1. Kasus Pembunuhan Petarung MMA (Bagian I)

7 1 0
                                    

Pada dasarnya manusia adalah makhluk alam liar. Pada jaman dahulu kehidupan mereka nyaris sama seperti kehidupan hewan-hewan liar lainnya. Mereka berburu, berkelahi untuk memperebutkan sesuatu dan tak kala tega membunuh satu sama lainnya. Sampai beribu-ribu tahun peradaban yang mereka bangun, insting liar itu tidak akan pernah hilang.

Kini gedung tinggi dibangun dan peradaban maju diciptakan, manusia melabeli diri mereka sebagai makhluk yang cerdas, makhluk yang memiliki nilai dan adab. Hanya saja, itu semua adalah omong kosong untuk menyanjung diri mereka sendiri. Sebab pada akhirnya insting liar itu masih tertinggal di dalam diri manusia. Mereka masih saling berebut, memburu yang lemah dan juga masih banyak yang membunuh.

"Ketua, apa benar kita tidak punya pekerjaan minggu ini?" Seorang gadis berpakaian seragam sekolah menengah putih abu-abu bertanya kepada seorang pria dewasa berusia 30an yang sedang asyik tiduran di sofa dalam ruangan yang terlihat seperti bar sambil mengangkat koran tinggi-tinggi.

"Bukannya tidak ada, aku yang membuatnya tidak ada dan juga jangan panggil aku ketua."

"Kau menolak semua tawaran yang masuk, Bos?" Tanya gadis itu lagi sambil memiringkan kepala yang berambut sepundak.

"Iya aku tolak. Kebanyakan dari mereka menawarkan pekerjaan yang tidak penting. Lalu jangan panggil aku bos, itu terdengar seperti orang yang sombong." Pria dewasa yang berjanggut tipis kembali menyangkal panggilan dari si gadis.

"Tapi Pak, bukankah keadaan keuangan kita sedang tidak baik-baik saja? Kita membutuhkan pekerjaan secepatnya untuk biaya sewa bar yang berubah fungsi menjadi kantor ini. Sudah 3 bulan kita menunggak, bulan depan mungkin kau harus mengeluarkan semua barang-barangmu."

"Yah, kita memang membutuhkan uang namun rasanya malas jika pekerjaan yang aku terima hanya untuk membuntuti pasangan seseorang dan membuktikan dia selingkuh atau tidak. Bukankah jaman sekarang bisa menggunakan pelacak jika hanya untuk hal seperti itu? Kemudian jangan panggil aku pak, aku belum memiliki istri ataupun anak."

"Zaman sekarang pelacak masih bisa ditipu dengan berbagai cara tergantung kemampuan orangnya. Makanya banyak yang mendatangi kita untuk pekerjaan seperti itu, Tuan."

"Walaupun begitu, paling tidak untuk minggu ini aku menginginkan sebuah pekerjaan yang berbeda, sesuatu yang lebih layak. Dilain bahasan jangan panggil aku Tuan, aku hanya orang rendahan bukan bangsawan."

"Bisakah kau berhenti menyangkal semua panggilan yang aku berikan?" gadis itu mulai lelah dengan apa yang ia mulai sendiri.

"Memangnya apa yang kau ingin capai dari semua panggilan itu? aku tidak cocok dengan semuanya."

"Aku hanya ingin menegaskan status kita, kau detektif swasta dan aku adalah asistennya. Jadi aku perlu memanggilmu dengan sopan."

"Setelah sekian lama kenapa kau baru membahas hal seperti ini? Seperti biasanya saja, kau bisa memanggilku Dave dan aku akan memanggilmu gadis SMA menyebalkan."

"Monika, namaku Monika. Tolong jangan marah dan memanggilku seperti itu. Lalu berita apa yang kau baca dengan serius sedari tadi itu?" Tanya dirinya lagi kepada Dave yang masih sibuk membaca koran sambil tiduran.

"Kau ingin membacanya juga?" Dave membangunkan dirinya dan berjalan ke arah Monika yang sedari awal duduk di sofa yang berhadapan dengannya untuk memberikan koran yang ia baca. Kemudian Dave berjalan kembali ke sebuah kompor listrik yang berada di ruangan yang sama.

Deduksi Detektif Dave Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang