02. Those Eyes

0 1 0
                                    

Azalea merasakan panas di wajahnya saat menerima kertas itu. "I-iya, makasih kak," jawabnya dengan suara yang hampir berbisik.

Laki-laki itu mengangguk, masih dengan senyum yang membuat Azalea gugup. "Gambar kamu bagus."

Perempuan itu tersenyum malu-malu, "Makasih, aku masih belajar kok..." ia merasa panas di wajahnya. Kak Fahri melihat gambarnya, dan itu membuatnya merasa sangat malu.

Fahri melihat sekeliling Plaza sejenak, kemudian kembali menatap perempuan itu. "Enak juga ya ngegambar disini."

Azalea menunduk, merasa jantungnya berdetak lebih kencang. "I-iya."

Kak Fahri mengangguk lagi, lalu berkata, "yaudah, aku pergi dulu ya, mau rapat soalnya."

Azalea hanya bisa mengangguk, terlalu gugup untuk berkata lebih banyak. Fahri melangkah pergi, meninggalkan Azalea dengan kertas sketsanya. Saat pujaan hatinya menghilang dari pandangan, perempuan itu memandang gambar di kertas itu, "huft, untung cuma sketsa Jaemin."

Dengan hati yang masih berdebar, ia tersenyum kecil. Mungkin, hari ini adalah awal dari sesuatu yang baru.

...

"HAH?!"

Azalea segera membungkam mulut Dara dengan tangan kirinya.

"Sstt... berisik! Udah malem tau." Katanya sambil menatap pintu kamar yang tertutup, takut ada orang di luar kamar.

Dara hanya cengengesan, dia melepas tangan anak itu dari mulutnya.

"ya maaf, lagian kamu, sih! Tiba tiba banget interaksi sama kak Fahri?" Dara menatap sahabatnya dengan intens, kemudian perlahan menyunggingkan senyuman jahat, "hm... dia tau nama kamu, lho... kenapa ya? Padahal kan kamu sama dia gak pernah kenalan juga sebelumnya." Dara tersenyum jahil sambil mengedarkan matanya ke plafon kamar, pura-pura berpikir.

Azalea merona malu. "I-itu... aku juga nggak tau, dia pernah dengar namaku dari orang lain?"

Dara mendekatkan wajahnya pada Azalea, membuatnya semakin gugup. "Atau mungkin... dia diam-diam perhatiin kamu? Aduh, Zalea, bisa jadi ini tanda-tanda nih!"

Azalea mendorong bahu sahabatnya pelan, "Hush, jangan ngaco! Aku yakin itu cuma kebetulan."

Dara tertawa, "Kebetulan yang manis, ya? Kamu tuh yang diam-diam suka sama dia, sekarang dia tau nama kamu duluan. Seru banget!"

Azalea mendesah, mencoba mengalihkan pembicaraan. "Udah, udahlah. Kamu cerita rapat tadi gimana aja, deh."

Dara mengangguk, masih dengan senyum jahil di wajahnya. "Oke, oke. Jadi tadi waktu rapat..."

Meskipun Dara mulai bercerita tentang rapatnya, pikiran Azalea masih melayang ke momen di Plaza tadi. Diam-diam, hatinya berharap momen itu akan menjadi awal dari sesuatu yang lebih.

...

"Latihan hari ini harus lebih maksimal, kita hampir sampai di puncaknya," kata Pak Budi, dosen pembimbing jurusan musik, saat mereka berkumpul di ruang latihan.

"Iya, Pak," jawab semua orang serempak, termasuk Azhar, Rama, dan beberapa teman lainnya. Mereka mengangguk bersemangat.

Latihan berlanjut dan berjalan dengan lancar. Setelah beberapa jam, Pak Budi memberi aba-aba untuk berhenti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 04 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bungaku, AzaleaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang