Prolog

4 1 0
                                    

Seoul, 2024.

Pagi yang sibuk. Eun-sun berjalan cepat mendekati bus yang beberapa detik lagi akan melaju. Gadis berbalut jas formal berwarna putih tulang dengan rambut ikal terawat itu membuka kembali lembaran kertas HVS sesaat setelah mendaratkan bokong-nya pada kursi keras bus.

Dengan seksama Eun-sun kembali menelaah kertas berisi daftar pertanyaan yang akan diajukan padanya saat Pers peluncuran novel terbarunya pagi ini. Lamat gadis itu membaca ulang seluruh tulisan kemudian memberi tanda pada setiap kata yang dirasa penting.

Sembari menunggu halte tempatnya turun, Eun-sun juga menyiapkan daftar jawaban dari tiap pertanyaan yang ditulis. Sesaat gerakan lincah tangan Eun-sun terhenti. Tatapannya mendadak kosong. Hiruk pikuk kota metropolitan yang terlihat dari kaca jendela bus mengalihkan perhatian Eun-sun. Sesekali gadis dengan mata sipit itu tersenyum kecil seolah memori menyenangkan tengah berlalu-lalang dalam pikirannya. Namun kekhidmatan memandangi jalanan ibu kota itu terganggu oleh dering telepon dari dalam tasnya.

"Hallo, selamat pagi Nona Cho," sapa suara berat yang begitu familiar hingga membuat senyum lebar menghiasi bibir Eun-sun.

"Selamat pagi juga kapten." Balas Eun-sun yang kini pipinya sudah merah merona.

"Aku ada kabar baik untukmu, seluruh pertemuan bisnisku hari ini akan dijadwalkan ulang pada hari lain. Jadi, aku bisa menemanimu makan tteokbokki setelah acara peluncuran novelmu selesai." Kalimat dari seberang telepon ini berhasil membuat wajah Eun-sun terlihat seperti kepiting rebus.

"Baiklah, aku akan menunggumu." Jawab Eun-sun singkat dengan wajah tersipu.

"Semoga acaramu pagi ini sukses Nona Cho." Kalimat ini mengakhiri percakapan mereka.

"Terima kasih. " Jawab Eun-sun yang kemudian segera memutus sambungan telepon.

Eun-sun segera merapikan barang bawaannya lalu beranjak turun dari bus. Dengan sedikit lari kecil Eun-sun menerobos masuk ke dalam Mall besar yang telah ramai pengunjung. Tujuannya adalah lantai B1-1F tempat perpustakaan nyetrik starfield library berada. Di perpustakaan itulah Eun-sun akan melakukan pers peluncuran novel terbarunya.

Gadis itu menghentikan langkah tepat di depan spanduk bertuliskan 'Pers Peluncuran Novel Terbaru Penulis Cho Eun-sun'. Gadis yang napasnya terengah itu lalu mengeluarkan cermin kecil dari dalam tasnya. Dengan cepat ia merapikan anak rambut yang berantakan saat ia berlarian. Eun-sun juga sempat menetralkan napasnya sesaat sebelum masuk ke dalam keramaian wartawan yang telah lama menunggunya.

Kilatan cahaya lampu kamera mengiringi langkahnya menuju sofa abu di atas panggung kecil yang telah disediakan. Dengan senyum ramah Eun-sun mendengarkan pembawa acara yang langsung memulai acara pers.

"Nona Cho, sebelumnya anda selalu menerbitkan novel dengan nuansa romantis yang sangat menyentuh hati para pembaca. Namun, kali ini anda membuat gebrakan mengejutkan dengan membuat novel thriller yang menegangkan." Pembawa acara mulai mengajukan pertanyaan pertamanya pada Eun-sun.

"Apa latar belakang munculnya ide untuk menulis novel ini Nona Cho?" Pembawa acara melanjutkan kalimatnya.

"Sebenarnya tidak ada alasan tertentu dalam penulisan novel ini. Sebagai seorang penulis yang sudah lima tahun bergelut di bidang ini, saya menyadari bahwa ide itu bisa muncul kapan saja dengan bentuk yang bermacam-macam. Namun, saya pribadi berharap novel ini bisa memberi warna baru dalam perjalanan karir saya. Jadi, semua orang akan mengenal saya bukan hanya sebagai penulis kisah romansa tapi sebagai penulis yang serba bisa." Jawaban Eun-sun mengundang gemuruh tepuk tangan para penonton untuk mengapresiasinya.

"Itu harapan yang sangat mengesankan Nona Cho," pembawa acara memberi tanggapan.

"Namun kenapa anda memilih tokoh utama wanita dengan takdir yang begitu rumit bahkan menyedihkan hingga akhir?" Pembawa acara melontarkan pertanyaan kedua.

Eun-sun tak langsung menjawab pertanyaan kali ini. Gadis ini justru terdiam dengan tatapan kosong. Pikirannya melayang entah kemana. Pertanyaan yang sama menyusup jauh ke dalam hatinya.

"Kenapa gadis itu mempunyai takdir yang begitu rumit bahkan sangat menyedihkan hingga akhir? "

*****

The People I KilledTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang