Jangan lupa follow, vote and komen ya guys😊
Semoga kalian suka sama cerita ini.
Happy reading😉
~Jika ketenangan bisa didapat dengan mempertaruhkan kesehatan, maka aku lebih memilih untuk merusak kesehatanku demi bisa mendapatkan ketenangan.~♡ARSYLA BILQIS RUMMAYA♡
Setelah kejadian siang tadi, Syla yang merasa tak betah dirumah memilih pergi untuk menghilangkan pusing di kepalanya.Dia berencana pergi ke salah satu club, yang sering ia datangi bersama sahabatnya, tapi kali ini dia ingin pergi sendiri.
Syla pergi mengendarai motor sport hitam kesayangannya, yang diberi nama Bucky. Dia mengendarai motornya dengan ugal-ugalan dan tak memperdulikan para pengendara lain yang memaki serta menyumpah serapahi gadis itu.
Yang dia inginkan adalah segera sampai di tempat tujuan dan menghilangkan beban di otaknya itu.
"Sampe kapan sih Papa main gila terus, mana sama Mak temen gue lagi. Kalo udah nggak sayang sama Mama kenapa nggak cerai aja? Kenapa seakan-akan nggak mau lepas dari Mama, tapi Mama selalu disakitin terus. Seenggaknya kalo nggak bisa ngebahagiain, ya jangan nyakitin lah. Ini apa? Udah nyakitin luar dalem, nggak bisa ngebahagiain pula. Punya bapak kok hati sama otaknya kaga ada" gerutu Syla yang terus menancap gas motornya.
"Gue capek, dari dulu liat mereka berantem terus tiap hari. Mereka pikir gue nggak butuh kasih sayang apa? Pantesan aja Abang jarang pulang, pasti dia udah muak banget." Gadis itu terus mengoceh di sepanjang perjalanannya, dan tak lama kemudian, akhirnya dia pun sampai di club langganannya.
Dia memakirkan motornya, dan melepaskan helm yang di kenakan. Lalu Syla turun dari motor dan berjalan memasuki club tersebut.
Saat baru saja menginjakkan kaki di dalam club, semua mata langsung tertuju padanya.
Syla berdecak kesal saat melihat dirinya ditatap sedemikan rupa oleh para penghuni club, namun dia mengacuhkan hal itu, dia lebih memilih berjalan menuju meja bar.
Setelah itu, ia pun mendudukkan diri di kursi yang sudah disediakan. "Bang, kayak biasa ya, tapi kadar alkoholnya 60%. Gue mau 3 botol," ucap Syla pada bartender yang ia kenali.
"Sy, itu terlalu tinggi. Kalo lo kenapa-napa gimana? Jangan sembarangan deh," sahut Air selaku bartender disana.
Brak
Syla menggebrak meja bar dengan kuat, hingga membuat seluruh penghuni club menoleh kearahnya. Dia menatap Air dengan tatapan datar. "Cepetan, gue juga mau ruang VIP, dan nggak usah banyak bacot!"
Air menelan ludahnya susah payah, jika sudah seperti ini, dia hanya bisa patuh. Pemuda itu mengambil 3 botol minuman keras, dengan kadar alkohol yang Syla minta.
"Nih, kalo ada apa-apa, lo bisa panggil gue," ucap Air seraya memberikan minuman itu dan juga kartu akses untuk ruangan VIP.
"Hm, thank." Syla langsung melenggang pergi tanpa mau mendengar balasan dari Air.
Syla berjalan angkuh, dia tak memperdulikan tatapan-tatapan lapar dari para pria hidung belang disana.
Sesampainya di depan pintu ruang VIP yang ia pesan, Syla pun langsung membuka pintu dengan menggunakan kartu akses tersebut.
Pintu pun terbuka, dan dia memasuki ruangan yang minim cahaya itu, lalu menutup kembali pintu tersebut.
"Emang paling bener gue sendirian kesini, kalo sama Fanya pasti dah ngoceh dia," monolog gadis itu.
Syla berjalan kearah sofa yang tersedia, lalu mendudukkan diri dan menaruh 3 botol miras yang ia bawa keatas meja.
Sebenernya didalam ruangan itu sudah tersedia, tapi dia tidak suka selain minuman yang langsung ia pesan pada bartender. Entah mengapa rasanya berbeda, lebih enak yang diracik oleh bartender.
Dia membuka satu botol, dan mengambil gelas kecil yang sudah disediakan.
Lalu dia menuangkan minuman itu kedalam gelas, dan meminumnya dengan sangat rakus.
"Ahhh!" desahnya kala minuman itu turun ke lambung.
Sensasi panas dari alkohol mengalir dari tenggorokan hingga sampai ke lambung. Ini adalah rasa yang sangat ia sukai, panas tapi sangat nikmat.
Syla menyenderkan tubuhnya, lalu ia melempar gelas yang ia pegang ke sembarang arah, hingga gelas itu pecah berkeping-keping.
"Gue rela ngerusak kesehatan, cuma buat dapet ketenangan. Gue nggak yakin jeroan gue masih sehat," kekeh Syla.
Gadis itu mengambil botol minuman keras itu dan meminum isinya hingga tersisa separuh.
"Gue kayak gini gara-gara kalian, andai kalian nggak ribut tiap hari, pasti gue nggak akan jadi urakan kek gini. Terutama Papa, dia yang paling bikin gue sakit hati, gue kecewa." Syla mulai mabuk, kadar alkohol yang tinggi membuat dia cepat hilang kesadaran.
Gadis itu terus mengoceh, tertawa dan menangis. Sungguh miris hidupnya itu, ingin hidup layaknya remaja pada umumnya, tetapi dia hidup di keluarga yang tidak sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan Hijrah ARSYLA
Random(Novel ini diangkat dari kisah nyata seseorang, tapi tidak semua ku tuliskan. Ini juga merupakan cerita halu seseorang itu.) Kisah seorang gadis dengan luka yang menemani setiap langkahnya. Retaknya hubungan kedua orang tua, sangat mempengaruhi hidu...