Barang bukti akurat

1.1K 135 10
                                    

🕵️‍♀️👨‍💼

Klarisa sesekali melirik tipis ke arah Darka yang terlihat mulai mabuk bersama teman-temannya yang bukan cuma pria, tapi beberapa wanita.

Darka bahkan tak segan memeluk mesra pinggang seorang wanita yang wajahnya tak asing bagi Klarisa.

"Lah, itu, kan selebgram baru netas," gumamnya.

"Sorry, who you talking too?" tukas bule Jerman yang sejak tadi asik berbincang dengan Klarisa.

"Oh, nope. I just wondering about ... nothing. I have to go, thank you for your time, Fredrick." Klarisa beranjak, tapi ditahan oleh bule itu dengan meraih pinggangnya hingga Klarisa berada dalam pelukannya saat mereka sedang berdansa.

Darka nyatanya belum terlalu mabuk, ia menjauh dari selebram itu lantas mendekat ke arah Klarisa.

"She is with me," tegas Darka dengan tatapan menusuk ke Fredrick. Dengan mudahnya Darka menarik pinggang Klarisa kemudian membawa jauh dari kerumunan orang-orang.

Klarisa melepaskan diri dari Darka dengan kasar. "Resek!" bentak Klarisa melotot. Ia berjalan menjauh dengan cepat. Darka menganga tak percaya saat mendengar Klarisa bicara bahasa indonesia.

"Tunggu!" kejar Darka namun Klarisa berlari cepat. Bisa gawat kalau tertangkap Darka, pasalnya Klarisa sudah tidak betah di sana.

Ia terus berjalan menjauh, napasnya tersengal. Setelah memastikan ia tak terlihat Darka, buru-buru Klarisa duduk di bangku taman kota untuk mengatur napasnya.

"Haduh, hampir aja, haduh!" keluhnya lalu memesan taksi online untuk kembali ke hotel.

Tengah malam, Darka kembali ke apartemen yang ditinggali. Ia membersihkan diri lantas bersiap tidur. Kedua matanya tak mau terpejam, dengan tangan diletakkan di atas dada, ia terus mengingat Klarisa.

Jemarinya mengetuk-ngetuk dada, kenapa ia tertarik dengan Klarisa? Padahal ia bukan tipe yang seperti itu.

Diliriknya ponsel, panggilan masuk dari selebgram tadi. Darka duduk, dijawabnya panggilan telepon dengan senang hati. Namanya playboy, tetap tak mau kehilangan penggemar.

"Kamu di mana?"

"Di rumah Mama, maaf ya tadi pergi gitu aja. Besok jadi jalan? Mau belanja, kan?" Darka berbohong karena malas diganggu sebenarnya.

"Jadi, dong. Besok bisa jemput di hotel atau kita ketemuan? Aku pulang ke Jakarta besok sore setelah ngonten di sini paginya."

"Ketemuan ya, aku ada urusan dulu sebentar."

"Okey, bye honey!"

"Bye, babe."

Ponsel diletakkan, Darka mencoba tidur lagi. Besok pagi ia memang ada pertemuan sebentar dengan calon kliennya, tak bagus jika penampilannya kuyu.

Di hotel tempat Klarisa menginap. Ia membersihkan mekap, sudah memakai baju tidur sambil mencatat hal penting pada buku kecil yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Kegatelan, ganjen, centil, hampir mabok, tangannya kurang ajar, sok iye, belagu," tukas Klarisa bermonolog. Ia tandai semua tadi dengan tanda bulat-bulat menggunakan pulpen merah.

Beralih ke catatan nama-nama perempuan yang sudah jadi korban Darka atas cerita Bellona.

"Kayaknya harus cari tau dari mereka, deh." Klarisa mengirim direct message dengan akun palsu yang khusus ia buat ke para korban Darka, berharap besok pagi ada yang balas pesannya.

Magnetize ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang