Semenjak hari itu Jennie mendiami Limario. Dia tetap bekerja dan Limario tetap ditempeli oleh Tzuyu. Meski sudah coba untuk abaikan, perasaan Jennie tetap terluka. Limario benar-benar tidak peduli apa yang ia rasakan.
"Waktunya kamu pulang" kata Limario menghampiri meja kerja Jennie.
"Belum waktunya" sahut Jennie dengan tatapan lurus pada layar komputer.
"Kandunganmu masih lemah. Dokter bilang kamu harus banyak istirahat" ujar Limario membuat Jennie langsung menoleh. Apa Limario baru saja menyampaikan hasil pemeriksaannya saat pingsan kemarin.
Demi anaknya, Jennie terpaksa menurut. Ia lantas mengemas barang-barangnya dimeja. Tatapan karyawan yang menatap mereka Limario abaikan. Secepat mungkin akan dia umumkan bahwa Jennie adalah istrinya.
"Tunggu disini" ucap Limario memberhentikan mobilnya di depan supermarket. Jennie enggan menanggapi. Sedikitpun tak sudi melirik kearahnya.
Tiga puluh menit menunggu didalam mobil, Limario datang membawa banyak tentengan. Sepertinya habis berbelanja bulanan. Jennie lupa kalau bahan didapur sudah pada habis. Usai menyimpan barang dibagasi dan kursi belakang, Limario melajukan mobil menuju apartemen.
Setibanya di rumah Lim menyuruh Jennie istirahat dikamar sementara ia menyimpan belanjaan tadi dilemari dapur dan kulkas.
"Nggak tidur?" tanya Lim sesampainya didalam. Jennie tidak menjawab. Ia hanya duduk bersandar pada kepala kasur sambil bermain ponsel.
Sementara Limario melepas jas dan dasinya. Bersiap-siap hendak memasak makan malam. Tetapi terlalu cepat bila dimasak sekarang. Ini masih jam empat sore. Ia beralih menghampiri Jennie. Duduk dibawah kaki wanita itu. Tatkala tangan hangat Lim memijat kakinya, Jennie tersentak.
"Kenapa lagi si bodoh ini" dengus Jennie menatap sinis sang suami yang tiba-tiba sok manis.
"Masih ada tiga jam lagi sebelum makan malam, tidak mau tidur?" Limario bertanya lagi namun tetap tidak dia dapatkan jawaban. Lim menghela napas. Amarah Jennie masih belum mereda.
"Tidurlah" suruhnya lagi tapi Jennie tetap diam memainkan ponselnya. Lelaki itu pun beranjak keluar dari kamar tanpa bicara.
"Dia marah?" tanya Jennie pada dirinya sendiri melirik pintu kamar.
Limario duduk dimeja dapur meminum Soju. Setiap helaan napasnya terasa berat dihembuskan. Rambut yang tadi semula tertata rapi kini telah menjadi berantakan. Ia terus memijat kepala. Akhir-akhir ini ada saja masalah yang membuat hubungan rumah tangganya semakin merenggang.
Diam-diam Jennie mengintipnya dibelakang dinding. Kepala Limario tertekuk ke bawah. Tampaknya ada banyak hal yang dia pikirkan. Buru-buruJennie balik ke kamar ketika Limario berdiri hendak menuju kamar.
"Kamu mau makan apa?" tanya Lim. Beberapa saat menunggu, Jennie tidak bersuara.
"Jen" panggilnya.
"Terserah!" jawab Jennie ketus. Lim tersenyum samar.
Lim pergi ke dapur. Saatnya memasak makan malam. Meskipun seorang pria, Limario pintar memasak. Ia bahkan pernah mengikuti kelas memasak saat SMA karena tidak suka dimasakkan makanan barat terus sama koki mansion. Masakannya pun tak kalah enak dengan masakan perempuan.
Satu jam berkutat didapur sendirian, masakan Limario telah siap dihidangkan. Ia membuat berbagai menu makanan seperti samgyetang, japchae, bulgogi dan mandu. Untuk hidangan pencuci mulut ia membuat yoghurt. Sekarang tinggal memanggil Jennie makan.
"Ayo makan" ucapnya. Jennie meliriknya sekilas.
"Ayo, nanti dingin makanannya" dengan penuh kesabaran Limario menarik pelan tangan Jennie turun dari kasur.
Setibanya di meja makan, Jennie melongo mendapati banyak makanan enak diatas meja. Aromanya menggelitik perut. Dari masakan Limario kemarin, Jennie tidak perlu lagi meragukan rasanya.
Pria itu menarik kursi untuk Jennie duduki dilanjut mengambilkannya nasi. Untuk lauk, Jennie bisa memilih sendiri. Sehabis makan, Jennie duduk mengerjakan tugas kantor sendirian di ruang tengah sedangkan Limario bekerja di ruang kerja. Pria itu menutup laptopnya. Menyudahi pekerjaan. Mencari Jennie dikamar tetapi tidak ada, rupanya ia di ruang tengah.
Sebelum menghampirinya, Lim membuatkan Jennie jus mangga dan satu botol wine untuknya.
"Oh" kaget Jennie melihat sebuah tangan meletakkan jus di depannya.
"Apa yang sedang kamu kerjakan?" tanya Lim sembari membuka botol wine. Karena Jennie tidak menjawab, Limario memilih diam. Sepertinya itu tugas kantor.
Diam-diam Jennie melirik Limario. Alkohol selalu menjadi pelarian setiap Limario memiliki banyak masalah. Pria itu terus menuang wine ke dalam gelas kemudian meneguknya habis sampai botol tersebut tersisa setengah.
"Dulu, saat aku masih kecil aku tidak punya teman" Limario mulai bercerita. Jennie spontan menghentikan kegiatannya. Wajah Lim memerah akibat terlalu banyak meminum wine.
"Sepulang sekolah aku langsung les. Malamnya lanjut belajar. Mommy bilang aku harus lebih hebat dari orang lain. Kalau nilai ulanganku jelek aku dipukul habis-habisan" Lim menjeda kalimatnya untuk meneguk wine.
"Mommy juga tidak mengizinkanku main bersama teman-teman. Setiap jam istirahat aku disuruh belajar di perpustakaan. Aku juga tidak diperbolehkan main diluar. Aku tidak tau mengapa dia hanya melakukan ini padaku. Dia hanya bilang aku harus melakukan semuanya karena aku adalah Limario Kim" ujarnya menatap bola mata Jennie dengan mata sayunya.
"Dia tidak melakukan itu pada Hyung. Hyung bebas melakukan apapun yang dia inginkan. Setiap libur sekolah Hyung selalu diajak liburan ke luar negeri sementara aku tinggal di rumah untuk belajar. Bahkan saat Hyung terlibat tawuran di sekolah, Mommy tidak memarahinya. Apapun yang dia minta pasti selalu dikasih"
Mata Jennie mulai berkaca-kaca mendengar isi hati Limario. Pria itu setengah sadar sekarang.
"Ketika besar, Hyung dikasih perusahaan sedangkan aku disuruh membangun perusahaan sendiri. Saat aku sibuk-sibuknya merintis ia menyuruhku menikahimu. Aku menerimanya tanpa membantah. 'Mommy tidak mungkin melakukan ini jika bukan demi kebaikanku' pikirku saat itu. Namun lama kelamaan aku sadar kalau dia cuma memanfaatkan ku sebagai alat buat kepentingan pribadi. Ia suka memamerkan segalanya untuk mendapat pujian. Lalu kau meminta berpisah. entah seperti apa kehidupanku dimasa depan"
Kedua tangan Limario terangkat membingkai wajah mungil Jennie yang telah basah oleh air mata.
"Sekarang aku hanya ingin mengikuti kata hatiku. Aku harus menjagamu dan membuatmu nyaman hidup bersamaku. Dan tentang sikapku yang sering cuek, aku minta maaf. Aku akan berubah" ujarnya seraya tersenyum lembut.
"Maaf bila aku sering melukai hatimu. Aku tidak punya hubungan apapun dengan Tzuyu. Hanya kamu satu-satunya wanitaku dan tolong tetap bersamaku" suaranya lama-lama menghilang. Tubuhnya langsung jatuh ke pelukan Jennie.
"Lim" panggilnya melirik Limario yang memejamkan mata. Jennie menepuk-nepuk pipinya tetapi pria itu telah tidak sadarkan diri.
Dengan susah payah Jennie memindahkan tubuh Limario ke kamar. Ketika ia merebahkan tubuh Lim ke kasur, Limario menarik tangannya ikut terjatuh. Lim langsung memeluknya membuat jantung Jennie berdebar kencang. Jennie tidak bisa kabur kemanapun. Alhasil ia tidur bersama Limario disana.
Tbc
![](https://img.wattpad.com/cover/368593478-288-k146749.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Without Love ✓
Fiksi PenggemarLimario dan Jennie menikah gara-gara dijodohkan oleh Seo In Ah yang merupakan ibu dari Limario. Jennie dulunya adalah anak orang kaya raya tetapi setelah orangtuanya meninggal ia jatuh miskin. In Ah pun menyesal telah menikahkan putranya dengan Jenn...