Senja di Maharin

65 6 2
                                    

Reon ternyata cukup menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Reon ternyata cukup menyenangkan. Meskipun mengaku menghabiskan sepanjang hidupnya tumbuh di kota Maharin yang menurut Kaia terisolasi dari wilayah lainnya, Reon sama sekali tidak menganggap keheranan Kaia atas kota itu sebagai sebuah masalah. Sebaliknya, Reon dengan santai menjelaskan pada Kaia mengenai berbahagai hal yang asing bagi omega itu.

Hal pertama yang membuat Kaia takjub adalah suasana hijau di kota yang dingin sepanjang tahun itu. Sepanjang jalan, di sekitaran bangunan, bahkan pada tembok-tembok kota, banyak pohon atau tanaman sehingga kota itu terlihat lebih hidup.

"Pada musim panas, kamu akan melihat seluruh kota dipenuhi bunga yang mekar. Yah, meski paling lama hanya selama empat sampai lima minggu, tapi itu pemandangan yang menakjubkan. Di hutan belakang rumahmu, kamu juga akan menyaksikan pemandangan yang sama. Banyak tumbuhan endemik di sini, jadi kamu tidak akan melihatnya di tempat lain." Begitu penjelasan Reon perihal kecintaan Maharin atas tanaman.

Kaia yang mendengarnya mengangguk-angguk. Desain dan arsitektur kota terlihat sangat klasik, jauh lebih dari itu malahan. Akan tetapi, tidak ada kesan membosankan sama sekali.

Para wisatawan berlalu lalang. Sepanjang jalan, Reon menyetir pelan, sehingga Kaia bisa memperhatikan bangunan-bangunan besar yang berjajar. Bangunan di Maharin tidak dibangun rapat satu sama lain, melainkan ditata dengan pola yang ramah lingkungan. Satu bangunan akan berbatasan langsung dengan taman atau area hijau sebelum bangunan lain dibangun.

Karena Reon membawanya ke pusat kota dan area penting, Kaia tidak bisa memastikan apakah pola yang sama berlaku di area perumahan penduduk, tetapi sepanjang tepi jalan, seperti itulah yang matanya tangkap.

Pohon-pohon besar masih banyak, Reon bahkan menyebut bahwa beberapa berusia lebih dari dua abad.

"Nah, kita memasuki kawasan paling ramai dari pagi sampai sore di Maharin. Ini kawasan wisata sejarah!" Reon memutar mobilnya. Mereka memasuki jalanan luas dengan dua arah, masing-masing empat lajur.

Di kanan dan kiri, ada bangunan-bangunan tua yang terawat dengan baik meski tidak bisa menutupi betapa sepuh dinding dan pilarnya. Reon tetap menyebutkan bangunan apa itu meski Kaia bisa melihat plakat-plakat yang bertuliskan nama bangunan.

"Aku tidak bisa membawa kamu masuk sekarang, karena selain penduduk kota, turis harus mendaftar dan menunggu antrean kapan mereka bisa berkunjung. Aku pikir setelah kamu resmi menjadi penduduk kota, kamu akan bisa berkunjung ke sini kapan saja kamu mau!" Reon berucap.

Kaia mengangguk-angguk. Matanya sudah terpana pada bangunan besar dengan kubah-kubah yang berwarna hujau zamrud.

Museum agung kota Maharin. Begitu yang tertulis.

Kaia juga bisa melihat turis-turis sedang mengantre untuk masuk.

"Sudah lewat jam makan siang, bagaimana kalau aku membawa kamu untuk makan siang terlebih dahulu. Besok adalah ulang tahunmu, jika boleh, aku juga ingin memberi kamu sebuah hadiah kecil!" Reon meminta izin dengan sedikit malu-malu.

Sleeping MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang