[10]. Model dadakan

12 0 0
                                    

Hari-hari berlalu, kini sudah satu bulan Rara tinggal di Jakarta bersama keempat temannya itu. Mereka menjalani hari mereka dengan baik, pertengkaran kecil sering terjadi hanya karena perbedaan pendapat.

Rara sibuk menyelesaikan kuliahnya lewat online, dia sudah menghubungi dosen-dosennya dan dekannya, untungnya dekannya bisa memberikan keringanan. Irwan sibuk dengan pekerjaannya distream intertaiment. Gunawan sibuk dengan pekerjaannya di Caffe. Hari sibuk dengan pekerjaannya yang menjadi karyawan disebuah perusahaan meubel, dan Putri sibuk dengan pekerjaannya ditoserba (toko serba ada).

Berbeda dengan Rara, keluarganya di Palembang menjalani hari mereka sama seperti sebelumnya, rumah itu terasa kosong tanpa kehadiran Rara, tidak ada yang membuat heboh ataupun menciptakan tawa dirumah. Papahnya sibuk dengan keadaan perusahaannya yang kini terancam, karena Rara belum juga ditemukan. Mamahnya juga sering mengabaikan butiknya, butik itu terbengkalai karena Mamahnya sibuk memikirkan sang anak.

Sedangkan Lesty dia sibuk dengan pekerjaannya mengajar home schooling, dia tidak pernah sekalipun melupakan Rara sampai saat ini pun dia masih berusaha mencari keberadaan adiknya walaupun besar harapan ketemunya hanya sedikit. Dia juga menghubungi seluruh kerabatnya bahkan dia sempat menghubungi tante Dewi di Jakarta. Namun, tantenya itu tidak mengetahui apa-apa tentang Rara.

*****

Rara mengecek isi dompetnya, uangnya sudah semakin menipis. Uang puluhan juta bahkan hampir ratusan juta yang ia bawa kabur, kini tersisa kurang dari satu juta. Sepertinya dia harus mulai mandiri saat ini juga.

Hari ini Rara merasa bosan dirumah, ia memutuskan untuk pergi ketempat bekerja Irwan dengan alasan membawakan makan siang, dia juga sangat ingin bertemu artis favoritenya disana.

Irwan terlihat sangat sibuk dengan pekerjaannya, ia kesana kemari membawakan apa yang diperintahkan oleh sutradara itu.

"maaf siapa?" tanya seorang wanita yang kelihatannya juga merupakan staff disini.

"saya ingin bertemu Irwan, beritahu saya kalau dia sudah selesai dengan pekerjaannya" ucap Rara

"anda kekasihnya ternyata, baiklah tunggu saja disini~" ucapnya.

"kekasih?" Rara menepuk jidatnya, ia pun duduk ditaman dekat lokasi Irwan bekerja, sembari menunggu.

Beberapa menit kemudian, Irwan datang berlari menghampiri Rara.

"kamu disini?" tanya Irwan tersenyum kemudian mendudukan diri disamping Rara.

"iya, apa pekerjaanmu sudah selesai?" tanya Rara

"belum, tapi kami sedang break" jawab Irwan, "ada apa? Apa ada masalah?" tanyanya

"enggak, aku kesini membawakan makan siang untukmu, aku tidak tau rasanya seperti apa, karena ini masakan kedua ku setelah yang asin dulu, tapi aku sudah mencicipinya rasanya tidak asin--" ucap Rara membukakan kotak makanan yang dibawanya.

"kenapa kamu memberikannya kepadaku? Kenapa tidak ke Gunawan atau Hari aja?" tanya Irwan

"karena~ aku juga mau bertemu artis disini, sekalian saja aku membawakan makan siang untukmu, kalau kamu tidak mau memakannya ya sudah~" ucap Rara

"aiish kok ngambek, yasudah sini biar kucicipi" ucap Irwan

"jangan, ini gak enak, aku akan belikan yang baru" ucap Rara

"kalau belum dicoba gimana mau tau rasanya, sini~" Irwan merebut kotak makan itu dari tangan Rara. Mengambil sendok lalu mencicipinya baru satu sendok masuk kedalam mulut dan dia masih mengunyahnya.

Rara sedang memperhatikannya, mengharapkan respon baik dari Irwan tentang masakannya kali ini.

"gimana? Pasti lebih buruk?" ucap Rara pesimis.

The First And Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang