04. Kembalinya sang bintang

4 2 0
                                    

04. Kembalinya sang bintang

Sebuah bangunan berlantai dua dengan cat putih gading itu terlihat dipenuhi berbagai macam tanaman. Tulisan 'Soul Escape Studio' terpasang rapi di bagian depan dengan beberapa lampu yang semakin memperjelas.

Bentala membuka pintu kaca dihadapannya, menimbulkan suara lonceng terdengar memenuhi seluruh ruangan. Cowok berkaus putih dengan dipadukan celana jeans denim itu terdiam heran, ia menggaruk keningnya.

"WOW WOW, Bentala Toyib Nalendra dah inget jalan pulang nih," ucap Jendra lantang.

Bentala berdecih, ia mengangkat dagunya heran, "Sejak kapan studio musik yang gue bangun berubah jadi toko bunga?" tanyanya seraya memandang aneh seluruh isi ruangan yang dipenuhi bunga.

"Sejak lo lebih milih ninggalin gue disini berbaur sama manusia-manusia bodoh nan tolol ini," jawab Ale dengan wajah kesalnya menunjuk semua makhluk tak berguna di sekitarnya.

"Yaelah, padahal juga lo satu spesies sama mereka," Bentala mengejek dengan wajah jahilnya, ia mendaratkan bokongnya di sofa. "Kangen banget gue sama ruangan ini."

Bentala Orion Nalendra, salah satu nyawa Soul Escape yang sekarang sudah kembali ke tempatnya. Cowok berwajah tampan pemilik mata segelap langit malam itu menyandarkan kepalanya di sandaran sofa, senyum tipisnya terukir indah.

"Soul Escape akan tetap enam kepala," ucapnya liirh, "Dan studio ini bakalan menjadi tempat pulang ternyaman."

"Lo jangan mellow gitu dong, gue nangis juga nih," gerutu Ale, cowok itu sudah mencebikkan bibirnya bersiap mengeluarkan isakan.

"Masih cengeng juga, gue kira Ale sekarang ototnya udah sebadan-badan ternyata masih kayak bayi koala," kekeh Bentala.

"Gue makan banyak juga ototnya lebih milih tumbuh di badan Jendra anjir. Nih orang emang jelmaan HULK, masa barang-barang di studio jadi rempeyek setiap dia pegang," kata Ale mengadu, ia menatap kesal Jendra yang hanya cengengesan hingga kedua matanya menghilang.

Bentala menegakkan tubuhnya, "Tiga perintilan lo yang lain, mana?"

"Tau dah, si Raja sibuk bucin mulu padahal bukan pacarnya. Si Naren kadang waras kadang juga bikin gue ngumpat mulu, yang terakhir gue udah angkat tangan deh. Makin kesini makin kesana, untung kagak gue anter ke Rumah Sakit Jiwa," jelas Jendra.

"ANJAY MARINJAY GURINJAY, gue terbang bro," teriak Naren kegiarangan. Ia merentangkan tangannya dengan tubuh merosot melewati pegangan tangga.

"Dih si babi, gue bilang yang duluan nyampe di bawah tapi gak boleh curang. Gak jetot anying, emang anak setan!" maki Elio dengan nafas ngos-ngosan.

"Bodoamat, yang penting nyampe bawah, kan? Makanya lo tuh harus kerja cerdas, jangan kerja oon. Taruhan kita jangan lupa!!" Naren menaik turunkan alisnya dengan cengiran menyebalkan.

"Ogah ye kambing, bayar sendiri!"

Elio menghentakkan kakinya kesal, mengambil tempat di samping Bentala. Ia memeluk lengan besar Bentala, menyembunyikan wajahnya disana. "Benci banget gue sama setan durjanah disini. Ayo bawa gue ke Hogwarts," pintanya manja.

Bentala mendorong kuat Elio yang berada di sampingnya dengan wajah jijik, "Sialan lo, El."

"Weh ada balapan nih, ayo dah turun udah lama nggak ke circuit," heboh Jendra menunjukkan ponselnya.

"Lo pada aja sono, gue mau tidur," jawab Bentala malas.

"BENTALA LO HARUS IKUT YA SETAN, KALAU NGGAK MOTOR LO GUE DEREK PAKE GEROBAK SAMPAH!" pekik Ale mengeluarkan ancamannya.

Bentala menghela napas dalam, mencoba memberikan senyum penuh tekanannya. "Temen gue isinya kalau nggak binatang ya setan."

*****

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

CINEMA MASA ABUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang