"Saat pertama kali bertemu dengannya, aku pikir dia adalah seorang malaikat."
•
•
002 || Layanan Berbayar (2)
•
•
Dokkaebi itu mulai berbicara akan tetapi ucapan yang di keluarkan Dokkaebi itu terdengar tidak jelas.
Tubuh (Name) sedikit gemetar saat mengingat adegan ini, kejadian di mana kepala orang - orang meledak seperti kembang api.
'Astaga, ku harap ini hanya mimpi saja.' batin (Name) menutup matanya.
"Ngomong apa dia?"
"Apa ini semacam teknologi AR?"
"Jelek."
Suara orang-orang mengisi gerbong, mengomentari situasi yang sedang terjadi ini. Sedangkan (Name) berdiam diri di pojok gerbong sambil memegang erat plastik dalam genggamannya.
[Ah, ah. Apa kalian bisa dengar? Duh, aku kerepotan karena patch bahasa Koreanya ngga jalan.]
[Semunya, apa kalian bisa mendengar saya?]
"Hei, apa yang kau lakukan?" Potong salah satu dari mereka.
[Eh?]
"Apa ini syuting film? Saya ada audisi jadi harus cepat pergi." Lanjut orang itu.
[Ahh, audisi. Begitu ya, jam segini juga ada audisi ya.]
[Sepertinya penyelidikan datanya kurang ya. Padahal katanya paling banyak yang ikut kalau mulai layanan berbayar sekitar jam tujuh malam.]
"Apa? Ngomong apa sih?"
[Oke, semuanya. Tenang dan duduk dulu, lalu dengarkan kata-kata saya. Mulai sekarang saya akan menyampaikan hal yang penting!]
Seru Dokkaebi itu yang sayangnya tak didengar oleh orang-orang itu. Malahan mereka melayangkan protes pada Dokkaebi itu.
"Apa ini! Cepat jalankan keretanya!"
"Apa yang kau lakukan tanpa persetujuan penduduk!"
"Bagaimana kau akan mengganti rugi ini?!"
"Ibu, apa itu? Kartun?"
Mereka mulai protes satu per satu pada Dokkaebi itu. (Name) yang mengetahui apa yang akan terjadi menutup matanya rapat-rapat.
"Hahaha. Berisik sekali ya! Kubilang–
'Ya Tuhan, kumohon lindungi aku.'
"–diam!"
Kepala pria yang tadi protes seketika meledak, mereka yang melihatnya berjalan mundur menjauh dari tubuh yang sudah kehilangan kepala itu.
[Ini bukan syuting film.]
Kepala mereka meledak satu per satu bagaikan kembang api.
[Dan juga bukan mimpi.]
Gerbong itu menjadi lautan darah, tubuh (Name) tersentak saat mendengar suara ledakan di sampingnya.
[Bukan novel dan bukan 'kenyataan' yang kalian tahu! Mengerti?!]
Suara ledakan mulai berhenti, tapi hal ini tidak membuat (Name) membuka matanya. Apa lagi bau amis darah yang membuat (Name) semakin takut untuk sekedar mengintip.
[SEMUANYA, SELAMA INI KALIAN PASTI HIDUP SENANG. YA KAN?]
[KALIAN LAHIR TANPA MEMBAYAR APA PUN, BERNAPAS, MAKAN, BUANG AIR BESAR, DAN BERKEMBANG SEENAKNYA! HA!]
[KALIAN BENAR-BENAR HIDUP DI DUNIA YANG ENAK, YA!]
(Name) menelan ludahnya dengan susah payah, tubuhnya gemetar dengan hebat.
[TAPI MASA YANG ENAK ITU SEKARANG SUDAH BERAKHIR. NGGA MUNGKIN KALIAN BISA TETUS MENIKMATI SECARA GRATIS KAN?]
Semua orang yang berada dalam gerbong menatap Dokkaebi itu penuh dengan ketakutan. Sampai sebuah suara memecahkan keheningan itu.
"Apa kau menginginkan uang?" Tanya seorang pria dengan setelan jas yang rapi.
"Kalau uang, saya bisa berikan berapa pun. Ah, asal tahu saja saya orang seperti ini." Ucap pria itu sedikit gugup.
"Berapa yang kau perlukan? Satu lembar yang besar? Atau dua?" Ucap pria itu mengeluarkan cek dari sakunya.
[Hmm, jadi kalian mau memberikan uang?]
"Kalau kau membiarkan kami keluar dari sini, saya bisa memberikan berapa pun." Ucap pria itu mengeluarkan beberapa kertas cek lagi.
[Uang, boleh juga. Serat nanti yang penuh kesepakatan subjektif mutual banyak manusia.]
'Berhasil! Sudah kuguda uang itu segalanya.' Batin pria itu menyeringai.
Dokkaebi itu menjentikkan jarinya, kertas cek itu langsung terbakar habis. Han Myungoh, pria itu memekik terkejut.
[Di mana pun, kalian selalu seperti itu di ruang waktu.]
[Kertas semacam itu tak bernilai apa pun di dunia dimensi makro. Kalau kau berbuat seperti itu lagi, akan ku ledakkan kepalamu. Camkan itu.]
Han Myungoh terduduk ditanah, entah apa yang Dokkaebi itu pikirkan melepaskan Han Myungoh begitu saja.
[Haa, waktu berbicara ini pun utang kalian terus bertumpuk. Yah, baiklah. Dari pada saya jelaskan ratusan kali, lebih cepat kalau kalian coba sendiri kan?]
Dokkaebi itu menjentikkan jarinya secara bersamaan kedua tanduk milik Dokkaebi itu memanjang seperti antena.
[Channel #BI-7623 telah dibuka.]
[Para Konstelasi bintang akan masuk.]
Suara seperti notifikasi terdengar oleh (Name) dengan perlahan gadis itu membuka matanya dan disambut oleh layar biru muda yang melayang di hadapannya.
[Skenario utama telah tiba.]
_____________________________
<Skenario Utama #1>
Pembuktian Nilai
Bunuh lebih dari satu makhluk hidup.
Kategori: Utama
Tingkat kesulitan: F
Batas Waktu: 30 menit
Hadiah: 300 koin
Jika gagal: Mati_____________________________
[
Kalau begitu, semoga beruntung semuanya.]
[Mohon perlihatkan cerita yang menarik.]
Setelah mengatakan hal itu tubuh Dokkaebi mulai menghilang sepenuhnya dari sana.
— To be continue
KAMU SEDANG MEMBACA
The One [ORV X F!Reader]
Random[Omniscient Reader's Viewpiont X Fem!Reader] Yeon (Name), gadis yang selalu membuat orang kagum ketika melihatnya. Mata berwarna biru cerah, dan rambut putih seperti salju. Membuatnya terlihat seperti malaikat di mata orang lain. Tapi bukan berarti...