24. Tangisan

1.8K 255 29
                                    



Sakura masuk ke ruang kerjanya. Sebelumnya dia meminta pelayan untuk memanggil shun masuk. Informasi dari kepala pelayan mengatakan shun diam termangu menatap para bangsawan yang saling menyalahkan. Dia sungguh tidak tahan melihat tatapan merendahkan wanita-wanita itu. Sungguh menjijikkan. Bagaimanapun shun adalah putranya, jika tidak bisa menerimanya setidaknya mereka bisa berpura-pura untuk menghargai keberadaannya.

Inilah mengapa dia membutuhkan gelar tinggi. Jika seorang merendahkannya dia bisa langsung membalasnya. Dia tidak akan membiarkan putranya dipermalukan seperti itu. Dengan sengaja dia menekan para tamu untuk memperjelas posisinya. Dia adalah duchess uchiha. Kasta tertinggi di utara. Suaminya memberikan dukungan penuh padanya. Dia tidak akan membiarkan dirinya maupun anaknya menjadi bahan hinaan.

Suara ketukan pintu beserta kepala kecil menyembul dari balik pintu. Anak berusia lima tahun itu masuk tanpa suara dan mendekati ibunya yang memijat kepalanya, nampak lelah. Shun merasa bersalah telah menghancurkan pesta teh yang sudah dipersiapkan sang ibu dengan antusias. Namun kacau akibat kehadirannya, seharusnya dia tidak datang agar ibunya tidak diremehkan. Dia sudah terbiasa akan hal itu namun dia sakit hati begitu para bangsawan itu menyakiti ibunya.

Aku pantas disalahkan.

"Shun."

Mata sakura berkaca-kaca. Dia berlutut mengsejajarkan tubuhnya untuk memeluk shun. Ibu mana yang tidak sakit hati melihat tatapan rendah orang lain pada putranya. Hatinya perih, dia sungguh tidak terbiasa dengan trik kotor wanita bangsawan meskipun dia sering merasakannya.

Kenapa kau menangis untukku?

Aku hanyalah anak yang baru kau temui. Kenapa kau meminta maaf atas kesalahan yang tidak kau lakukan?

Shun diam membisu. Dia mengigit bibirnya. Wanita ini bahkan menangis untuknya. Shun tidak pernah merasakan hal ini. Dalam hidupnya dia terbiasa tanpa perasaan, tanpa ekspresi. Tidak peduli orang menganggunya dia tidak pernah terusik. Namun, dia sangat terusik dengan tangisan ibunya yang memilukan. Itu mengoyak hatinya, bagaimana wanita itu meminta maaf berkali-kali atas kesalahan yang tidak diperbuat.

"Maafkan aku. Sungguh maafkan aku. Tidak seharusnya kau mendapatkan penghinaan seperti itu."

Pelukan yang erat ditubuhnya terasa hangat. Shun tidak bersuara, dia membiarkan ibunya menangis sepuasnya. Dalam dadanya ada dendam tak kasat mata yang membuat dadanya panas. Dia tidak akan membiarkan hal ini terjadi. Dia sungguh akan membalas mereka yang telah menyakiti ibunya.




***



Malam harinya duke baru saja sampai. Dia mempercepat pekerjaannya. Dia ingin mendengarkan pesta teh yang di gelar sang istri dari sang empu. Mungkin saja dia bisa melihat senyuman manis itu yang begitu indah.

"Tuan, makan malam sudah dihidangkan."

Ingin sekali kakashi memberitahu duke kejadian dipesta teh begitu duke menginjakkan kaki di dalam kastil. Namun dia tidak bisa mengatakannya akibat peringatan dari duchess. Sejujurnya lidahnya sudah gatal ingin langsung mencerca duke dengan kejadian tersebut.

Dimeja makan sakura terkejut dengan kehadiran duke. Dia pikir duke akan pulang setidaknya besok pagi. Dia menyentuh kelopak matanya yang sedikit membengkak, untung saja dia sempat mengompresnya tadi jika tidak mungkin saja duke akan langsung mengetahuinya.

Sasuke duduk di kursi utama. Baru dia menyentuh sendok dan berpaling melihat istrinya. Dia menyentak sendok kelantai. Dia berdiri dan menarik dagu sakura. Giginya bergemelatuk begitu melihat bekas jejak air mata disana.

"Kenapa? Kenapa kau menangis? Apa yang terjadi?"

Sakura sangat terkejut. Begitu mudah sasuke mengetahui kondisinya. Dia melihat tatapan marah duke yang berapi-api. Dia menyentuh tangan duke di dagunya seolah membujuknya.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang