Bersabarlah

3 0 0
                                    

Di tengah malam yang sunyi, seorang anak laki-laki bernama Bima berdiri di depan makam orang tuanya dengan mata yang penuh dendam dan tekad yang membara. Bima mengingat dengan jelas bagaimana orang tuanya telah diambil nyawanya di depan mata Bima sendiri. Sejak malam itu, bayangan kelam tersebut selalu menghantui tidurnya, membuat Bima terjaga dengan amarah yang semakin mendidih setiap harinya. Suatu hari, di desa Hogo, tempat Bima tinggal, terdapat kericuhan yang membuat 2 warga saling adu tinju. Bima, yang sedang berjalan pulang dari pasar, berhenti sejenak untuk melihat kericuhan tersebut. Dalam kerumunan itu, ia mendengar bisikan tentang sosok misterius yang dianggap sebagai dalang dari berbagai kejahatan di desa mereka. Bima yang penasaran dengan bisikan itu, kemudian mendekati arah bisikan itu darimana datangnya. Dengan hati-hati, Bima mendekati sekelompok orang yang sedang berbicara pelan. Ia mendengar salah satu dari mereka menyebut nama "Bayu," seorang pria yang sering terlihat di pinggir hutan pada malam hari dan dikenal memiliki hubungan dengan dunia gelap. Setelah mendengar informasi tersebut, Bima merasa kalau dia harus menemui pria bernama Bayu ini. Bima kemudian melerai pertengkaran antara 2 warga tadi, yang ternyata alasan mereka bertengkar karena hanya masalah saling adu mulut saja. Dengan tenang namun tegas, Bima melerai pertengkaran itu, memisahkan kedua pria yang bertengkar dan menenangkan warga yang berkumpul. Setelah situasi terkendali, Bima berjalan cepat menuju pinggir hutan, bertekad untuk menemukan Bayu dan mendapatkan jawaban atas misteri yang menghantui hidupnya.

Tepat ketika Bima mulai memasuki hutan itu, Bima merasakan hawa dingin seolah-olah seperti ada yang ingin mencekik lehernya. Bima berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam untuk mengusir rasa takut yang mulai merayapi dirinya. Dengan keberanian yang tersisa, ia melanjutkan langkahnya, semakin dalam masuk ke hutan, mencari tanda-tanda keberadaan Bayu di antara bayangan pepohonan yang semakin gelap. Bima yang penuh tekad itu mencari-cari apakah ada petunjuk ataupun jejak yang dapat ia gunakan untuk menemukan pria bernama Bayu ini. Saat menelusuri hutan, Bima menemukan jejak kaki yang tampak segar di tanah basah. Jejak itu membawanya ke sebuah gubuk tua yang tersembunyi di antara pepohonan lebat. Dengan hati-hati, Bima mendekati pintu gubuk, berharap menemukan Bayu di dalamnya. Gubuk itu memiliki sebuah lubang disamping pintu, yang ukurannya sebesar kelereng. Bima memutuskan untuk mengintip dari lubang kecil itu. Dengan hati-hati, Bima menunduk dan mengintip melalui lubang kecil di samping pintu. Di dalam gubuk yang remang-remang, ia melihat seorang pria berambut panjang dan berjanggut lebat duduk di dekat perapian yang hampir padam. Pria itu tampak sedang berbicara dengan seseorang yang duduk membelakanginya. Bima merasakan jantungnya berdebar kencang, yakin bahwa pria yang duduk di depan perapian itu adalah Bayu. Menyadari bahwa dia hanya sendirian, Bima memutuskan untuk menyusun rencana terlebih dahulu, tetapi begitu Bima membalikkan badan, ia dikagetkan dengan sosok yang ia lihat tadi sedang membelakangi pria yang Bima yakini adalah Bayu, tetapi sekarang pria itu tepat berada di hadapannya. Bima terkejut dan mundur beberapa langkah saat pria yang misterius itu berdiri di depannya. Pria itu menatap Bima dengan mata tajam, seolah-olah sudah mengetahui niatnya. "Apa yang kau cari di sini, anak muda?" tanya pria itu dengan suara dalam dan mengancam. Bima menelan ludah, berusaha mengendalikan rasa takutnya, dan menjawab dengan suara yang bergetar, "Aku mencari Bayu. Aku butuh jawaban tentang kematian orang tuaku." "Sayang sekali anak muda, mungkin pria yang kau cari tidak ada di sini. Memang seperti apa ciri-ciri pria bernama Bayu yang kau cari ini?" ucap pria misterius itu. Bima kemudian menyadari bahwa sebenarnya dia belum mengetahui identitas Bayu ini dan dia juga sadar kalau orang yang menghabisi nyawa orang tuanya dulu belum diketahui identitasnya, karena dia mengenakan jubah yang menutupi tubuhnya. Bima merasa tertegun oleh pertanyaan tajam pria misterius itu. Dia menyadari bahwa selama ini, kebencian dan tekadnya hanya mengarah ke sebuah nama tanpa wajah atau ciri yang jelas. "Aku tidak tahu seperti apa penampilan Bayu," jawab Bima dengan jujur, merasa sedikit malu karena kekurangperhatiannya selama ini.

Pria misterius itu mengangguk, matanya masih menatap tajam ke arah Bima. "Dan apa yang akan kau lakukan jika menemukan Bayu? Apa rencanamu setelah itu?" tanya pria tersebut, suaranya masih tenang namun penuh dengan ketegasan yang membuat Bima merasa seperti diuji. Bima mengatakan kalau dia akan membalaskan dendam karena Bayu ini sudah membunuh orang tuanya. Kemudian pria misterius tadi tertawa "Bahkan kau belum mengetahui siapa yang membunuh kedua orang tuamu, dan kau langsung menyatakan kalau kau menemukan pria bernama Bayu ini kau akan langsung melakukan tindakan senekat itu? Apa kau yakin wahai anak muda?" Bima menggertakkan giginya, merasa dipermainkan oleh pria misterius itu. Namun, dia juga menyadari kebenaran dalam kata-katanya. Bima menarik napas dalam-dalam, mencoba meredam amarah yang berkobar dalam dadanya. "Aku tahu, aku terdengar nekat dan mungkin bodoh," kata Bima dengan suara yang lebih tenang, "tapi ini satu-satunya cara yang aku tahu untuk mencari keadilan bagi orang tuaku."

BersabarlahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang