Prologue

6 0 0
                                    

Di hari yang cerah di sebuah desa terlihat banyak orang yang sedang bertani. Semua orang terlihat saling sapa menyapa dengan senyum. Padang padi yang luas, dan juga tanaman lainnya. Jika dilihat oleh petani luar mereka akan iri dengan apa yang dimiliki oleh orang desa ini.

Di suatu pondok yang dikelilingi pohon mangga di belakangnya terlihat seorang bocah yang sedang menatap langit dengan tatapan yang kosong. Anak itu berumur empat tahun. Walaupun tatapannya kosong sebenarnya dia sedang berpikir apa yang bisa dia lakukan pada hari itu. Anak itu terlihat sedikit menyendirikan dirinya. Terkadang dia ingin ikut bermain dengan anak-anak lain di desa itu tetapi karena ketakutannya dia mengurungkan niatnya. Disaat dia melihat ke awan terlihat seorang gadis sedang berjalan melewati pondok.

Anak gadis itu merupakan anak kota yang diajak orang tuanya untuk ke rumah neneknya selama dua minggu. Dia diizinkan untuk berjalan-jalan di sekitar desa dengan syarat membawa alat gps yang berbentuk gelang untuk berjaga-jaga jika dia tersesat. Disaat melewati pondok anak gadis itu melihat seorang anak laki-laki yang sedang menatap awan. Sesaat dia melihat anak itu dia juga spontan melihat ke arah langit. Dia memiringkan kepalanya sedikit karena dia bingung apa yang sedang dilihat oleh anak laki-laki itu. Tak lama kemudian dia pun pergi ke arah anak laki-laki itu.

Anak gadis itu berjalan secara perlahan ke arah pondok seakan-akan dia tidak ingin ketahuan oleh anak laki-laki itu saat mendekat ke pondok. Sesaat dia berada di samping anak itu dia menatap langit lagi. Dia sedikit mengerutkan dahinya karena keheranan. Anak gadis itu menepuk baru anak laki-laki itu.

"Hei, apa yang kau tatap?"

Suara gadis itu sangat anggun. Anak laki-laki itu langsung lepas dari tatapan kosongnya dan melihat ke arah gadis itu.

"......."

Anak laki-laki itu hanya menatap anak gadis itu.

"Namaku Amelia Twenie." Amelia mengangkat tangannya mengajak anak laki-laki itu untuk bersalaman.

"A-ah.. namaku Adi Priyadi."

Adi membalas jabat tangan yang ditawari oleh Amelia.

Amelia langsung ikut duduk di sebelah Adi. Adi langsung berpindah ke samping sedikit untuk menjaga jarak.

Amelia mengayunkan kakinya ke depan dan belakang samsung bersenandung dengan gembira.

Mereka hanya diam di situ. Apapun yang sedang mereka pikirkan itu tidak penting namun Adi yang selama ini tidak mempunyai teman merasa dia sedikit canggung. Dia mencoba untuk memulai percakapan tapi dia merasa takut untuk berbicara.

"Kamu punya teman berapa banyak?" Amelia bertanya seakan-akan mereka sudah dekat dengan satu sama lain.

"Be-belum punya teman." Adi menjawab dengan nada yang rendah.

"Aku juga belum punya. Soalnya di kota aku tidak diperbolehkan oleh orang tuaku untuk berjalan-jalan ke luar."

"A-ah.. kamu bukan o-orang sini ya?"

Amelia mengangguk sambil tersenyum.

"A-apa kau tidak t-takut padaku?"

"Kenapa aku harus takut?"

"S-soalnya kita belum pernah bertemu s-sekali p-pun."

"Aku merasa kalau kita sama."

Amelia melihat ke arah langit sambil mengayunkan kakinya.

Adi melihat ke arah Amelia yang tesenyum.

"A-apanya yang tidak sama?"

Amelia melihat ke arah Adi.

"Sama-sama belum punya teman."

Amelia tersenyum dengan lebar. Adi yang mendengar itu merasakan seperti ada yang menggelitik dadanya dan menundukkan kepalanya.

"Hei.."

Amelia memegang tangan Adi. Adi sedikit terkejut..

"Apa kau mau menjadi temanku?"

Adi terdiam dan melihat ke arah Amelia.

Tangan Adi bergetar seakan dia bingung dan takut untuk menjawab.

Setelah beberapa saat Adi menggenggam erat tangan Amelia.

"Ada apa?" Amelia tersenyum.

Adi melihat senyuman Amelia langsung menguatkan tekadnya. Dengan tekadnya Adi mengangguk.

Wina kembali tersenyum. Senyumannya hari ini merupakan senyuman sangat hangat yang secara tidak sadar Adi tersenyum.

*

Mereka berdua duduk dan saling menggenggam tangan satu sama lain. Amelia terlihat mengayunkan kakinya. Sembari tersenyum Amelia bersenandung dengan riang.

*

Beberapa waktu berlalu.

Adi kemudian melepaskan genggaman tangannya. Adi tak lama kemudian berbaring sambil menatap langit. Adi bertanya-tanya seperti apakah berteman itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pengalaman yang AnehTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang