"Apa ini kasus bunuh diri?”
“Aku rasa tidak demikian inspektur. Tidak ada campuran sianida di minuman yang ia minum. Juga wajahnya menunjukan ekspresi syok berlebihan. Dugaannya adalah seseorang datang dan memasukkan bubuk tersebut langsung ke mulutnya tapi bagaimana caranya?” Dave melihat ke atas dan menemukan sebuah kamera cctv tercantol di pojok ruangan. “Monika, apa kau bisa mengakses dan memutar ulang video cctv?”
Monika mengambil laptop dari tas dan menyambungkannya dengan kabel cctv. Setelah mengaksesnya ia memberitahu apa yang ia ketahui. “Sayangnya tidak Dave. Cctv itu mati hari ini, rekaman terakhirnya ada rekaman kemarin.”
“Jendela dikunci dari dalam yang berarti satu-satunya jalan masuk dan keluar melalui pintu. Kalau begitu, inspektur tolong cek sidik jari orang yang ada di daun pintu.”
“Kalian dengarkan?!” ucap Inspektur Bagas dengan tegas.
Beberapa polisi langsung bergerak ke pintu masuk dan mengambil sampel untuk di cocokan dengan database catatan sipil kepolisian. pembuka pintu berarti bertemu dengan korban, kesaksian mereka yang bertemu dengan korban sebelum kematiannya bisa menjadi petunjuk tentang siapa pembunuh yang sebenarnya.
“Detektif Dave, sepertinya ada 3 orang yang membuka pintu ruangan ini. Pertama adalah staf wanita itu, lalu seseorang yang merupakan promotor acara dan pelatih dari korban.” Inspektur membaca hasil pencocokan yang didapatkan pihak kepolisian.
“Pelatih? Aku memang sudah menduga, jadi benar kalau korban adalah petarung juga.”
“Ya, dan dia cukup kuat. Dia direncanakan akan bertanding dalam laga pembuka malam ini.”
“Kalau memang kuat, rasanya tidak mungkin ia dipaksa untuk meminum racun yang akan menewaskan dirinya. Inspektur boleh minta tolong anak buahmu untuk memanggilkan dua orang yang sidik jarinya menempel di pintu untuk datang ke sini? Aku ingin mendengar alibi mereka.”
“Aku sudah memanggil mereka, tidak lama lagi mereka akan datang ke sini.”
Dave berhenti berbicara kepada Inspektur dan berjalan menuju staff wanita berada. “Baiklah Nona, apa yang kamu lakukan di ruangan ini?”
“Aku hanya datang untuk membawanya ke ruangan entrence karena pertandingan akan segera dimulai tapi saat aku melihatnya ....” Staf wanita itu tidak melanjutkan kalimatnya dan hanya terdiam.
“Dave, aku rasa dia tidak bersalah. Dari yang aku lihat, sidik jarinya masih basah di pintu yang berarti dia benar-benar baru datang saat korban sudah meninggal.” Monika memberikan pandangan kepada rekannya tersebut.
Memberi kecurigaan walaupun bukti yang ditemukan hanya bagian kecil adalah dasar dari membongkar sebuah rahasia besar. Walaupun begitu terkadang memang ada hal yang tak bersangkutan sama sekali muncul di TKP dan memberi kecurigaan kepada yang tak bersangkutan hanya akan memakan waktu dan mengecoh dirimu menjauhi kebenaran.
“Rendiii!” Seorang pria botak berlari ke arah mayat korban dan langsung memeluknya dengan erat. Dave pernah melihat orang ini.
Air matanya keluar dan menetes di wajah korban. Dave hanya melihat dan memperhatikan adegan haru tersebut. Beberapa saat kemudian saat suasana mulai sunyi, Dave mendekati pria botak yang kini sedang menaruh mayat korban ke kantung mayat yang disiapkan oleh polisi.
“Apa kau adalah pelatihnya?”
“Iya, aku adalah pelatihnya. Siapa kau?”
“Detektif Dave, aku yang bertugas mengelola TKP kali ini. Jadi beritahu aku di mana kau dalam satu jam yang lalu?”
“Apa kau berpikir akulah yang membunuh Rendi? Kau mencurigai aku membunuh anak didikku sendiri?!” Nada pelatih itu tinggi terasa penuh amarah namun Dave tidak akan mencabut pertanyaannya. Wajahnya bahkan tidak memancarkan belas kasihan sama sekali.
KAMU SEDANG MEMBACA
Deduksi Detektif Dave
Mystery / ThrillerDave si detektif swasta menunjukkan deduksi hebat untuk mengungkap kebenaran dari berbagai macam jenis kasus kriminal. Maukah kamu mendengarkan deduksinya? -Chapter baru setiap hari minggu-