Aku tahu bahwa Kang Asep harus kembali ke keluarganya, namun keinginanku yang tak terpenuhi itu masih membara dalam hatiku. Aku berjanji pada diriku sendiri, jika suatu saat Kang Asep kembali, aku tidak akan membiarkan kesempatan itu lewat begitu saja.
Hari-hari berlalu, dan aku mencoba melupakan perasaanku. Namun, bayangan tentang Kang Asep selalu muncul dalam pikiranku.
Kehidupan kembali berjalan normal, namun aku selalu berharap bahwa suatu hari nanti, Kang Asep akan kembali. Dan jika saat itu tiba, aku akan siap untuk mengambil kesempatan yang telah kulewatkan.
Suatu hari, aku begitu terkejut karena tiba-tiba Kang Asep kembali menghadapku dengan wajah cemas. "Pak, uang yang dikumpulkan masih kurang. Istriku mau lahiran, aku butuh kerjaan dengan bayaran yang lebih tinggi," katanya dengan nada memohon.
Aku memandangnya dengan penuh perhatian. "Kang Asep, aku punya ide yang mungkin bisa membantu," jawabku sambil tersenyum.
Lalu aku mengusulkan agar kali ini Kang Asep menjadi bottomku, dimana aku akan menyodomi anusnya dengan penisku. Awalnya, dia tampak ragu dan ketakutan akan rasa sakit.
"Tapi, Pak... apa tidak sakit?" tanya Kang Asep dengan suara bergetar.
"Aku akan memastikan semuanya baik-baik saja, Kang. Percayalah, nanti juga akan nikmat," jawabku sambil mencoba meyakinkannya.
Kang Asep pun mengiyakan permintaanku demi istrinya yang sebentar lagi lahiran.
Aku pun dengan cepat membawanya ke kamarku dan segera memposisikan Kang Asep untuk berjongkok di hadapan penisku. Lalu aku mengeluarkan penisku dan mendekatkan ke wajahnya. "Hisap ini dulu, Kang," kataku dengan lembut, mengarahkan pandangannya untuk fokus pada apa yang ada di hadapannya.
[Aldi dan Kang Asep, yang mengalami kebersamaan emosional dan fisik di kamar. Mereka menikmati kehangatan dan kedekatan, saling memberikan kenyamanan dan kepuasan.]
Setelah selesai, kami berdua terbaring lelah namun puas, tubuh kami masih saling terhubung dalam keintiman yang mendalam. Aku mencium lehernya dengan lembut, merasakan rasa puas yang mendalam dari setiap momen yang baru saja kami bagi. "Kang, ini pengalaman seks terbaik yang pernah aku rasakan" bisikku, menikmati kehangatan tubuhnya yang masih bergetar dalam kenikmatan.
"Pak... Kakang juga baru kali ini merasakan hal yang senikmat ini," katanya dengan suara yang lelah namun penuh kepuasan, tubuhnya masih merespons setiap sentuhan kecil dariku. Kami berdua terbaring dalam kehangatan dan kenikmatan, menikmati setiap detik dari momen yang penuh gairah dan keintiman ini.
Setelah selesai, aku keluarkan penisku dan langsung menjilati lubang anusnya yang masih basah dengan spermaku. "Pak, jangan... kotor," katanya sambil berusaha menghentikanku, namun aku tak peduli.
"Tidak apa-apa, Kang. Aku suka," jawabku sambil terus menjilati, menikmati setiap momen dari kenikmatan ini. Lidahku bergerak lembut namun tegas, menjilati setiap inci dari lubang anusnya yang masih hangat dan basah.
Setelah selesai, aku mencium bibirnya lagi. Kali ini, Kang Asep membalas ciumanku dengan penuh gairah, bibirnya bergerak dengan intensitas yang sama. "Terima kasih, Pak," katanya setelah kami selesai bercumbu, matanya menunjukkan rasa puas dan lega.
Pagi harinya, aku memberikan bayaran atas layanan yang diberikan kemarin. Kang Asep menjadi canggung ketika melihatku.
"Ini, Kang. Bayaranmu," kataku sambil memberikan uang.
"Terima kasih, Pak," jawabnya sambil menunduk.
to be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Kang Asep
Short StoryWarning 21+ [Muscle Bottom] Mohon jadi pembaca yang bijak! Sinopsis Cerita: Ketika Kang Asep, seorang pria desa dengan tubuh kekar dan wajah tampan, melamar pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga di rumah Aldi, dia tidak menyangka hidupnya akan ber...