🍁
Di hamparan laut luas
Kita adalah sepasang biduk yang terluka,
yang bertemu dalam wujud paling fana.Kita bercinta di tepi samudera,
kita mengembara kabut asmara,
dan di atas perahu itu khayalan tercipta.Tanpa sadar bahwa alasan kita mendayung hanyalah untuk menunda waktu tenggelam.
Dua jam sebelum kehadiran Moeza ke apartemen, Erza mendapatkan kabar tentang identitas pelaku yang menyebabkan kebakaran di panti asuhannya. Di mana, Erza semakin yakin bahwa kebakaran itu bukanlah bentuk dari kealpaan, melainkan sebuah kesengajaan.
Dalam hidupnya, Erza tidak pernah semarah ini. Bahkan, ia sungguh membenci dirinya saat tahu tentang informasi tersebut. Sekejap, amarahnya berubah menjadi lahar yang sangat menyakitkan.
Karena Erza menyadari bahwa ia tetap tidak bisa melakukan apa-apa. Saat ini, tidak ada satu pun jelaga yang dapat menolongnya. Nyatanya, satu-satunya jiwa yang mampu menghadapi ini semua hanyalah dirinya.
Meski dunia nampak tidak adil karena sekarang, Erza kehilangan Meera dan Moeza yang menjadi alasannya untuk terus bertahan. Saat ini, sudah tidak ada alasan baginya untuk bertahan hidup.
Maka segala keputusan yang akan Erza lakukan esok hari adalah bentuk dari usaha terakhirnya. Ketika akhirnya, buih-buih amarah menemukan muara untuk berlabuh. Walau, keadilan nampak samar dan jauh, ia akan tetap melakukan usaha terakhirnya.
Sehingga, ketika hari sudah berganti pagi. Tanpa ragu, Erza mendatangi kantor Erick Nasution.
Semua mata menatap ke arahnya. Bagai berkata, anak durhaka itu akhirnya kembali. Namun, Erza tetap tak acuh karena tujuannya adalah bertemu dengan orang nomor satu di perusahaan tersebut. Kendati, setelah memasuki ruang kerja itu, orang yang ia temui bukan Papi-nya.
"Good morning, Elang."
Langkah Erza membeku saat netranya bertatapan dengan sosok perempuan di hadapannya. Sesaat, lidahnya kelu ketika melihat perempuan tersebut melangkah ke arahnya.
"Dimana Papi saya?" Tanya Erza.
"Hari ini Papi-mu tidak ke kantor. Jadi saya yang menggantikan." Jawab Anggun. "Ada perlu apa?"
"Tidak seharusnya kamu berada di ruangan Papi saya." Alih-alih tersinggung dengan ucapan Erza, Anggun justru tertawa dengan suara keras yang menggelegar.
"So funny, apakah sekarang kamu telah berminat untuk menggantikan posisi Erick?" Perempuan itu semakin mendekat hingga tubuh keduanya hanya berjarak beberapa jengkal. "Langkahi mayat saya dulu kalau kamu bisa."
"Saya tidak butuh melangkahi mayat Anda, karena setelah ini Anda akan mendekam di penjara." Kata Erza. Namun, Anggun sama sekali tidak gentar. Ia justru menantang anak laki-laki di hadapannya.
"Sudah ketahuan, ya?"
"Saya bisa mengatakan semuanya pada Papi saya dan Anda, hidup Anda akan berakhir." Cetus Erza. Matanya sudah sangat berapi-api dan seolah ingin mematikan musuh di depannya. "Penjahat seperti Anda tidak layak hidup dengan tenang. Perbuatan keji yang Anda lakukan, sudah membuat keluarga dan orang-orang di dekat saya menderita. Semua karena ulah Anda. Baik dulu atau pun sekarang."
"Kalau ini yang kamu inginkan, maka kamu telah berhasil menghancurkan hidup saya."
Anggun tersenyum ketika mendengar ucapan itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/344944728-288-k688128.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Series III #MOERZA | Jika Kita Bertemu Kembali [MARKNO AU]
Fanfiction"Jika Kita Bertemu Kembali" SERIES III : MARKNO AU #MOERZA - Moeza dan Erza Sebermula adalah aku dan kamu yang berlabuh pada kata "kita" sebelum akhirnya hancur dan melebur. Semesta yang memaksa Erza melepas Moeza buat raganya hanya dipenuhi Lobus y...