Gara-gara Ular

1K 130 7
                                    

🕵️‍♀️👨‍💼

Apalah Klarisa kini, pekerjaan dadakan yang ia terima menyita kehidupan pribadi dirinya yang terpaksa dilupakan dulu.

Klarisa selesai memakai baju, karena tugasnya mengawal, jadilah ia memakai kemeja dan celana panjang bahan. Ia tak beli, tapi disediakan Bellona karena Darka akan berada di perkantoran supaya terlihat profesional.

Ponselnya menyala, chat masuk dari Darka. Dengan reaksi biasa saja Klarisa membalas chat tersebut.

Klarisa tersenyum sinis, ia letakkan ponselnya karena harus merapikan tatanan rambutnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Klarisa tersenyum sinis, ia letakkan ponselnya karena harus merapikan tatanan rambutnya.

Semua persiapan selesai, ia keluar kamar berbarengan dengan Darka yang berdiri di seberang kamarnya terpisah pagar dan tangga.

Penampilan Darka sangat rapi bak eksekutif muda. Ia menuruni tangga sembari memakai jam tangan.

Klarisa menyusul kemudian, ia bertemu asisten rumah tangga di tengah tangga, memberitahu jika Klarisa harus menyiapkan pakaian ganti lelaki itu. Di dalam hatinya, Klarisa ngedumel, ia pengawal bukan asisten pribadi. Lagi-lagi, ia lakukan karena gaji yang besar.

Ruang pakaian berada di pintu lain dalam kamar Darka. Klarisa tak takjub, baginya hal itu biasa bagi anak orang berduit.

Asisten rumah tangga menyiapkan tas, lalu mengarahkan Klarisa untuk tau tata letak pakaian formil dan non formil Darka.

Tampaknya, wanita itu tak enak hati dengan Klarisa karena atas permintaan Darka langsung supaya Klarisa yang siapkan.

Klarisa meraih dua kemeja, dua celana panjang, dua blazer dan satu ikat pinggang. Ia senyum-senyum sendiri setelah memasukan ke dalam tas besar merek desainer Paris lantas menutupnya.

"Pagi Klarisa," sapa Bellona.

"Pagi Tante," balasnya.

"Ayo sarapan."

"Nggak usah, Tan. Klarisa nggak biasa sarapan pagi." Ia masih berdiri di dekat meja makan.

"Ayo duduk dulu," pinta Bellona.

"Nggak usah, Ma. Pengawal ya berdiri," celetuk Darka sambil tersenyum masam ke arah Klarisa.

"Betul sekali bos! Tepat!" balas Klarisa yang membalas dengan senyum masam juga.

"Pagi," suara bariton Abdi terdengar dari arah belakang Klarisa. Wangi parfume mahal langsung tercium dari Abdi, ia sapa Bellona dengan kecupan di kening. Darka membalas sapaan Papanya dengan anggukan kepala. Ia begitu hormat dengan Abdi, apalagi baru digebukin beberapa waktu lalu. Mana bisa Darka belagu.

"First day, Kla. Nggak sarapan?"

"Nggak, Om. Nanti aja." Klarisa tersenyum.

"Pa, Ma, Darka berangkat sekarang." Ia berdiri dari duduknya, mencium pipi Bellona juga Abdi.

Magnetize ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang