prolog

58 19 85
                                    

Langit malam berlapis-lapis awan gelap menutupi bulan dan bintang, menyelimuti jalanan hutan yang sunyi. Langkahnya terdengar seperti serbuan guntur di jalan yang sepi. Jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Aku harus kabur. Aku harus pergi dari tempat menyeramkan ini!

Seorang gadis berambut panjang berlari sekuat tenaga, napasnya memburu, seolah dia sedang terkurung dalam mimpi buruk. Dia tidak mendengar langkah kaki yang mendekat, sosok yang mengejarnya tak kasat mata, seperti hantu. Dia hanya bisa mendengar suara siulannya yang membuatnya merinding.

"Kau tidak akan bisa kabur dari tempat ini!" Seorang pria dengan suara menyeramkan berteriak, memperingati.

Dia mengumpulkan semua keberanian yang tersisa dan mulai berlari secepat mungkin, tanpa memedulikan arah tujuan. Namun, suara siulan pria itu semakin mendekat. Jantungnya melonjak-lonjak dalam keputusasaan yang merayap. Dia berharap bisa menemukan tempat perlindungan atau seseorang yang bisa membantunya keluar dari situasi ini.

"TOLONG SAYA!" Dia berteriak sekencang mungkin, putus asa.

Namun, jalanan ini terlalu sepi, sehingga tidak mungkin ada orang yang mendengar suara teriakannya.

Pria itu tertawa mendengar teriakan putus asa sang gadis. "Semua yang kau lakukan sia-sia. Tidak ada yang akan menolongmu!"

Ketegangan terus meningkat, dan dia menyadari bahwa dia harus menemukan cara untuk menyelamatkan diri dari pria yang masih mengejarnya.

"Satu." Suara lantang pria itu terdengar.

Dia sudah mulai lelah karena terus berlari. Namun, dia tidak akan menyerah. Dia terus menyeret kakinya untuk berlari sekencang mungkin.

"Dua."

Dia tidak mengerti kenapa pria itu terus berhitung. Dia tak peduli dengan semua itu. Hanya kabur satu-satunya yang ada di pikirannya.

"Dan ... tiga!"

Langkahnya terhenti. Matanya membelalak terkejut. Pria itu tiba-tiba berada di hadapannya. Dia membalikkan tubuhnya, berlari menjauh dari pria itu. Namun, dia tersandung. Lututnya tergores hingga lecet. Sementara pria itu berada dekat sekali dengannya.

"Mari kita kembali." Pria itu menunduk, lalu menjambak rambut sang gadis. Dia mengeluarkan satu pil obat.

Awalnya, gadis itu meronta-ronta, tapi tenaganya tidak cukup kuat. Pria itu memaksakan obat masuk ke dalam mulut sang gadis. Setelah beberapa detik dia mengonsumsi obat itu, kesadarannya perlahan menghilang.
•••

Terima kasih sudah membaca
ִ ֶ֢࣪⋆
Jangan lupa vote, comment, dan support karyaku, ya!
ִ ֶ֢࣪⋆
Salam hangat,
Sofiana.

A Deadly CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang