birthday

65 14 0
                                    

Robyn sudah berada di ruang bawah tanahnya, ia berjalan melewati Reyna yang sedari tadi menunggunya. Melangkahkan kakinya menuju kamar, namun Reyna segera menegur Robyn Kala melihat Robyn yang melewatinya begitu saja.

"Dari mana?" Reyna bertanya sembari berjalan mendekati Robyn

Robyn menoleh Karna mendengar Reyna melontarkan pertanyaan. Ia menatap Reyna yang berjalan mendekat kearahnya.

"Gue ke apart, tadi malem ujan. Gue mau balik kesini gak mungkin banget, jauh. Yaudah gue ke apart, Karna deket" Robyn menjawab Reyna dengan malas-malasan, raut wajah Robyn membuat Reyna menatapnya dengan tatapan heran.
Namun Reyna hanya ber Oh ria saja menanggapi jawaban Robyn.

"Kita balik ke museum art besok. Kita juga bakal ke museum stones" Reyna menyerahkan tabletnya kepada Robyn, dan Robyn pun langsung menerimanya. Ia bingung dengan ucapan Reyna, ia menatap tablet itu dan Reyna bergantian.

"Sehari dua tempat?" Robyn bingung, bagaimana mungkin bisa sehari dua tempat. Mereka belum pernah melakukan nya, ia benar-benar dibuat pusing oleh pernyataan Reyna kali ini.

"iya, nanti gue jelasin" Kini Reyna kembali meraih tabletnya dari tangan Robyn.

Robyn mengode Reyna untuk mengirimkan strategi serta rencananya kepada Robyn. Kemudian Robyn melangkahkan kakinya meninggalkan Reyna menuju kamarnya. Ia masuk ke dalam kamarnya, dan melepaskan bajunya. Robyn bertelanjang dada saat ini, ia meraih barbel yang ada di samping ranjangnya. Ia mengangkatnya berulang-ulang hingga membuat keringatnya bercucuran.

Kemudian ia beralih mengambil sarung tinju, dan mulai memposisikan dirinya untuk meninju samsak di hadapannya. Robyn meninju samsak tersebut dengan emosi yang meluap-luap. Ia meluapkan emosinya kepada Samsak tersebut.

"Gue bodoh banget, gue bego. Arghh..." Gumam Robyn

"Gue minta maaf, maaf Al" teriak Robyn

"Gue gak seharusnya ngelakuin itu dulu, gue bodoh banget Al" Kesal Robyn dengan memukuli samsak nya terus menerus. Sampai dirasa sudah cukup melelahkan dan membuatnya sedikit tenang, ia melepaskan sarung tinju itu. Lalu duduk di tepi ranjang, dengan kepala yang sedikit berisik disana.

.

Alicia sudah berada di rumahnya, ia melamun sembari duduk di balkonnya. Menikmati secangkir coklat hangat dan memandangi langit malam yang indah Karna taburan bintang disana. Pikirannya seakan sedang berjalan-jalan namun tanpa arah, mengingat kejadian saat ia bertemu dengan Robyn.

Sungguh memenuhi pikirannya sekarang, namun ia mencoba untuk tidak mengingatnya. Tapi, tetap saja Robyn kembali memenuhi pikirannya saat ini.

"Cia" Bunda mengelus pundak Alicia pelan. Kedatangan Bundanya sedikit membuat Alicia terkejut, Karna ia tidak fokus dan hanya melamun menatap ke arah langit. Bahkan langkah kaki bunda nya pun tidak ia dengar.

Alicia menoleh ke arah bundanya, yang kini ikut duduk di samping Alicia. Alicia tersenyum ke arah bundanya, kemudian kembali membawa pandangannya menatap langit malam.

"Ada masalah?" Bunda merasa bahwa sikap Alicia sedikit berbeda setelah kemarin tidak pulang kerumah.

Tangan Bunda terangkat untuk mengelus lembut punggung Alicia, ia menatap Alicia dalam seraya menunjukkan senyumnya di hadapan Alicia. Alicia meletakkan cangkirnya, dan menatap balik tatapan Bundanya. Ia menyenderkan kepalanya dibahu Bunda sembari menikmati langit malam.

"Cia gapapa" Singkat Alicia dengan tangan yang ia lingkarkan di perut Bunda.

Tangan bunda terangkat untuk mengelus kepala Alicia yang tidak terbalut hijab, Alicia menikmati belaian dari bunda nya itu. Perasaannya sedikit tenang, ia sedikit melupakan kejadian yang ia alami tadi.

Invisible ThiefTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang