Trigger warning // Harsh words, mention of bullying, miscarriage
💐💐💐
Paginya, ketika Vanessa keluar kamar untuk menunggu Marsel pulang, ia melihat pintu kamar anaknya terbuka. Ia pikir, Marsel sudah pulang, ketika ia menghampiri ternyata hanya maid yang sedang menyiapkan keperluan sekolah Marsel ke dalam tas.
"Marsel belum pulang?"
Maid itu menunduk lalu menjawab. "Masih di rumah temannya bu, saya disuruh mas Marsel untuk menyiapkan keperluan sekolahnya dan nanti diantar pak Aji"
Mendengar penjelasan maid membuat bahu Vanessa turun, lalu ia meninggalkan kamar Marsel. Sedih rasanya, puluhan telfon dan bubble chat dari Vanessa tidak terbalas sedangkan Marsel bisa menghubungi maid nya. Marsel jika tidak mau pulang bisa saja meminta Vanessa untuk menyiapkannya, kenapa harus maid?!
Vanessa memilih kembali ke kamar Marsel, jika Marsel tidak meminta biar Vanessa sendiri yang melakukannya. Maid terkejut melihat Vanessa yang kembali lagi.
"Semuanya udah dimasukin mbak?" Tanya Vanessa.
"Belum bu, ini baru buku-buku mas Marsel aja seragamnya belum"
"Yaudah mbak keluar aja bikinin bekal buat Marsel, biar saya yang siapin sisanya"
Maid itu mengangguk dan membungkukkan badanya sebelum pergi. Kini, Vanessa membuka lemari Marsel untuk mencari seragamnya.
💐💐💐
Pagi ini Marsel berangkat ke sekolah bersama Hendra dan ayahnya. Hendra benar-benar sudah tidak diperbolehkan membawa kendaraan sendiri, tadi pagi ia dengar kalau Hendra sudah kena tilang dua kali, kemarin dan satu minggu lalu. Marsel tak habis pikir, bukannya kejadian minggu lalu dijadikan pelajaran malah lanjut part dua.
Di dalam tasnya ada dua kotak makan, setelah ia buka ternyata dua-duanya isinya sama jadi dia pikir satunya diperuntukkan Hendra. Guru mata pelajaran pertama belum muncul juga, sedangkan bel masuk sudah sepuluh menit lalu. Marsel menidurkan kepalanya diatas meja, dia merasa mengantuk karna kurang tidur sedangkan Hendra sedang asik bermain game online.
Marsel akan benar-benar tertidur jika temannya yang bernama Luca tidak datang sambil menggebrak meja. Marsel langsung terlonjak kaget dan menatap kesal kepada temannya. Sedangkan si Luca hanya nyengir sambil meminta maaf. Ternyata Luca tidak datang sendiri, dibelakangnya ada Juan, adik kembar tak identik Luca. Marsel sudah bisa menebak apa yang membawa mereka kemari jika bukan-
"Warpit yu"
mengajak bolos. Kan, benar saja. Datangnya Luca dan Juan dari kelas sebelah pasti mengajaknya untuk bolos. Warpit adalah warung di belakang sekolahnya yang memiliki anak bernama Pitri, jadi warpit adalah Warung Pitri.
Marsel menatap datar dua temannya yang sedang menunggu jawaban, sedangkan Hendra masih fokus dengan permainannya.
"Lo emang gak ada guru?" Tanya Hendra tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ya lo pikir aja kenapa gua ada disini"
Hendra mengangguk. "Gua ikut Marsel"
"Ayo deh gue juga ngantuk pengen tiduran. Kayaknya ni guru juga ga bakal masuk"
"Tunggu dulu gue beres napa" Keluh Hendra.
Ketiganya mengangguk setuju untuk menunggu sampai Hendra selesai dengan satu permainannya. Juan dan Luca menarik kursi sembarang dan duduk. Sambil menunggu Hendra, Juan membuka topik.
"Eh lu tau ga cewek yang waktu itu caper sama lo Mar" Ini dia topiknya. Juan J nya jago gosip.
"Tau! Kemaren gue liat dia dibonceng cowok jirr" Sahut Luca dengan semangat tapi tak lupa untuk mengecilkan suaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
alright
FanfictionThrough all the mistakes I'm scared of the fact that you're leaving I know that we both had our reasons alright-keshi write in bahasa little bit angst, family issues