"Alam semesta berada dibawah kendaliku, kekuatan agung ini adalah simbol kebesaran ku, tundukkan kepalamu kepada sang suci ibu dari seluruh kehidupan, yaitu aku. " -Aqiel'Leardo Kaidan
Tinggalkan jejak vote and comment
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-Tandai jika ada typo- . . Happy reading . .
Manik kuning keemasan nya menatap takjub kearah sosok mungil bagaikan gumpalan daging, bagaimana tidak pipi chubby nya yang seakan tumpah kebawah membuat Arthur menatap lekat sosok Aidan yang tertidur diatas dahan pohon tidak jauh dari tempatnya berdiri.
Sekeluar nya Aidan dari ruang kerja Raja Theo, dirinya lebih memilih jalan dengan kaki kecilnya entah kemana mengikuti setiap langkah yang membawanya mengelilingi setiap lorong istana, hingga iris biru nya menatap kearah sebuah taman yang tak jauh dari tempat pelatihan dimana terdapat beberapa pohon yang tak terlalu besar dan tinggi namun memiliki dahan yang kokoh dan dedaunan yang lebat.
Entah kenapa Aidan hanya diam dan menatap pohon tersebut yang seakan menarik perhatiannya, tanpa sadar kakinya mulai membawanya melangkah lebih dekat dan 'happ' hanya sekali lompatan dirinya sudah duduk nyaman diatas salah satu dahan pohon yang membuat jiwa jiwa malasnya keluar.
Aidan merasa cukup nyaman diposisi nya, angin sepoi sepoi yang menerpa wajahnya sangat cocok untuk siang hari yang panas ditambah dedaunan lebat yang menutupi akses cahaya membuat Aidan semakin menikmati nya, bahkan kini ia sudah mencari posisi nyaman untuk tidur hingga akhir nya mendapatkan posisi pas dan langsung memejamkan kedua matanya.
Arthur tanpa sadar menatap wajah indah Aidan dengan lekat tanpa berkedip sekalipun, langkah nya kini mendekat kearah pohon yang Aidan tempati hingga kini dirinya tepat berada didepan wajah Aidan, melihat wajah damai Aidan yang tertidur.
Senyum manis tercetak dibibirnya, Arthur benar benar terpukau menatap sosok Aidan, rambut putihnya yang sangat langkah dan jarang ia temuin, bulu mata yang lentik, bibir kecil semerah cherry namun memiliki lidah yang tajam sangat berbanding terbalik dengan wajahnya.
Namun Arthur akui Aidan sangat cantik, bahkan dirinya sempat salah mengira bahwa Aidan adalah wanita namun kenyataan menampar nya kalah Darell mengatakan bahwa Aidan adalah laki laki. Lama menatap Aidan tanpa Arthur sadari bahwa Aidan kini sudah menatapnya.
"Sudah puas menatap ku, putra mahkota. "
Arthur gelagapan dan menjauhkan wajahnya dari Aidan, ahh sial ia ketahuan tengah menatap Aidan, sungguh malunya.
Aidan membuka mata nya, kini iris biru laut ya tengah menatap tajam Arthur mencoba untuk mengintimidasi yang sayang nya malah keliatan imut dimata Arthur.
Arthur terkekeh menatap Aidan, ahh sungguh gumpalan daging nya tersebut sangat lucu.
"Maaf, maaf, aku hanya memastikan bahwa gumpalan daging yang kulihat ternyata adalah sosok kucing yang imut. " dapat Arthur lihat ekpresi kebingungan Aidan yang membuatnya semakin menggemaskan,
"Akhh... Kenapa ia sangat imut sekali!!, uhh ingat Arthur ia masih kecil! "sungguh Arthur merasa ingin sekali menggigit pipi Aidan yang sangat menggoda imannya.
"Gumpalan daging? Kucing? Mana, dimana mereka kenapa aku tidak melihat ya disini? " Aidan yang memang sedikit polos tentu tidak mengetahui apa maksud ucapan Arthur namun ekpresi itu justru malah semakin membuat Arthur tertawa karena tidak sanggup menahan nya.
Arthur yang tadinya menahan tawa kini pecah sudah, Aidan nya sungguh polos dan lucu, sangat menggemaskan dan ingin dia kurung hanya untuk dirinya sendiri.
Aidan yang melihat Arthur tertawa hanya diam, dirinya menatap pria didepannya dengan pandangan aneh, tidak ada yang lucu namun kenapa Arthur tertawa, ah mungkin karena efek racun membuat nya sedikit dongo.
Arthur menghentikan tawa nya, ia menatap Aidan yang masih tetap berada didahan pohon tersebut seperti tanpa ada niat turun dari sana.
"Gumpalan daging apa kau masih ingin diatas terus, hmm? " ucap Arthur dengan mengulurkan tangannya berharap Aidan meraihnya dan turun.
Namun sayang beribu sayang, alih alih digenggam, tangan Arthur malah ditepis kuat oleh tangan mungil Aidan yang mana membuat Arthur sedikit meringis, meskipun kecil tapi tenaganya uhh mengerikan.
"Hehh! Jadi yang lo maksud gumpalan daging itu gue hah! Sialan lo tiang listrik! Enyahlah. " Aidan sungguh kesal saat menyadari bahwa gumpalan daging yang Arthur ucapkan tadi adalah panggilan untuk nya, dengan perasaan kesal dirinya menepis tangan Arthur dan melompat turun dari posisinya dan berjalan meninggalkan Arthur sendiri yang masih terdiam.
Arthur terdiam mendengar kata kata Aidan, ia tidak mengerti apa maksud perkataan Aidan dan kata kata tersebut sangat aneh bahkan ia belum pernah mendengar ya, namun dapat ia simpulkan bahwa itu umpatan untuknya.
Meninggalkan Arthur sendiri, kini Aidan tengah berjalan dilorong panjang istana dengan menghentakkan kakinya, persis seperti anak kecil yang tengah marah.
Para pelayan dan prajurit yang berjaga menahan gemas sosok Aidan, ahh ingin sekali mereka tertawa namun menatap wajah Aidan yang tengah kesal mereka tidak berani bersuara takutnya mereka yang terkena amukan bocah berambut putih tersebut.