"Kenapa kagak beli di mall aja sih, Ti? Duit lu 'kan banyak!"
Narti mendelik pada Roni yang ada di sampingnya. Tangannya cekatan memilih-milih baju yang digantung penjualnya. Tanah Abang dipilihnya untuk ia sambangi bagi Narti yang sedang mencari baju baru.
"Selera baju gua di Tanah Abang!" ceplos Narti. Berhenti di salah satu toko baju bergaya Korea.
"Heh, Narti Asih! Tanggungan lu tuh dikit. Sesekali beli baju yang mahal, kek! Masa di Tanah Abaaang mulu."
"Heh, Roni Pardede! Lu harus ngertiin selera orang, dong! Gua begini bukan karena pelit... tapi gua udah srek aja belanja baju di sini. Lagian sama aja! Malah di Tanah Abang 500 rebu dapet 5 setel."
Roni geleng-geleng kepala, "Tiii, Tiii."
"Apa?!"
"Iya udah serah lu! Buruan, gua ditungguin Abah, nih."
Narti buru-buru milih bajunya. Sebelum ke Tanah Abang, dia sempat chat Roni apakah dia ada giliran mengantar barang ke Tanah Abang atau tidak. Beruntungnya ada, jadi tadi Narti nebeng naik VIAR ke Tanah Abang, sekalian anter barang.
Usai membeli bajunya, Narti dan Roni melipir dulu ke tokonya Oma untuk mengantar makan siangnya Gia.
Iya, Gia jaga lagi di toko Oma. Alasannya karena mengisi waktu luang aja. Seharian di rumah juga membosankan.
"Mbak Giaaa, ini makan siangnya..." seru Narti begitu dia dan Roni sampai.
Gia yang tadinya sedang duduk di kursinya lantas berdiri dan mengambil kotak makannya dari tangan Narti.
"Makasih, Mbak Narti. Eh, ada Roni..." sapa Gia begitu melihat Roni ada di belakangnya Narti.
"Yoi, Mbak."
"Lagi anter barang?"
"Iya, Mbak. Nih, barangnya... si ribet!" cetusnya seraya menunjuk Narti dengan dagu.
Gia memicingkan mata sambil tersenyum tengil, "cieee, pacaran ya?"
"Apasih, Mbak. Nggak, kok!" sangkal Narti.
"Belom, Mbak..." Roni menyengir, "tunggu aja."
Gia terkekeh.
"Eh, aku lupa deh, minuman abis. Tadi gitu kalo tau kamu ke sini, aku mesen, Ron." ujar Gia pada Roni.
"Ya udah, Mbak, pesen apa. Ntar saya ke sini lagi."
"Besok aja, deh. Kasian kamu udah ke sini."
"Kagak ngapa-ngapa, Mbak."
Gia menggigit bibirnya, "ehm, ya udah. Mesen teh botol 3 dus, teh kotak 1 dus, sama fruit tea merah kali ya 5 dus." pesannya, "cuma besok juga nggak apa-apa Ron anternya."
"Oke!" Roni mengacungkan jempolnya.
"Si Agan ke mana emangnya, Mbak?" Mbak Eci, penjual toko sebelah bertanya.
Gia mengulum bibirnya, "hm, lagi meditasi ke Tambun katanya, Mbak."
"Buset, gaya bener dia meditasi segala." Mbak Eci tergelak.
"Di Duri dia sial mulu soalnya, Ci." sahut Roni. "—jadinya kudu meditasi ke Tambun."
"Oh, buang sial ye judulnya."
Gia menghela napas berat. Agan lagi apa, ya, sekarang?
@@@
"Hati-hati turunnya, Ti!" Roni mengeraskan suaranya saat melihat Narti yang loncat dari bak VIAR. Bukannya apa, kalau terjatuh 'kan Narti jadi luka-luka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agen Agan
FanfictionDia bukan seorang raja ataupun seorang pangeran. Dia hanyalah seorang Agan. Pemuda penjaga sebuah agen yang pernah bermimpi menunggangi seekor kuda putih dan bertemu seorang gadis cantik yang disinyalir seorang putri. Namun ketika terbangun, yang...