Agen - 30

62 10 4
                                    

"Ordal? Teh, dia anak yang punya agen ini."

Senyap tidak senyap.

Suara Cici Paramida mengalun indah menyanyikan lagu Wulan Merindu dan menggema ke seluruh agen.

Suasana berubah canggung saat Aya dengan penampilan rapihnya juga bandana di kepalanya datang dan berkata seperti itu. Agan menaikkan kedua alisnya dan terfokus pada layar komputer untuk melihat-lihat stock opname. Identitasnya dibocorin begitu aja sama Aya. Cuma ya itu faktanya. Agan tidak menyangkal ataupun memarahi Aya. Toh, dia juga tidak briefing gadis muda itu sebelumnya.

Sementara dua karyawan di sebelah Agan menunjukan ekspresi terkejutnya. Apalagi si gadis kacamata yang minim senyum itu. Begitu mendengar perkataan Aya, dia langsung mati kutu.

Malu bukan main. Muka judesnya berubah jadi muka-muka nahan boker.

"Eh? Beneran, Mas?" Si yang berponi bertanya.

Agan melirik sebentar, lalu mengangguk, "iya."

"Ya Allah, Mas, maafin aku, ya, tadi kurang ajar." Si minim senyum langsung minta maaf. Bahaya kalau dia dipecat Agan, "...aku nggak tau."

"Santai aja." balas Agan.

Aya terkikik. Mampus lo!

"Aku pikir, yang punya mah Bang Utap." katanya si minim senyum lagi.

"Kalo yang punya Bang Utap, namanya kagak bakal Agen Agan, tapi Agen Utap." celetuk Aya, " eh Agen Aya aja, deh, biar berkah." lanjutnya sambil tertawa.

Agan ikut tertawa, "bisa aja lu sumpit mie ayam!"

Aya maju ke dekat kasir, lalu memberikan koin-koin 500 perak ke hadapan Agan, "tuker, dong, Kak. Gue mau jajan ke Naga, nih."

"Buset, lu abis jadi polisi cepe di mana, dah?" respons Agan seraya membuka laci kasir dan mengeluarkan beberapa lembaran uang untuk ditukar dengan koin Aya.

"Gue nabung, yeuuu."

"Yodah, berapa?"

"Gue tadi ngitung sih dua ratus ribu, cuma itung lagi aja. Takut salah."

Agan menoleh pada si minim senyum, "nama lu siapa dah?"

"Ira, Mas."

"Ada kerjaan kagak, Ra?"

"Ngga ada, Mas."

"Nah, minta tolong itungin koinnya Aya, nih." pinta Agan yang langsung dilakuin sama Ira. Gadis minim senyum itupun langsung menghitung koin dari Aya.

"Ke Naga ngapain?" tanya Agan pada Aya yang masih menunggu di depan kasir.

"Makan solaria."

"Wih, keren amat makan solaria."

"Iyalah, self-reward." Aya menyelipkan sisa rambutnya ke belakang telinga.

"Sendirian?"

Aya mengangguk.

"Kagak ama temen-temen?"

"Pada jauh rumahnya, di Bekasi kota semua. Kalo main pas lagi kuliah offline doang."

"Sian bener." komen Agan.

Aya tersenyum tipis dan mengangguk lemah. Cewek itu pun duduk di dekat kasir seraya menunggu koinnya selesai dihitung sama Ira. Agak lama karena koinnya Aya lumayan banyak kelihatannya.

"Lah, lu ngapain di sini, Ya?" Gustaf menyapa ketika pria itu lewat kasir dan melihat adiknya duduk di dekat kasir.

"Tuker koin."

Agen AganTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang