PROLOG

108 48 39
                                    

Saat ini jam telah menunjukkan pukul 06.20 namun seorang gadis cantik belum juga terbangun dari tidur nya, gadis yang dikenal dengan nama Nadhifa Azzahra Mahira, gadis cantik berusia 23 tahun.

*CLEK

Pintu di buka dari luar, muncul-lah seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik.

"Yaallah anak ini, jam segini masih tidur" ucap mama.

"NADHIFA AZZAHRA MAHIRA, BANGUN UDAH SIANG" teriak mama di dekat telinga azza.

"Hua, yaallah telinga azza" pelik azza kaget.

"Apa mau marah?" Tanya mama.

"Hehehe, enggak kok mah" ucap azza.

"Aaa mama, apaan sih ini masih pagi loh lagian kan hari minggu juga. Biarkan lah anakmu yang cantik tiada tara ini bangun siang" lanjut azza dengan mata yang masih mengantuk.

"Ga ada bangun bangun siang, anak gadis ga boleh bangun siang nanti malas" ucap mama seraya menarik pelan telinga azza.

"Aduh aduh mah, sakit tau" ucap azza seraya mengelus-elus telinganya.

"Lebay kamu, mandi sana. Mama tunggu di bawa buat sarapan," ucap mama.

"Hm iyaa, azza mandi. Mama turun aja duluan nanti azza turun," ucap azza.

"Iya, awas jangan tidur lagi kamu kak" ucap mama, yang di anggukan oleh azza.

Setelah memastikan azza benar-benar bangun dari tidurnya mama turun kebawah menuju suami dan anak bungsunya berada.

Setelah mamanya keluar Azza berjalan membuka lemari pakaian untuk mengambil pakaian yang akan ia pakai, setelah menentukan mana yang akan ia pakai, ia berjalan menuju kamar mandi.

Setelah siap dan rapi ia berjalan menuju ruangan dimana keluarga, mama, papa dan adik tercintanya berkumpul.

"Good pagi semuanya, incess azza datang" ucapnya dengan sedikit berteriak saat melihat keluarganya.

"Apaan sih kak berisik tau, enak juga suara lo bagus ini kaya kaleng rombeng juga" ucap Al.

"Dih, suka-suka gue lah. Lagian mama papa juga ga protes napa lo yang sewot" ucap azza. Adiknya hanya memutar bola mata malas.

"Udah masih pagi juga" ucap mama.

"Mau kemana kak? Udah rapi aja" Tanya papa.

"Di rumah aja, siapa tau papa mau ajak kakak jalan makanya kakak rapi-rapi gini" ucap azza.

"Dih enak aja lo, kalau lo di ajak jalan papa berarti gue juga ikut. KAN ITU PAPA GUE JUGA" ucap Al dengan menekan kata 'kan itu papa gue juga'

"Dih mana ada, kalau pun iya papa hanya ajak gue. Kan lo anak pungut yang ditemui di tong sampah" ucap azza.

"Sembarangan aja lo za, lo kali anak pungut. Gue mah anak kesayangan" ucap Al.

"Udah diem, makan dulu nanti lagi berantemnya, papa juga bukan di relai malah di liatin" ucap mama dan papa hanya diam saja kalau menjawab takut kena marah lagi.

Matahari berganti bulan, malam hari pun tiba. Saat ini mereka sedang berkumpul di ruang keluarga sesuai keinginan sang papa yang katanya ada yang ingin di sampaikan.

"Mau bicara apa pa?" Tanya azza.

"Usia kakak berapa sekarang?" Ucap papa.

"23 tahun pah" jawab azza

"Udah pas ya, kalau papa kenalin sama anak teman papa kakak mau?" Tanya papa.

"APAAA?! Ma-maksud papa aku di jodohin gitu?" Tanya azza.

"Bisa di bilang begitu" ucap papa.

"Tapi papa ga maksa, kalau kakak bersedia menerima kalau kakak berat gapapa kakak tolak aja" ucap papa. Azza yang mendengar ucapan papa nya diam.

"Nanti lah pah, kan masih lama" ucap azza simpel.

"Iya kan papa hanya kasih tau dulu biar kamu ga kaget" ucap papa yang di anggukan azza.

Setelah percakapan antara ia dan papanya tadi saat ini azza sedang berada di kamarnya duduk termenung di atas tempat tidur seraya melihat kearah luar jendela kamar.
Azza percaya hidup adalah tentang sebuah perjalanan, dan semua tergantung pada kita yang menjalankannya bagaiman. Semua hal yang terjadi dalam hidup ini adalah takdir, sekuat apapun kita berusaha menjauhinya, jika takdir itu milik kita maka pasti ia mendekat pada kita. Dan sekuat apapun kita mendekat jika itu bukan takdir kita ia menjauh dari kita.
Sebab itu, yang sekarang harus azza persiapkan adalah kelapangan hati menerima takdir yang tertulis untuknya.

Fahri untuk AzzahraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang