Setibanya di lantai atas, aku melangkah pelan, menggenggam erat ponsel Ayah sambil menoleh ke sana kemari. Suasana rumah ini terasa berbeda dari biasanya, begitu sunyi, begitu asing. Ada sesuatu yang membuat bulu kudukku meremang, seolah ada tatapan tak kasat mata yang mengawasi setiap gerakanku dari sudut-sudut gelap.
"Sensasi yang tak biasa aku rasakan. Biasanya, kalau di rumah aku merasakan kebosanan tapi ketika disini, aku merasakan merinding yang luar biasa," gumanku berusaha untuk tetap biasa saja, "sensasi ini, ada yang tidak beres."
Langkahku melambat, hawa dingin yang tak wajar merayap di sepanjang tulang punggungku. Rumah ini terasa berbeda, terlalu sunyi, terlalu sepi, seolah ada sesuatu yang mengawasi dari balik bayang-bayang. Setiap sudut ruangan tampak lebih gelap dari seharusnya, membuat udara terasa semakin berat.
Lalu, mataku menangkapnya.
Di dinding yang pudar, ada tulisan dengan tinta merah tua, bukan sekadar tinta, tapi sesuatu yang tampak mengering dan melekat di sana seperti luka yang tak sembuh. Tulisan itu tercoret dengan kasar, seakan tangan yang menorehkannya diliputi oleh ketakutan atau mungkin… keputusasaan. Aku menyipitkan mata dan fokus membaca dengan seksama.
"Aku muak dengan segalanya. Ayah, kumohon hentikan! Jangan berlagak seperti iblis!"
Darahku berdesir. Kata-kata itu bukan sekadar pesan, itu jeritan seseorang yang tersiksa. Aku mundur selangkah, dan saat itu juga, angin dingin entah dari mana berembus, seakan membisikkan sesuatu di telingaku. Rasanya ada yang berdiri di belakangku.
"Siapa yang menulis ini?" gumanku, mataku tak bisa lepas dari tulisan itu, "apakah ini... gambaran dari kejadian di rumah ini yang tak pernah orang tahu?"
Brak!
Tubuhku tersentak saat mendengar suara sesuatu jatuh dari dalam ruangan, tepat di tempat aku berdiri. Jantungku berdegup lebih kencang, "Apa itu?" gumamku.
Tanpa memikirkan ketakutan, rasa penasaranku sudah lebih dulu mengambil alih. Aku melangkah pelan, mendekati sumber suara. Pintu di depanku sedikit terbuka, menampakkan celah gelap di dalamnya. Dengan perlahan, aku mendorong daun pintu itu hingga terbuka lebih lebar.
Di depan mataku, sebuah plakat kecil tertempel di daun pintu. Tulisan itu membuatku terpaku.
Choi Tae-Seung.
Aku mengerjap, seolah tak percaya. "Jadi… ini kamar Hyung?" bisikku lirih, dadaku terasa sesak.
Kakiku ragu untuk melangkah lebih jauh. Pintu yang sedikit terbuka seakan mengundang, tetapi di saat yang sama, terasa seperti batas tak kasatmata yang tak seharusnya aku lewati.
"Bolehkah aku masuk?" gumamku pada diri sendiri. Namun, suara lain di dalam kepalaku mengingatkan, Masuk ke kamar orang tanpa izin itu tidak sopan. Itu kata Ibu.
Namun, aku tak bisa tinggal diam. Ada sesuatu yang membuatku ingin tahu lebih jauh, entah itu keberadaan Hyung yang terasa begitu kuat atau firasat aneh yang menggantung di udara. Dengan hati-hati, aku meraih gagang pintu, jemariku sedikit gemetar saat menariknya perlahan. Engsel pintu berderit lirih, seolah mengeluh karena diganggu setelah sekian lama.
Begitu pintu terbuka lebih lebar, mataku langsung menyapu seluruh ruangan. Kamar itu terasa dingin, bukan hanya karena cuaca, tetapi juga karena suasana yang menyelimutinya. Segalanya tampak begitu… sunyi. Tidak ada tanda-tanda kehidupan, hanya sisa-sisa kehadiran seseorang yang dulu menempati ruangan ini.
Aku melangkah masuk dengan perlahan, menoleh ke sekeliling kamar yang tampak rapi dan tertata dengan baik. Tidak ada barang berserakan, setiap buku tersusun rapi di rak, meja belajar bersih tanpa ada kertas yang berantakan, dan selimut di atas ranjang terlipat dengan sempurna.
![](https://img.wattpad.com/cover/361760426-288-k563752.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Who Are You? (On going)
HororCerita ini berkisah tentang Choi Youngjae, seorang remaja yang mengalami teror yang serius setelah kepergian neneknya. Youngjae merasa dirinya terus dihantui dan diteror oleh makhluk-makhluk supranatural yang menakutkan. Bahkan, seringkali ia kerasu...