01. Sesal

17 2 0
                                    

⚠️ PERHATIAN ️⚠️

Novel ini hanyalah karangan fiktif yang terinspirasi dari kisah sejarah Indonesia. Dikaitkan sesuai apa yang terjadi kala itu, dan bukan menceritakan sejarah sepenuhnya. Dipadaku dengan latar masa depan, dan merupakan sequel dari Novel VOC Yogyakarta, 2050.

Jadi, mohon bersikap bijak sebagai pembaca, dan jika ada kesamaan pada nama tokoh, tempat, dan sebagainya, itu sepenuhnya unsur ketidaksengajaan! Dan mohon diingatkan apabila ada kesalahan dalam penyampaian cerita dan lainnya!

Jangan lupa untuk follow akun penulis, juga tinggalkan jejak vote dan komen! Terima kasih!

• • ✧ • •

Apa yang ditakutkan, nyatanya terjadi dalam waktu singkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apa yang ditakutkan, nyatanya terjadi dalam waktu singkat. Terseret ke dalam foramen hampa, hancur berkeping-keping bagai tak ada lagi unsur kehidupan. Ditinggalkan seseorang, bukanlah hal sepele dan sesuatu yang menyenangkan. Apalagi sekaligus empat. Sekaligus merenggut mereka-mereka yang Kenzo anggap saudara.

Kenzo, Kenzo Jauhar Basil--seorang profesor muda di bidang Matematika dan Fisika, masih belum sepenuhnya bisa menelan kenyataan pahit. Termenung dalam lamunan penuh kepedihan, dan tertatih dalam penyesalan yang begitu dalam.

Satu pilar, lima kepala. Dan tanpa mereka, Kenzo merasa tidak ada apa-apanya. Merasa tidak jauh berbeda dari robot-robot yang kehabisan daya; merasa tidak jauh berbeda dari mesin-mesin yang telah usang.

Sudah tiga bulan lamanya sejak kejadian nahas itu, dan Kota Yogyakarta sudah kembali mulai dibangun seperti sedia kala. Satu demi satu bangunan yang rusak direnovasi, dan satu demi satu barang-barang yang rusak diganti. Namun, tetap tak akan ada satu pun yang mampu menggantikan posisi mereka. Tak akan ada satu pun yang bisa mengembalikan mereka padanya.

Sial! Sial! Sial!

Kenzo tak ada habis-habisnya menyalahkan diri sendiri.

“Sudahlah, Kenzo! Sebentar lagi kita akan memperingati seratus hari kematian Valdi dan Harzan. Dan ada banyak hal yang harus kita lakukan. Berhenti termenung seperti itu! Sekarang kita harus berangkat! Yang lain pasti sudah menunggu,” ucap Tuan Kagendra--pria berusia empat puluh tahun ke atas yang menjadi sosok ayah angkat sekaligus yang selama ini merawat dan mendidik mereka, tidak langsung mendapatkan respons.

Akan tetapi, Kenzo terlihat beranjak bangun dari duduknya setelah beberapa detik tak bergerak. Sementara Tuan Kagendra sendiri hanya memerhatikannya.

“Sekarang kita akan apa dan ke mana?” tanya Kenzo, daya ingatnya tiba-tiba menurun semenjak menghabiskan waktu untuk merenung. Ia yang dikenal tegas pun kini terlihat lemah, dan bukan lagi si yang paling ditakutkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rengasdengklok, 2050Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang