Januari

726 100 2
                                    

Januari tahun ini terasa berbeda sekali dengan tahun lalu rasanya. Bahkan udara Desember akhir yang kemarin masih dirasakan sudah hilang entah bagaimana.

Angin di awal Januari ini benar-benar membuat bulu kuduk merinding, seolah akan ada hal buruk terjadi.

Anak itu hanya bisa mendesah dan menepis perasaannya. Bagaimana pun ini tahun baru yang dia habiskan pertama kali tanpa keluarganya.

Oh iya kemarin di akhir Desember tentu saja ayahnya yang cerewet tak membiarkannya tenang dan membawanya pulang ke rumah.

Bukan tanpa sebab sebenarnya, anak itu tiba-tiba menelpon di akhir Desember yang terik. Tak mengatakan apa-apa selain ingin pulang ke rumah.

KKN membuatnya harus terjebak dengan orang-orang asing dan dia tidak suka membayangkan akhir tahunnya dihabiskan dengan orang-orang yang membuatnya marah sehari-hari.

Suaranya bergetar saat menelpon.

"Mau pulang" katanya.

Ayah yang menerima telpon langsung panik. Menanyakan ada apa? Apakah dia sakit? Atau apakah dia tiba-tiba bertengkar dengan teman-teman KKN-nya?

Dia hanya berdecak.

"Enggak, cuman mau pulang. Tapi yaudahlah gak jadi, ketuanya gak ngizinin"

Iya, ketua KKN-nya yang menyebalkan itu tidak memberi izin untuknya pulang ke rumah. Padahal jelas-jelas dia tau manusia satu itu memberikan izin pada temannya yang lain.

Dia dengan perasaan kesal menutup telpon membiarkan orang tuanya di kota yang jauh disana bertanya-tanya dan khawatir.

Tapi dia mana peduli, dia terlanjur kesal karena maunya tak bisa diwujudkan.

Begitu harusnya tapi dua jam kemudian poskonya tiba-tiba ramai dan ayahnya datang begitu saja. Mengatakan tidak tenang akibat dirinya yang memutuskan telpon begitu saja.

Bibirnya tercebik pelan saat mengadu ingin pulang tapi tak ada yang mengizinkan.

Ayah mendesah sebelum meraih tangannya dan menyuruhnya bersiap.

"Papa yang ngizinin, sana ambil barang yang mau dibawa pulang"

Entah bagaimana caranya hari itu dia berhasil pulang ke rumah. Meninggalkan hiruk-pikuk desa sepi yang menjadi tempat KKN-nya selama dua bulan.

❄️❄️❄️

Tidak ada yang bicara, dia pun tak ada niatan ingin membicarakan apapun dengan keluarganya.

Sesampainya di rumah setelah hampir 3 setengah jam berkendaraan, dia langsung masuk ke kamarnya. Meraih guling kesayangannya dan memeluknya erat-erat.

Dia juga tak mengerti kenapa dia melakukannya. Dia hanya ingin pulang sejenak.

Melihat suasana hati anak kesayangannya yang tak baik, malam itu tiba-tiba ibu membiarkan kami makan bakso pinggir jalan.

Masih gak ada yang membahas apapun, masalah yang mungkin terjadi di tempat KKN.

Sampai dua hari berlalu dan sudah waktunya kembali ke posko. Saat itu tanggal 31 Desember. Besok sudah tahun baru.

Dia lagi-lagi diantar ayahnya berangkat ke tempat antah-berantah itu, lagi.

Di sepanjang jalan hanya bisa menggigil kedinginan karena mereka berangkat saat subuh masih ada waktu.

Matahari belum terbit tapi mereka sudah membelah jalanan penghubung antar kota dan kabupaten.

Sepanjang jalan tidak ada yang bersuara kecuali ayah yang sesekali menepuk tangan anaknya pelan.

"Besok-besok kalau mau pulang lagi telpon aja ya? Papa udah sering kok ke luar kota gini, sering juga jalan kesini kalau ada kerjaan. Kakak tu kan? Biasanya dulu Papa bolak-balik kesini, jadi gak apa-apa kalau kakak mau dijemput Papa bakal langsung jemput"

Flower Bloom Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang