I : Terungkap

12 3 0
                                    

Pria dengan pakaian serba hitam, beserta mask yang menutupi seluruh wajahnya sehingga tak ada seorangpun yang mengetahui wajah asli Kalix. Kalix atau yang di sebut Fedrick sang Snipermask memopong HK G3 kesayanganya keluar dari ruangan itu. Supercar berwarna hitam datang menuju kearahnya dan ia pun segera memasukinya.

"Gudang biasa." Supir itu menggangguk pelan dan melajukan supercar menuju tempat tujuan.

Udara mencekam menyelimuti gudang itu. Cahaya lampu yang minim di dalam gudang seperti tak ada kehidupan di dalamnya.

Derap langkah tegas memasuki gudang tersebut yang menciptakan atmosfer disana menjadi mencekam. Kalix membuka topeng wajahnya dan menatap seorang lelaki dengan tatapan yang mampu mematikan nyali lawannya. Kalix berjalan mendekati lelaki tersebut.

"Apa tujuanmu datang ke wilayahku?" Kalix mendongakkan wajah lelaki itu dengan tangannya. Lelaki itu tak berani menatap sorot tajam gelap Kalix.

"Ti...tidak...tua-," belum sempat menjawab, Kalix menghempaskan wajah lelaki itu sampai dia tersungkur ke lantai.

"Aku sudah mengetahui apa jawaban dari sampah sepertimu," ucap Kalix dengan smirknya.

"To...long...tolong lepaskan saya tuan." lelaki itu menyatukan kedua tangannya, memohon agar sosok di hadapannya memberi sedikit belas kasih.

"Sudahlah aku muak denganmu!" bentak Kalix dengan tatapan tajam tak tergoyahkan. "Let's play with me..." Lanjutnya lirih bersamaan dengan tawa yang besar. Kalix merogoh glock 17 di dalam saku jas nya dan menaruh muncung senapan tepat dihadapan kepala lelaki itu.

Dor!!!

Darah mengalir membasahi lantai gudang, bau darah yang menyeruak membuat siapa saja mual terkecuali dengan Kalix yang merasa senang dengan hal itu.

"HAAHAHAAHA" Tawa Kalix menggelegar keseluruh sudut gudang.

Percikan darah mengenai bajunya. "Sialan." Ia kembali menatap lelaki itu dengan smirk diikuti dengan tawa ciri khasnya.

~》

Erik berjalan menuju Kalix yang sekarang terlihat mengganti pakaiannya. Tubuh yang diselimuti otot yang menarik ditambah roti sobek yang yang tersusun rapi menambah kesan gagah.

"Kau tak perlu membunuh mereka semua, Lix," tegas Erik kepada Kalix.

Kalix tak menatap Erik, ia tetap sibuk memakai pakaiannya. "Astaga temanku, why are you so stiff? mereka memang pantas untuk dibunuh," ucap Kalix datar.

"Kita hanya perlu membunuh setengah dari mereka, agar sisanya bisa kita jadikan objek untuk bertanya mengenai tujuan distrik 10," ucap Erik dengan suara memberat. "Distrik 10 semakin menjadi-jadi, kau ingat tujuan kita di jadikan mata-mata, kan?" Lanjut Erik.

Kalix mendengus kasar, dilanjutkan duduk di sofa yang empuk dan terlihat mewah. "Kau tidak sedang meremehkanku kan, Rik? Tentu saja aku ingat dengan tujuan itu."

Erik menghembuskan napas dalam. "Lalu? sekarang apa kau tahu keinginan distrik 10?" tanya Erik.

"Emerald green."

Erik dan Kalix saling memandang serius. Kalix berdiri dari duduknya dan mendekati Erik. Erik menaikan satu alisnya. "Apa maksudmu?"

"Erik, tujuan kita menjadi mata-mata selain bertugas menjaga kedamaian distrik 7 juga ada hubungannya dengan Emerald green," jelas Kalix dengan tatapan dingin.

"Apa maksudmu, Lix? apa kau sudah mengetahui semuanya? tapi dari mana?" Ribuan pertanyaan dilontarkan Erik kepadanya.

Kalix terkekeh geli. Ia mengeluarkan kotak kecil yang di dalamnya ada surat dan berbagai peluru yang di bawa oleh orang-orang suruhan distrik 10.

"Kau lihat peluru ini? ini bukan peluru biasa atau peluru yang di miliki polisi atau tentara di dunia ini." Wajah Erik tampak kaget dengan semua barang yang Kalix tunjukkan.

Kalix melanjutkan penjelasannya. "Surat ini adalah catatan yang berisi tempat-tempat yang menjadi tujuan penyerangan mereka." Kalix membuka surat itu. "Dan kau lihat? salah satu titik penyerangannya ada di kota Azadellin. Kota ini memang terlihat seperti kota biasa, namun-"

"Namun apa, Lix?" tanya Erix semakin penasaran.

"Di ujung kota, di belahan sepi masyarakat, di suatu tempat rahasia, di sana terdapat Emerald green yang di jaga ketat oleh suruhan bawahan polisi." ucapnya. "Emerald itu memiliki energi yang jika di salah gunakan dapat menyebabkan kehancuran distrik." Lanjutnya yang membuat atmosfer di ruang itu semakin dingin.

"Artinya, Distrik 10 sedang mengincar emerald green itu? dan peperangan tadi hanya dijadikan sebagai pengalihan agar mata-mata di Distrik 7 menghiraukan emerald itu?" Erik  bertanya seakan tak percaya dengan semua yang terjadi.

Kalix mungkin gila, namun ia memiliki otak yang hebat untuk melihat semua petunjuk yang ada. "Kau tahu mengapa aku membunuh mereka semua?" tanya Kalix membuat bulu kuduk Erik berdiri tegak.

"Karena tujuan mereka, semuanya sudah ada bersamaku."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 24, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

KALIX |On Going|Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang