Lembar Keajaiban - Anita Maxwin

Bab 1: Titik Indah

Sebelum kalian membaca cerita pendek ini, mimin ingin infokan bahwa kalian juga bisa mengisi waktu luang kalian selain membaca tetapi juga bermain Game Di BolaGG, ketik BolaGG Di pencarian google kalian, modal 10 ribu dapat bermain semua game kesukaan kalian, buruan daftar.

BAB 1 TIKTIK INDAH 

Senja di kota kecil itu selalu membawa keajaiban tersendiri. Langit yang perlahan berubah warna, dari biru cerah menjadi jingga kemerahan, seolah menyimpan sejuta rahasia dan harapan yang belum terucapkan. Di sudut taman kota yang tenang, di bawah pohon besar yang rindang, seorang gadis duduk termenung dengan buku catatan di pangkuannya.

Namanya adalah Maya. Seorang gadis yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu, namun selalu merasa ada sesuatu yang kurang dalam hidupnya. Di balik senyumannya yang manis, tersembunyi rasa rindu akan petualangan dan penemuan baru. Setiap sore, setelah pulang sekolah, Maya selalu menyempatkan diri duduk di taman ini, menulis apa saja yang terlintas di pikirannya.

Sore itu, ketika matahari hampir tenggelam, Maya melihat seorang pemuda asing duduk di bangku taman yang tak jauh darinya. Pemuda itu tampak berbeda dengan penduduk setempat. Pakaiannya rapi, namun terlihat sedikit kusut, seolah-olah dia telah melakukan perjalanan panjang. Di tangan kanannya, tergenggam erat sebuah buku tua dengan sampul yang mulai pudar.

Maya merasa tertarik dan tanpa sadar melangkah mendekati pemuda itu. "Hai, kamu baru di sini?" tanyanya dengan suara ramah.

Pemuda itu tersenyum tipis dan mengangguk. "Iya, aku baru tiba. Namaku Alex," jawabnya singkat.

Obrolan ringan pun mengalir, mengisi kekosongan senja yang semakin meredup. Maya merasa ada sesuatu yang berbeda dari Alex. Ada aura misteri dan ketenangan yang membuatnya ingin tahu lebih banyak tentang pemuda itu. Begitu pula dengan Alex, dia merasa ada yang istimewa dalam diri Maya, sesuatu yang mungkin bisa mengisi kekosongan dalam hatinya.

Tak terasa, malam pun tiba, membawa hawa sejuk yang menggigilkan kulit. Maya dan Alex berpisah dengan janji untuk bertemu lagi esok sore. Di hati mereka masing-masing, tumbuh benih harapan akan sebuah pertemuan yang mungkin bisa mengubah hidup mereka selamanya.