FLASHBACK

66 8 2
                                    

Hi, guys!

Jadi ini flashbacknya.

Mohon kebijakan pembaca!

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

❄️❄️❄️❄️

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Salju itu dingin.

Ying sering sekali mendengar review dari teman-temannya yang pernah berlibur ke luar negeri perihal betapa dinginnya salju. Mereka selalu melontarkan ucapan yang sama.

Salju itu dingin. Hampir tidak bisa dipegang oleh manusia karena itu akan membuat tanganmu mati rasa. Anggaplah memegang es batu dalam waktu yang lama, begitulah rasanya memegang salju dalam waktu yang singkat.

Udara akan menjadi sangat dingin ketika salju turun. Rasanya berkali-kali lipat lebih dingin daripada tinggal di pegunungan. Itu akan membuat tubuhmu menjadi tak enak.

"Jessica, kau kenapa diam saja?" Suara Ais, yang mirip sekali seperti suara seseorang yang terkena flu itu, sontak membawa Ying kembali ke kenyataan.

Ia menggeleng tanda tidak terjadi apa-apa. "Tidak apa-apa. Lagi pula, namaku bukan Jessica!"

"Oh? Jadi siapa? Ah Meng?" Ais bertanya dengan kebingungan.

"Ying, namaku Ying! Ingat itu, Ais!" pintanya tak terima kembali dipanggil Ah Meng. Jujur, lebih baik dia dipanggil Jessica daripada nama lelaki seperti itu.

"Oh iya, Ying. Maaf, aku kebingungan," ujar sang Pemuda Es dengan jujur.

"Hhh ... kita harus segera menemukan Boboiboy Blaze agar kalian bisa kembali bergabung!" seru Ying.

"Kenapa pula aku harus bergabung dengan elemen yang lebih lemah dariku?" Entah karena hilang ingatan, atau memang sifatnya seperti itu, yang jelas baik Qually maupun dirinya terdiam mendengar ucapan elemen es Boboiboy tersebut.

"Tenang sajalah, Jessica. Aku pasti bisa membuat Puak Salju menang!" tekad Ais.

Ying menggeleng. Tidak, bukan itu tujuan mereka. Lagi pula, itu tidak penting. Mereka tidak perlu terlibat terlalu jauh. "Aduh, Ais. Kita seharusnya membantu Puak Bara dan Puak Salju untuk berdamai, bukan semakin bertengkar!"

"Untuk apa berdamai dengan orang lemah?" remeh Ais yang tertuju pada Puak Bara, tentu saja termasuk Blaze.

"Su-"

"Waah! Angin kencang!"

Seruan panik Qually, berhasil memotong balasan Ying terhadap pertanyaan Ais yang terkesan meremehkan Puak Bara. Gadis berkacamata itu sontak menutup wajahnya kala salju-salju halus menerpa mereka.

Aduh! Apa itu? Tangannya mendadak terasa sakit. Sepertinya tergores kayu yang terbawa oleh angin kencang ini.

"Ugh! Kita harus menepi ke tempat yang aman!" Ying memberi komando kepada kedua temannya tersebut, tetapi ia tidak mendengar sahutan apapun. "Ais? Qually?"

Di tengah angin yang begitu kencang, gadis itu mencoba membuka matanya secara perlahan-lahan. Dilihatnya kanan dan kiri hanya untuk menemukan fakta bahwa dia sendirian disana.

"Hei, kalian dimana?" tanyanya dengan nada tinggi. Namun, suaranya terendam oleh angin kencang yang berembus kembali.

Ying mau tak mau berjalan pelan menuju ke tempat yang lebih aman. Langkahnya sangat pelan lantaran kakinya sudah gemetar karena tidak kuat menahan dingin.

A Story Of Puak SaljuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang