Brakkk...
"Put/Yut" keduanya saling pandang dan segera turun karena menabrak mobil seseorang yang terparkir di pekarangan rumahnya
"Alamak" Jirayut menepuk jidatnya
"Gpp itu mah, yang penting gue selamat" seru Putri
"Gpp gpp, lu gilak. Noh lu liat, mobil mahal bro. Bisa di usir gue dari rumah sama bonyok, kalo mereka tau masalah ini"
"Kgk bakal" enteng gadis itu
"Lu-"
"Shtttt! Liat mobil siapa dan rumah siapa ini?" unjuknya sembari tersenyum lebar
"Lah? Ini rumahnya si Rara?" kagetnya, Putri mengangguk dan berjalan pergi
"Kini masalah kita berpindah ke Rara, lu tau kan? Tuh bocah lebih gue takutin dari pada bonyok" suntuk Jirayut, Putri tak mendengarkan dan mengetuk-ngetuk pintu Rara
"Woyy! Mana denger dia kalo lu cuma ngetok-ngetok! Pake bell" suruhnya
"Dih? Suka suka gue lah" balesnya tapi mengikuti ucapan Jirayut
"Langsung masuk aja" seru Selfi yang sia-sia
"Kgk ada orangnya kali Yut? Masih belum di buka"
"Lah? Kan tadi lu tau, dia pulang, atau jangan-jangan?" Keduanya saling bertukar pandang lagi dan mencoba membuka pintu rumah Rara yang tak di kunci
"Yes, right. Above above" ujar Selfi semangat
"Ra? Rara? Raraaaaa?" panggil keduanya mencari-cari keberadaan Rara, hingga tujuan mereka tinggal satu, yaitu di ruangan atas, keduanya berlari dan menemukan Rara tergeletak, Selfi merasa lega karena berhasil mendapatkan pertolongan untuk sang adik, tak lama Rara tersadar dan hal yang pertama dia cari adalah sang kakak, Selfi tak berniat menunjukkan wajahnya lagi, dan memilih untuk menghilang, namun Rara segera menahan tangannya dan memeluk sang kakak dari belakang
"Hikss! Jangan pergi kak" isaknya tangisnya
"Ra?" bingung triyut
"Kamu sekarang tau kan? Tau kan siapa kakak? Dan kakak pun baru tau, kalo kakak. Kakak adalah hantu" lirihnya
"Tapi bagaimana bisa?" tanya Rara membalikkan tubuhnya
"Kakak sudah meninggal dek"
"Meninggal? Meninggal karena apa? Gak mungkin kak, gak mungkin itu" Rara menyakal semuanya
"Tapi itulah kenyataannya, dek"
"Kakak, meninggal karena apa? Di mana makam kakak? Kok gak ada yang datang menemui Rara? Dan memberitahukannya?"
"Kakak juga tidak tau, kakak tidak ingat apapun, yang kakak ingat sekarang adalah kamu dan mama papa, bagaimana keadaan mama papa? Apa mereka masih belum pulang dari luar kota?"
"Luar kota?"
"Kak?" panggil Rara dengan lirih
"Ada apa sayang?"
"Papa sudah tidak ada sejak lama, dan sementara mama, dia menikah lagi dengan teman kerjanya yang di luar negeri, dan sekarang dia tinggal dengan suami barunya di sana" ucap Rara dengan lirih
"Rara" bukan Selfi melainkan triyut yang langsung beranjak dan memeluk Rara dengan erat, menenangkan sahabatnya itu
"Kita tau seberapa sedihnya lu saat ini, Ra. Tap-tapi lu jangan bikin kita takut juga Ra, dengan lu ngomong sendiri membuat kita iba"
"Apa sih!!" Rara melepaskan pelukan mereka
"Gue lagi ngomong sama kakak gue, gue mohon lu berdua diam sebentar, bisa???" suntuknya
Rara kembali ke topik pembicaraan dengan Selfi, sementara triyut lama kelamaan berjalan mundur, menjauh
"Gue rasa, Rara udah gak waras Put" bisik Jirayut, Putri mengangguk mengiyakan dan tiba-tiba dia kembali teringat akan sesuatu
"Eh eh eh, hp lu mana? Tadi gue ngirim file aplikasi ke lu, kan?" tanyanya, Jirayut mengangguk cepat dan memberikan ponselnya pada Putri
Putri memasang aplikasi yang sebelumnya dia kirim saat Rara pulang, dan setelah itu di menekan aplikasi itu dan menunjukkan hal yang menarik, itu adalah aplikasi melihat hantu yang dia pinta dari sang papa yang seorang genius
Putri dan Jirayut memastikan dengan seksama dan mereka tiba-tiba saja terjatuh pingsan, tentu saja menarik perhatian selra yang langsung menghampiri mereka
Rara meraih ponsel Jirayut dan melihat kamera yang masih aktif merekam
"Kak" panggilnya seraya menunjukkan video yang sudah tersimpan, Selfi kaget saat mengetahui dia bisa di rekam, Rara segera mencari ponselnya dan membandingkan, tapi sayangnya hasilnya nihil, kameranya tak bisa merekam keberadaan sang kakak
"Ajib nih hpnya si Ayut" seru Rara
*****
Hari sudah semakin malam, Jirayut dan Putri baru saja menuruni anak tangga sembari memegang kepalanya yang masih merasa pusing, lalu mereka melihat Rara yang sedang makan sendirian
"Ra? Kok kita bisa di rumah lo?" tanya Putri
"Dasar Durjana lo berdua, app lu berdua udah lupa, hah?" kesal Rara menatap mereka
Putri dan Jirayut mengingat-ingat dan kembali teringat, mereka ketakutan, tapi Rara menepis ketakutan mereka dengan hal lain
"Ini lebih parah dari yang ada di pikiran lo pada"
"Emangnya. Selain kita ngeliat hantu kakak lo, apa lagi yang lebih menakutkan?"
"Mobil gue?" seringainya, triyut menelan silvanya, itu bukan hal yang baik, ini lebih buruk dari ngeliat hantu, pikir mereka
"Uhm, Ra. Kita bisa bicarakan baik-baik, kan?"
"Iya Ra, dengan kepala es batu. Eh maksudnya dengan kepala dingin"
Rara menoleh dan tersenyum menyeringai
"Duduklah" suruhnya dengan lembut
"Perasaan gue kgk enak nih Put" bisiknya
"Iya anjirr, curiga gue juga sama nih anak" belasnya
"Jadi di bicarakan baik-baik gak nih?"
"Iy-iya" bales mereka, dan mencari tempat duduk yang jauh dari Rara
"Kakak gue dan teman-temannya lagi duduk di situ" triyut langsung meminta maaf dan pergi ketempat yang Rara tunjuk, kini mereka berada di sisi kanan kiri Rara
"Makan makan" tawarnya, triyut menggeleng
"Tenang aja, belum di colek kok sama kakak gue, lagi pula kakak gue juga gak ada di sini" entengnya
.
.
.
.
Hey guys ini karya baru aku. Semoga suka ya. Jangan lupa vote dan share jika bagus. Dan pastinya jika kalian mau tau kelanjutannya, hehehe.