju pada Edward, ia hembuskan nafasnya dan mencoba terlihat tenang.

"Ayah... akan menikah lagi."

Ah... Ethan tau.

"Dengan dia?" Ethan memberi jeda pada ucapannya, sebelum ia kembali berbicara.

"Itu alasannya ada seorang wanita di sini?" lanjut Ethan dengan nada ketus.

"Namanya Serena, Ethan. Jangan bicara kurang ajar pada yang lebih tua."

"Aku tidak tahu namanya."

"Sekarang kau sudah tau."

"Kenapa ayah melakukan ini? Apa ayah sudah tidak mencintai ibu?" tanya pemuda itu dengan raut wajah kecewa.

"Ethan... ayah mencintai ibu kalian, ibu akan selalu dikenang atas jasanya pada kita. Tapi keputusan ayah ini sudah final, tidak bisa diganggu gugat."

"Aku selesai." Ethan berdiri dan meninggalkan yang lainnya.

Fakta bahwa ayahnya akan menikahi wanita lain membuat hatinya sedih, ia sedikit tak rela ada orang lain yang menggantikan ibunya di rumah ini. Setiap sudut rumah terdapat kenangan tersendiri bersama Ibunya sebelum ia pergi meninggalkan mereka selamanya.

Serena menunduk, ia tahu pasti akan sangat sulit untuk membuat si kembar menerimanya secepat ini, meskipun mereka sudah menerima Abel.

"Jangan sedih tante, Ethan cuma butuh waktu."

Serena kembali mendongak saat Evan mencoba menenangkan dirinya dengan tutur kata yang lembut.

"Maafkan Ethan ya, Serena."

"Tidak apa, Aku paham." Serena membalas dengan senyum terbaiknya, jiwanya bertekad akan meyakinkan Ethan untuk merestuinya.





















to be continue.

Kita kasih Serena restu Ethan atau engga ya? 🤭

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Our Precious Abel.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang