"Hanya tentang hujan, aku, dan kamu di saat pulang sekolah kala itu"
HAPPY READING
Adara duduk menikmati es krim coklatnya dengan lahap, sementara Gibran hanya memperhatikannya sambil memainkan handphone. Tiba-tiba, ia memutuskan untuk memotret Adara secara diam-diam.
Adara yang menyadari aksinya melontarkan sindiran, "Lain kali kalau mau fotoin gua, bilang, supaya gua bisa gaya dulu."
Gibran terkejut. "Idih, siapa yang fotoin lo? Enggak usah kepedean," jawabnya berusaha mengelak.
"Jadi cowok jangan gengsi," Adara membalas sambil tertawa.
Merasa terpojok, Gibran akhirnya mengakui, "Iya sih, gua memang fotoin lo. Jujur, lo cakep banget."
"Jelas donk, dari lahir gua memang udah cakep," puji Adara dengan bangga.
Gibran hanya tertawa mendengar pernyataan percaya diri Adara.
"Btw, gua udah selesai nih. Yok balik!" ajak Adara sambil bangkit dari kursi.
"Yok!" seru Gibran.
Mereka berdua berjalan menuruni tangga, tetapi tiba-tiba Gibran berhenti saat menerima notifikasi dari handphonenya.
"Dara, tunggu bentar!" perintah Gibran.
"Hmm, kenapa?" tanya Adara penasaran.
"Ada yang chat gua." Gibran membuka WhatsApp dan membaca pesan dari Rahsya.
Rahsya: Gua udah sampe di rumah Adara. Motornya udah gua masukin di garasi rumahnya.
Gibran: Oke, thanks bro. Btw, kunci motornya lo taruh di mana?
Rahsya: Aman, kunci motornya udah gua taruh di bawah keset kaki.
Gibran: Nice!
Setelah membalas pesan, Gibran menyimpan handphonenya di saku celana dan melanjutkan langkahnya. "Udah yok, turun lagi," ucapnya.
"Memang siapa yang chat?" tanya Adara lagi.
"Rahsya," balas Gibran singkat.
"Dia bilang udah sampe di rumah lo dan dia juga bilang kalau kunci motornya dia taruh di bawah alas kaki," jelas Gibran.
"Okay."
Mereka berdua melanjutkan langkahnya dan segera sampai di depan pintu toko es krim. Gibran dengan sopan membukakan pintu untuk Adara.
"Thank you," ucap Adara ceria.
"You're welcome," sahut Gibran.
Di parkiran, Gibran memasangkan helm untuk Adara dan menyalakan mesin motor. Adara merasa diperlakukan istimewa, dan itu membuatnya yakin bahwa Gibran adalah pilihan yang tepat.
"Pegangan ya. Gua mau ngebut," perintah Gibran setelah memasangkan helm kepada Adara.
Adara mengangguk, menandakan persetujuannya.
Mereka pun melaju meninggalkan toko es krim tersebut.
⚝⚝⚝
Di jalan raya, tiba-tiba awan yang tadinya cerah berubah gelap. Tanda bahwa hujan sebentar lagi akan turun.
"Dara, sebentar lagi hujan. Mau berhenti dulu atau mau lanjut?" tanya Gibran dengan suara lantang.
"Jalan aja. Lagian hujannya belum turun," jawab Adara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Perantara [END]
Novela JuvenilAdara Bianca & Gibran Narendra adalah kisah tentang pertemuan dua jiwa yang terjalin dalam konflik. Adara, sosok gadis yang sulit percaya dengan orang yang sudah mengecewainya dan Gibran, sosok pemuda yang berjuang untuk mendapatkan hati Adara meski...