𝐈

58 6 7
                                    


Sorak ramai rakyat bergemuruh di luar tembok istana. Bersiap-siap akan hari besar pergantian penguasa negeri Halycon. Anak-anak membawa bendera-bendera kecil, mengibarkannya di antara orang dewasa yang disibukkan bermacam hal.

Harumnya hidangan beradu padu, dari ayam bakar penuh bumbu hingga manisnya strowberry cake. Botol-botol berisi anggur diarak masuk istana untuk orang-orang penting di sana.

Acara dimulai, dua benda pusaka menjadi saksi akan sumpah pemimpin baru negeri ini. Penobatannya disahkan dengan lantang. Orang-orang yang berada dalam ruang singgasana bertepuk tangan meriah. Lalu pesta dimulai.

Sedari tadi, netra sekelam gagak memperhatikan acara besar itu dari sisi ruangan. Anggur merah ditangannya. Ikut meneguk cairan asam dan pahit itu hingga tandas seperti yang raja lakukan, lalu menjatuhkan cangkirnya.

Putri sulung raja terdahulu itu mendecih pelan, melihat adik tirinya yang gagah dengan atribut resmi kerajaan. Hingga orang-orang kepala berat mendatanginya dengan wajah pongah.

"Oh Nona Freya, kenapa anda ada di sini? Apakah anda sudah memberi salam untuk raja baru kita?"

Atensi Freya tidak bergeser sama sekali, seolah tidak ada seorang pun yang biacara padanya.

"Freya Khione! Beraninya kau mengacuhkanku?!"

"Beraninya kaubicara lantang di depan putri sulung raja," kata Freya penuh intimidasi. Suaranya setenang danau, namun pandangan mata layaknya mata tombak yang siap menghunus jantung.

Orang yang mengajak Freya bicara diam-diam berkeringat dingin. Tangannya mengepal gemetar menjadi lembab sekaligus panas.

Para petinggi kerajaan ikut menatap mereka. Suaranyalah yang mengundang setiap mata mengarah pada dirinya sendiri. Tuan Roderic, menteri pendukung raja baru itu terjebak dalam permainannya sendiri. Desas desus miring mulai tersebar luas, menggema dalam ruang aula yang sedang berpesta.

"Padahal dia hanya menteri, beraninya menyinggung seorang putri."

"Kau tidak dengar? Dia bahkan memanggil sang putri tanpa gelar."

"Dia pikir dia siapa? Baru jadi menteri sudah mau sok!"

Begitulah seterusnya. Hari penobatan ini malah menjadi ajang gosip tentang menteri tak tahu diri dan putri sulung raja. Hingga seseorang yang tak ingin acara miliknya hancur segera datang untuk menengahi.

"Kakak, jangan membuat masalah di acara penobatanku," ucapnya kesal.

"Maafkan aku, Yang Mulia Raja. Bukannya kalian sudah tahu sendiri, kalau pria tua bangka inilah yang menyinggungku lebih dulu!" Freya menunjuk ke arah Roderic. "Dia harus dihukum minimal 50 kali cambukan dan dipenjara."

Perkataan Freya berhasil mengusir kesombongan dari wajah menteri itu. Raja Thaddeus menghela napasnya, meredam emosi pada kakak pertama.

"Usir dia sekarang!" titah Thaddeus pada para pengawal, menunjuk menteri pendukungnya tersebut.

"Hanya diusir, Adik?" Ucapan Freya memanggilnya dengan sebutan 'adik' semata-mata ingin mengejek.

"Aku akan mengurusnya nanti. Nikmatilah pestanya," ucap Thaddeus, lalu meninggalkan Freya menuju tengah ruangan, kembali menjadi pusat perhatian orang-orang.

"Tentu saja, aku akan menikmati ini."

▪︎▪︎▪︎▪︎▪︎

Perayaan berpindah ke ruang makan. Dimana jamuan besar tersaji di atas meja menggugah selera siapa pun di sana.

Freya duduk di samping ibunda dari Thaddeus. Sebagai anggota inti kerajaan, ia harus mendapat kelebihan daripada yang lain.

Meskipun, Freya lebih menginginkan posisi tertinggi. Menjadi seorang ratu.

LethiferousTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang