Latihan hari ini sudah selesai. Kenan cukup bernafas lega mengingat hari ini— ya Allah rasanya mau nangis aja.
Hari ini ia dan Tirta harus melatih anak-anak klub tanpa kehadiran coach Indra dan coach Hendru. Oh masih ada satu pelatih lagi, namun sedang dalam perjalanan pulang kampung mengingat ada saudara yang akan mengadakan pesta pernikahan.
Tirta dan Kenan membagi tugas. Salah satu dari mereka harus memperhatikan dan mengajari anak-anak yang masih SD dan mengawasi yang SMP. Sedangkan yang SMA masih bisa dilepas atau diawasi sesekali.
Nah yang menjadj permasalahan, Tirta itu kan emosian ya dan susah ngemong anak kecil, maka dari itu Tirta mana mau disuruh mengawasi junior-juniornya. Jadi, Kenan lah yang ia tumbalkan.
"Wkwkwk, gimana, Mas, yang melatih bocil-bocil gen alpha? Masih ada semangat hidup?" tanya Aksa dengan nada meledek Kenan. Ia bergeser sedikit agar Kenan bisa duduk lesehan disebelahnya, kini ia dan Kenan duduk melingkar bersama dengan Tirta, Wira, Dejun dan Yaksa.
Kenan hanya melirik sinis lalu memakan siomay nya denga sedikit kesal. "Sebenarnya mereka itu gampang diatur, cuma ya memang namanya anak kecil pasti mikirnya ya main, cuma yang ini ya Allah hari ini energi mereka kayanya kelebihan!" jawab Kenan menjelaskan.
Tirta yang diam sambil makan siomay akhirnya tertawa terbahak-bahak. "AHAHAHAH definisi akan ku lalui semuanya tapi sambil 'ya Allah, aku capek banget' awokawok," ucapnya sambil tertawa ala anak-anak sosmed.
"Heran, kenapa aku bisa kenal kalian. Mana betah lagi," sahut Wira yang juga makan siomay.
Pokoknya mereka semua ini lagi mukbang siomay seusai latihan.
"Iya juga ya, udah tiga tahun ya? Betah juga gabung sama anak ajaib seperti kalian," ujar Tirta yang sudah selesai dengan tertawanya. Suasana yang tadinya ramai seketika berubah menjadi agak redup, tetapi memberikan rasa nyaman. Namun Dejun yang merasa tersindir dengan kata-kata 'anak ajaib' langsung memukul lengan Tirta dari belakang. Sedang yang dipukul hanya mengaduh kesakitan.
"Kalau aku, kamu sama Wira ya sudah tiga. Kalau Dejun, Aksa sama Yaksa belum terlalu lama," jawab Kenan dengan santai. Toh, ia memang sudah bergabung dengan klub panahan VAC ini saat masih SD bersama dengan Tirta dan Wira.
"Rasanya kaya sudah kenal lama banget," celetuk Dejun yang lagi makan siomay tapi cuma dikasih kecap. Yaksa bergidik ngeri melihatnya. Kok bisa sih ada orang yang tidak suka pedas tapi suka makan seblak kaya si Dejun ini?!!
"Mungkin karena kita mudah berbaur ya, terus kalian bertiga juga asik jadi ngerasanya kaya udah temenan dari lama," balas Wira menjelaskan.
"Kalian tuh ikut klub panahan kaya gini gara-gara hal apa sih?" tanya Wira ke Dejun, Aksa dan Yaksa dengan jiwa keponya. Dia itu tidak tau apa-apa sebenarnya. Tau-tau saat mau latihan, tiba-tiba sudah ada Dejun sama Aksa. Beberapa minggu setelahnya, tiba-tiba sudah ada Yaksa dilapangan. Wira kan tidak tau kapan join nya.
Dejun melahap siomay otak-otak nya sambil pose berpikir, "Kalo nggak salah, aku tuh sama Aksa lagi motoran. Terus lewat lah kok heh ini ada panahan, coba yuk besok eh malah ketagihan, jadi keterusan deh," jawab Dejun sambil sedikit bercanda tetapi punggungnya langsung dipukul sama Wira yang bertanya dengan serius.
"Cerita tuh yang bener!" balas Wira dengan sengit.
"Plak!"
"Sakit! Orang lagi makan kok malah digeplak!!" ucap Dejun tak terima lalu membalas dengan memukul balik Wira dengan lebih keras dipunggungnya.
"DUK!!"
"SAKIT ANJING! Aku mukulnya nggak sekeras itu ya!"
"YA MAKANYA ORANG CERITANYA MEMANG BENER BEGITU!" kata Dejun dengan penuh emosi.
"Wekawekaweka, baru kali ini lihat Dejun dipukul mas Wira!"
"Apa?! Mau dipukul juga kamu Aksa?!"
Aksa menggeleng ribut lalu membenarkan ucapan Dejun. "Bener kok memang gitu," ucapnya membenarkan apa yang Dejun ceritakan.
"Masih inget betul dulu si Dejun sama Aksa ini sewaktu dateng ke lapangan tuh boncengan tapi masih pakai seragam smp yang warna oren itu, sekarang sudah ganti kan?" ucap Tirta sekaligus bertanya.
Dejun melirik tak senang ke arah Tirta, "Jelek banget tau!! Masa ya, seragam olahraga nya warna oren nih, ya, oren. Tapi malah di kombinasikan sama warna biru tuh kaya ... cok?? NGGAK NYAMBUNG BANGET!" balas Dejun dengan penuh emosi.
"Au ya, yang milih warna katanya kepala sekolah, tapi kan sekarang kepseknya sudah ganti, jadi baju olgar nya juga ikutan diganti waktu tahun ajaran baru," sahut Aksa dengan kalem. Soalnya kalau dia ikutan heboh atau emosi seperti Dejun yang ada nanti malah jadi sasaran empuk pelampiasan emosinya si Dejun. Jadi, Aksa cari aman aja.
"Hahahaha, lucu amat, aku pernah liat juga kalian berdua datang ke sini naik motor beat kan pas masih pakai seragam olgar yang oren itu. Langsung mikir sejak kapan ada dua anak SMP latihan di sini gitu," kata Wira sambil mengenang momen tersebut.
Sambil asik bercerita ngalor-ngidul. Akhirnya Dejun sadar kalau Yaksa sedari tadi hanya diam, asik dengan dunianya sendiri sambil merebahkan tubuhnya di atas paving lapangan dan menjadikan paha kiri Tirta sebagai bantalnya.
"Kamu, Sa? Ikut masuk klub sini gara-gara apa?" tanya Kenan tiba-tiba karena barusan dia dapat kode dari Dejun untuk melirik ke arah Yaksa yang hanya diam.
Yaksa terkesiap lalu menjawab, "Sama kaya mas Dejun. Pas awal masuk SMP juga kata mas Dejun di sekolah kalau ikut ekskul panahan nanti setiap lomba bakal menang terus. Yasudah, ngikut aja sampai sekarang," jawab Yaksa dengan polos.
Wira sebagai atlet senior yang sudah tau pahitnya kalah dalam perlombaan apalagi kalau skornya selisih satu saat babak eliminasi nampak tidak terima dengan jawaban yang Yaksa lontarkan.
"KATA SIAPA YAKSAAA, KAMU JANGAN SERING MAIN SAMA DEJUN! SESAT!"
"ENAK AJA!!"
Kenan kembali menghela nafasnya. Salah satu masalah hidup Kenan adalah ketika temannya bertengkar.
Mari kita tinggalkan mereka semua yang asik bernostalgia dan juga kita tinggalkan keributan Dejun dengan Wira yang terpantau sedang meributkan jawaban dari 'kenapa Yaksa mau sih masuk klub ini?'
Jangan beri Wira kesempatan untuk bertanya. Kasihn otak kamu yang harus mengeluarkan energi lebih untuk berpikir dengan sangat kritis dan memberi jawaban seperti apa yang Wira mau jika ditanya olehnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maaf Ya Kalau Kita Sibuk, Karena Kita Coklat; Cowok Atlet
FanfictionBagi Yaksa, medali itu adalah memori. Panahan milik mereka adalah memori. Cerita mereka adalah memori. Makanya bagi Yaksa, dunia panahan adalah segalanya. Versi novel dari AU yang- udah lah ngga ngerti dilanjut apa engga :')