Berisik dan gelap.
Itu adalah kesan pertama yang melintas dipikiran seorang pemuda tinggi ketika kakinya melangkah ke dalam club malam yang ada di daerah Setiabudi. Ia memperhatikan sekeliling dengan wajah tidak nyaman. Jujur saja, dia benar-benar merasa asing disini. Dan sebenarnya juga, ini kali pertama ia menginjakkan kaki ditempat ini.Bright Resto & Lounge. Begitulah nama tempatnya. Restoran bintang 5 dengan 3 lantai dimana lantai pertama untuk restoran pada umumnya yang menyajikan menu ala prancis, sedangkan lantai 2 dan 3 untuk club malam yang beroperasi dari jam 10 malam.
Dika ada disini untuk memenuhi undangan temannya yang katanya mengadakan pesta untuk perayaan ulang tahunnya. Bersama temannya Amir Ageung Mahendra yang biasa dipanggil Aming, mereka tiba tepat sesuai undangan yang dishare temannya.
Dika menghela napas. Ia mengikuti Aming melewati kerumunan orang-orang yang sedang menggila di lantai dansa. Membiasakan matanya untuk melihat di tempat remang-remang didominasi cahaya hijau dan merah di tempat itu.
Lalu menaiki tangga untuk menuju lantai 3 dimana tersedia banyak private room yang disewakan termasuk mesin karaoke di dalamnya. Kontras dengan lantai 2, disini sangat sepi.“Ming, Jamal ada diruangan yang mana?” Tanya Dika ketika matanya melihat lorong panjang seperti di hotel. Total ada enam ruangan dengan lampu merah atau hijau yang menyala di atasnya.
“Di nomor dua katanya.” Jawab Aming lalu menuju ruangan yang dimaksud.
“ASTAGA" Kedua orang itu terkaget dengan jantung yang hampir copot melihat keadaan orang-orang yang mulai menggila di dalam ruangan itu. Terutama Dika si pemuda kampung yang sangat culture shock dengan apa yang terjadi.
Di dalam ruangan terdapat sofa panjang melingkar berbentuk huruf U yang sebagian sudah terisi beberapa orang yang asyik bercumbu. Sementara si pemilik pesta sedang duduk ditengah sofa dengan kedua tangan yang aktif berada di dada kekasihnya yang bersandar di dada bidangnya.
“Woy Jamal.” Sapa Dika begitu dia mendekat ke Jamal dengan sebisa mungkin menjaga pandangannya untuk tidak memelototi aktifitas tangan sobatnya yang sibuk meremas dada besar pacarnya, Kak Tia si senior cantik.
“YO DIKA, AMING BARU DATENG. KITA BARU AJA MULAI PARTY. SINI DUDUK." Sambut Jamal dengan memberi tos kecil setelah melepas tangannya dan sedikit mendorong punggung Tia untuk duduk dengan benar. Dia sedikit kasian melihat wajah pucat Dika yang shock dengan apa yang dilihat.
“Minum dulu Dik, muka lu pucet banget” kata Aming mengulurkan gelas yang berisi cairan bening di meja kepada Dika. Untuk seorang yang tinggal di Kota Besar, datang ke tempat seperti ini bukan pertama kalinya Aming lakukan, sesekali saja ketika butuh hiburan.
“Ini gue bebas ngapain aja kan ya Mal?” Tanya Aming.
“Yoi, seneng-seneng deh lu. Lu kalo laper juga bisa pesen makan di bawah. Bilang aja billnya sama gue.” Jawab Jamal sebelum bibirnya dicium Tia yang merasa dianggurkan setelah kedatangan teman-temannya.
“Gue ke toilet dulu ya Dik.” Pamit Aming kemudian meninggalkan Dika seorang diri di ujung sofa itu.
Dika menghela nafas. Setelah meminum 3 gelas kecil sprite rasa baru yang menurut dia rada aneh, Dika jadi lebih santai. Dia mengedarkan pandangannya untuk memperhatikan aktifitas orang-orang ini senior-seniornya yang dia kenal memiliki reputasi yang bagus di kampus tapi di dalam ruangan ini seperti orang yang hilang akal.
Ada Reynata si duta kampus yang sedang asik bernyanyi dengan mesin karaoke tanpa memerdulikan gaunnya yang sudah merosot memperlihatkan dua payudara besarnya yang menggantung sedang dihisap dan diremas oleh pacarnya Jeri si Presiden Mahasiswa.
Di pojok sofa sudah pasti Reyhana kembaran Reynata anggota ukm jurnalis kampus yang sedang berciuman dengan pacarnya Seno si ketua senat. Walaupun Dika hanya melihat punggungnya yang sedang diremat Seno dipangkuannya dengan bagian bawah yang saling menggesek.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATING BULE & AA SUNDA
FanfictionHanya tentang bagaimana takdir mempertemukan Shua si gadis bule yang terkenal karena berteman dengan para gadis populer di kampus dan Dika si pemuda kampung yang memiliki cita-cita meneruskan usaha Ayahnya sebagai juragan sawah.