13. Badai Teror

98 21 0
                                    

"Semakin manis hubungan maka akan semakin kencang badai yang menghadang."

Kejadian ini nyatanya tidak berhenti sampai disitu, kemarin malam rumah mereka kembali kedatangan gangguan. Jika kemarin pagi mereka dilempari bangkai tikus, tadi malam rumah mereka dilempari batu. Beberapa kaca rumah Praba menjadi korban gangguan mereka. Jelas hal itu membuatnya terjaga sepanjang malam. Apalagi Kala yang ketakutan setengah mati membuat dirinya lebih tidak tenang lagi.

Maka tak banyak kata pagi ini setelah mengantarkan Kala ke tokonya, dirinya langsung bertandang ke rumah Mas Surya. Hal ini harus dibicarakan dengan Kangmasnya agar bisa bertemu jalan keluar. Mengatasi kelompok ini tidak bisa dengan mengandalkan otot saja, jelas akan kalah jumlah. Ini harus diberantas hingga akar-akarnya jika tak ingin ada gangguan lagi ke depannya. Sungguh memuakkan sekali bedebah bedebah ini.

Setibanya di rumah Mas Surya, Praba langsung berbicara pada intinya. Karena menyangkut kerjaan mereka langsung menuju ruang kerja Kangmasnya itu. Melihat dari raut muka Praba tentunya ini bukan kabar baik. Untung saja pagi ini Erina tak ada di rumah, jadi semuanya jauh lebih aman.

"Ada apa, gak biasanya ke sini tanpa tak panggil."

"Mas belum tahu tah? Rumahku habis di teror habis-habisan."

"Siapa yang berani nyerang kamu terang-terangan?" tanya Surya keheranan.

"Anak buah si keparat, kayaknya gara-gara kita ambil proyek pembangunan nok wilayah e."

"Kurang ajar, mereka buat apa ae?"

"Kemarin pagi ngelempar bangkai nok depan rumah, terus malam e ngelempar batu nok rumah."

"Istrimu aman kan?"

"Aman lah, cuma dia ketakutan semaleman. Soale mereka gak mandek ngelempar batu. Sampe beberapa kaca nok rumah pecah," terang Praba menahan emosi.

"Biar Mas yang urus, kamu jagain istrimu. Mereka ini gak akan berhenti lek gak di beresno langsung."

"Mau sampean apakno mereka."

"Tak beresno lah," sengak Surya.

"Lakaran lapo seh njupuk proyek iki, Mas?" tanya Praba heran.

"Koneksi Pra, gak selamanya kita bisa ngurus semuanya sendiri. Kita juga butuh dukungan seng kuat, nah proyek seng iki bisa lah buat kita dapet relasi."

"Kali ini yang ngatasi langsung aparat ngunu?"

"Iyaa, kita gak perlu repot repot turun tangan."

"Mas kayak yakin ae lek mereka seng nanganin bakal beres ae, seng ada malah tambah melebar."

"Kali ini orang yang bikin proyek jabatan e cukup berpengaruh, dadi bakal lebih gerak cepet mereka."

"Awas ae kalau kayak seng udah udah, aku milih mundur," ancam Praba yang meragukan ucapan Mas Surya.

"Iya, lek mereka gak beres kerja e dirimu bisa mundur."

"Yaudah, lek gitu aku langsung balik."

"Kalau ada apa-apa langsung kabari Mas," peringat Mas Surya.

Praba pun langsung menuju mobilnya dan kembali menuju toko Kala. Mengingat kejadian kemarin cukup m membuatnya was-was kalau meninggalkan istrinya seorang diri. Apalagi letak toko Kala cukup jauh dari pemukiman, meskipun saat siang seperti ini pasti banyak orang yang berlalu lalang, tapi dirinya lebih ke antisipasi biar tidak ada hal buruk yang menimpa mereka.

Sedari tadi perasaannya cukup gelisah, meskipun mereka terhitung pasangan yang tidak pada umumnya, namun ketika sang istri belum membalas pesannya membuat Praba cukup khawatir. Biasanya sesibuk apapun Kala tak akan mengabaikan pesan darinya. Namun ini pesannya belum ada satupun yang di balas, semakin membuat Praba cemas bukan main. Seketika Praba langsung mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Peduli setan dengan umpatan yang didapatkan di sepanjang perjalanan.



Ruang BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang