Malam itu juga Taehyung menghubungi Jungkook,memintanya untuk bertemu di dekat mansion Jungkook. Awalnya ia enggan, namun sepertinya ini serius jadi dengan hati-hati ia meninggalkan kamar Daisy dan menemui Taehyung.
Begitu memarkirkan mobilnya Jungkook bisa melihat Taehyung yang hampir sekarat. Darah mengucur dari keningnya, hingga beberapa luka lainnya.
"Ada apa denganmu bodoh? " Jungkook kesal, tapi ia masih membantu kawannya itu.
"Bawa aku ke rumahmu, wanita gila itu hampir membunuhku! " ucap Taehyung. Singkatnya, Taehyung hampir tertangkap polisi.Dia sudah dapat tembakan beberapa kali, tapi masih bisa melarikan diri.
Ia bisa menjamin keselamatan nya di rumah Jungkook sebab polisi akan mengurungkan niatnya jika sudah berurusan dengan Jungkook.
"Minum ini, diam jangan merepotkan akan ku panggilkan dokter. " ucap Jungkook memberikan segelas air putih pada Taehyung.
"Aku tak berharap, tapi semoga wanita gila itu datang kemari. Aku melihatnya membuka masker di wajahnya hari ini, itu sebabnya ia terus mengejarku." suara Taehyung masih terbata, nafasnya hampir habis.
"Diamlah sialan, apa kau tidak ingat anak istrimu? " ujar Jungkook. "Mereka aman, polisi tidak akan meyentuh mereka bukan? "
Jungkook benar-benar tak habis pikir dengan kawannya ini. Teringat dengan putrinya kemudian Jungkook memeriksa kamar Daisy.
Ia bernafas lega saat melihat putrinya itu masih tidur lelap. Baru beberapa saat ia tinggal suara bel sudah berbunyi beberapa kali. Karena berpikir itu dokter namun ternyata salah, begitu membuka pintu ia mendapati sosok nona itu lagi.
"Ada apa malam-malam begini? " tanya Jungkook.
"Aku mencari seseorang, berikan padaku tuan jangan melindungi buronan polisi." langsung pada intinya ucapan nona itu.
"Tidak ada siapapun disini, aku,putriku dan beberapa maid." Jungkook terlihat biasa dan tenang.
"Biarkan aku masuk jika begitu." nona itu keras kepala, saat masuk ia tak mendapati apapun. Sepi, juga tidak ada tanda-tanda buronannya ada di sini. Yang terjadi justru, Jungkook menutup pintu dan mengunci nona itu di dalam bersamanya.
"Biarkan aku pergi." ucap nona itu.
Jungkook menahan tangannya "Tidak, tetap lah disini." pria itu mendekatkan wajahnya.
Nona itu menoleh, tak ingin berada di dekat Jungkook.
"Kau datang dengan tujuan bukan? Kau tak menemukannya disini, bagaimana jika tujuanmu itu kau ganti dengan yang ada di sini? " tanya Jungkook,nada bicaranya amat sensual.
Ini menjijikkan, tapi bagaimana lagi? Pria itu tak punya cara lain. Ia berprinsip jika tidak bisa dengan kekerasan maka ia akan menggunakan kelembutan.
"Apa maksudmu? Lepas! " berontak nona itu hingga genggaman tangan Jungkook terlepas.
"Aku." lepas, bukannya menjauh tubuh Jungkook justru semakin rapat. Berusaha mencium bibir nona itu yang masih terbungkus masker di wajahnya. Deg!
Masker nona itu terbuka, juga kacamata yang ikut tanggal karena tangan bangsat Jungkook.
Perlahan tubuh yang tadinya rapat, kini menjauh dengan perlahan.Dengan kedua manik yang masih tak melepaskan pandangan dari sosok yang tengah menutup mata dengan rambut yang berantakan.
"Yn... " suara Jungkook sangat pelan, ia tak percaya dengan apa yang ia lihat saat ini. Berkali-kali menampar wajahnya sendiri hingga kulit putih itu berubah menjadi merah.
"Kau? " tanya Jungkook tak percaya, ia masih dilanda syok. Sementara yn masih diam di tempatnya tak berkutik.
"Kau?! " Jungkook memeluk erat tubuh wanita itu, tak dibalas pelukannya namun ia tak peduli lagi. Tangisnya pecah seiring dengan pelukan nya yang makin mengerat.
"Lepas. " suara pelan itu tak diiringi dengan pemberontakan, hanya suara agar ia mendapatkan ruang untuk bernafas.
"Tidak, jika ku lepas kau akan pergi." tolak Jungkook.
"Aku harus pergi." ujar wanita itu.
"Tidak." sekali lagi Jungkook menolak.
"Aku bukan wanitamu, lepaskan aku! " yn mendorong tubuh Jungkook menjauh darinya.
Yn? Bukankah dia sudah mati?
Tidak, dia belum mati.
Ini konyol?
Bukan konyol, jika sudah sakit hati manusia bisa melakukan apapun untuk menuruti egonya.
Begitu lepas wanita itu pergi dari mansion Jungkook, sementara pria itu terduduk lemas di tengah-tengah pintu yang terbuka lebar. Kemudian sepasang tangan mungil menyentuh pundaknya, menyadarkannya dari kekosongan setelah pertemuan itu.
"Appa, aku melihat hantu.. " ucap Daisy hampir menangis. Jungkook memeluknya, sudah pasti itu Taehyung. Sialan, teman tak tau diri itu ternyata bersembunyi di kamar putriku. Begitu ucap Jungkook dalam benaknya, sebab bibirnya tak lagi mampu mengucap bahkan sepatah kata saja.
Jungkook tak bisa tidur bahkan sampai matahari sudah terbit. Ia terus menemani putrinya tanpa peduli temannya itu masih hidup atau tidak. Pikirannya masih terus tertuju pada yn, untuk apa ia melakukan semua ini?.
Jika ingin menghukum diriku harusnya lakukanlah dengan mudah, jangan begini.
Jungkook kembali frustasi dengan keadaannya.
Begitu menyakitkan saat mendengar yn mengatakan dirinya bukan wanita milik Jungkook.
"Jung, aku pulang. Maaf merepotkanmu semalam.. " itu suara Taehyung yang mengintip dari luar pintu kamar Jungkook. "Baiklah. " jawab Jungkook disertai anggukan pelan.
Ia juga sedikit berterimakasih,jika Taehyung tidak memintanya datang malam kemarin tidak akan terjadi.
Ia juga tidak akan melihat kenyataan, bahwa yn nya masih hidup sampai saat ini.
Kemudian ia kembali berpikir, siapa yang dimakamkannya waktu itu?.
Sudah, dia menyerah dengan semua keributan yang terjadi dalam pikirannya. Ia sangat lelah hingga tak bisa untuk sekedar beristirahat.
Ia pun membangunkan putrinya dan mengantarkannya ke sekolah. Seperti biasanya Jungkook akan memberikan kecupan sebelum putrinya masuk ke sekolah.
Begitu Daisy masuk saat hendak berbalik badan Jungkook mendapati yn sudah berada di dalam mobilnya.
Entah kapan wanita itu masuk dan duduk di samping kemudi.Dalam hal ini mereka memang tak perlu banyak bicara, hanya dengan tatapan mata saja seolah sudah mengerti.
Berubah dari tujuan awal dimana ia akan berangkat untuk bekerja, Jungkook memutar stir mobilnya menuju ke mansionnya kembali. Membawa yn pulang.Kali ini tanpa mengenakan masker, juga kacamata hitamnya.
Yn mengenakan gaun diatas lutut berwarna biru terang dengan rambut yang diikat kebelakang.
Jungkook mengunci pintu rumahnya dari dalam, juga meminta semua maid untuk pergi dari mansion.
"Yn, " suara Jungkook datar.
"Apa alasanmu melakukan ini? " imbuhnya, pria itu menatap wanita di hadapannya ini dengan matanya yang terlihat lelah. Semalaman ia tidak tidur.
Plak!!
Satu tamparan dari tangan yn mendarat di pipi kanan Jungkook, kemudian pipi kiri.
"Ini untuk ayah dan ibuku, " lalu satu tamparan lagi.
"Ini untuk saudariku." mata yn menatap Jungkook tajam. Jungkook merentangkan kedua tangannya, ia membebaskan yn melakukan apapun terhadap dirinya sebab ia juga merasa bersalah.
Bukan memberinya tamparan,wanita itu memeluk pria di hadapannya itu hingga tubuh keduanya terhuyung ke belakang dan jatuh ke lantai.
"Brugh! "
Tubuh yn menimpa tubuh Jungkook, sakit tapi Jungkook tak peduli.
"Yn,bunuh aku... Aku akan menerima apapun hukumannya, asal jangan meninggalkanku." ucap Jungkook dengan mata terpejam. "Dasar pria gila! Psikopat! Sialan aku membencimu! Dasar biadab! " umpatan itu tidak sesuai dengan perlakuan yn.
Tubuhnya justru makin erat memeluk Jungkook. Air matanya sudah membasahi kedua pipinya.
Tak bisa ia tahan lagi emosinya, jujur saja ia sangat merindukan Jungkook."Bajingan ini, kenapa aku bisa mencintaimu! " lagi, suara yn disertai isak tangisnya.
Jungkook hanya bisa tersenyum, kerinduan nya terobati saat ini. Cukup lama mereka ada di posisi begini, saling memeluk. Tak ada yang berniat untuk melepas kan satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Shoot's
Teen FictionPerjalanan hidup dua anak manusia yang enggan mengalah pada ego dalam dirinya.Membangun cinta diatas lukisan dendam yang tertata indah. Angin kehidupan membawa keduanya kembali bertemu dan menyatukan bulir-bulir rindu hingga mengutuhkan kembali kep...