Setelah penangkapan itu, Aku dibawa ke kantor dan disidang langsung oleh Ustad Jamal. Meski sedikit takut, Galih menceritakan semuanya sambil meneteskan air mata. Aku pun tak sanggup berbohong. Ustad Jamal memarahiku habis - habisan.
Karena tak terima, Aku pun mengadu bahwa bukan Aku yg pertama melakukan itu. Aku menceritakan kejadian malam itu, yang mana Kang Hanif digilir oleh 2 satpam yg haus nafsu. Ustad Jamal langsung menyuruh Mas Iwan memanggil Kang Hanif, dan menelpon Pak Herman dan Pak Baron untuk segera datang ke Pondok.
Pak Herman justru menjelaskan, bahwa Ia sempat melihat ada yg melakukan hubungan tak senonoh. Aku pun ngotot bahwa sebelumnya, Pak Herman dan Pak... yang melakukan itu kepada Kang Hanif. Lalu Pak Herman membuktikan dengan rekaman CCTV. Ustad Jamal pun percaya karena Aku tidak memiliki bukti apapun.
Malam itu juga, Aku dihukum botak, berlari memutari lapangan upacara sebanyak 15x, lalu ditimpali lumpur dan berendam di sungai selama 1 jam. Saat direndam, Ustad Jamal membebaskan para santri untuk melempari dengan lumpur. Namun hanya beberapa yg melakukannya, karena memang pribadi ku yg dikenal baik sehingga banyak dari mereka yg tak tega.
Selesai hukuman, sekitar pukul 22:00.
Aku mengambil handuk dan mandi. Tak lupa sekalian junub. Aku langsung berganti baju saat di kamar mandi. Sarung hitam (bercelana dalam) dan atasan hitam. Ku buka pintu kamar mandi, dan ku kenakan peciku. Setelah ku taruh handuk dan peralatan mandiku, Aku segera pergi dari kamar dan langsung menuju masjid.
Aku disuruh sholat taubat, dan berdiam diri (duduk sila) hingga shubuh. Sambil diawasi oleh Pak Herman dan Kang Hanif.
Sekitar pukul 01:00, Aku tak kuat menahan pipis. Pak Herman mengantarku hingga WC agar Aku tak kabur. Ia menguntitku dari belakang. Saat memasuki ruang WC, tiba - tiba Ia membekapku menggunakan udeng. Aku berusaha berontak, namun tenagaku tak kuat dan badanku mulai mengantuk. Rupanya kait udeng itu telah dicampuri obat bius. Aku pun pingsan.
Ketika bangun, Aku berada di lantai gudang beralaskan gardus dan dalam keadaan terikat style hogtied. Masih menggunakan setelan yg lengkap, kecuali celana dalamku.
"Aghrmplh... Ahmpphh..." Aku berusaha berteriak, namun ada yg menyumpal mulutku. Rasanya sangat sesak.
Muncul lah Pak Herman dan Kang Hanif.
"Tenang saja Ilham, Kami bilang kamu minggat. Jadi, tak ada yg akan mencarimu." ucap Pak Herman.
"Lebih baik Kamu tidak melawan, atau akan jadi tambah parah Ham." ucap Kang Hanif sambil mengelus kepalaku.
Ia lalu mencopot lakbanku dengan sangat keras. Lalu mengeluarkan sumpalan di mulutku. Rupanya itu adalah celana dalamku sendiri.
"Kang, A..hogrmpllhhhh..", belum sempat bicara, Pak Herman langsung menyodorkan kontolnya hingga memenuhi mulutku. Meski belum ngaceng sepenuhnya, kontolnya memenuhi mulutku. Kang Hanif pergi begitu saja.
Pak Herman mengenakan seragam lengkap dengan sepatu pdl, wajahnya ditutupi masker buff dan tangannya masih dilapisi sarung tangan kulit. Ia duduk terlentang, kedua kakinya menahan badanku agar tidak banyak bergerak. Tangannya menjambak rambutku dan memaksaku menaik turunkan kepalaku.
Karena Aku sangat sesak, Aku coba mengigit kontolnya. Pak Herman langsung menamparku 4x. Ia mengancamku jika tidak membuatnya enak, Ia tak segan untuk menjadikanku sebagai budaknya selamanya.
Akhirnya Aku terpaksa memuaskan nafsunya. Aku coba menjilatinya.
"Aggrh... Bagus Ilham.." Ia mengelus kepalaku. Aku menjilati pangkal penisnya. Pak Herman lalu membuka lagi celananya hingga telurnya nampak. Aku menjilati telurnya, terkadang ku sedot. Lalu ku jilati mulai dari bawah, hingga ke atas.
"Ahh... Enak banget Ilham.." desahan Pak Herman, lalu Ia mengecup kepalaku. Aku mulai mengulumnya.
Kini Pak Herman menggunakan tangannya sebagai tumpuan. Aku mengulumnya tanpa harus dipaksa lagi. Mata Pak Herman merem-melek menghadap ke atas. Sesekali kakinya mengencangkan tubuhku.
"Ahhh.. Terus Ilham.." Pak Herman terus mendesah. Aku memainkan lidahku di lubang penisnya dan pucuknya.
Namun setelah 10 menit, Pak Herman tak kunjung orgasme. Ia melepas kontolnya, lalu mengangkat tubuhku hingga di atasnya. Lalu Ia menyuruhku bermain di putingnya. Aku sedot puting Pak Herman layaknya mengenyot susu.
"Ahhhhh.. Yeshh..." Pak Herman sungguh menikmati permainanku. Entah bagaimana bisa Aku melakukannya, Aku hanya berusaha agar tidak dijadikan budak selamanya.
Lalu Pak Herman mengangkatku lagi dan menaruhku di atas meja. Ia kembali menyodorkan kontolnya. Kali ini, Ia yg memajukan pinggulnya dan menahan kepalaku dengan tangannya.
Sering kali Aku tersedak karena Pak Herman mementok kan kontolnya hingga ke pangkal tenggorokanku. Namun Ia tak peduli. Ia terus memaksaku dan semakin lama semakin cepat.
Beberapa kali Aku terbatuk. Hingga 5 menit lamanya, Pak Herman menjambakku dan menahan kepalaku menempel penuh ke selangkangannya. Ia menyemburkan pejuhnya langsung ke tenggorokan-ku. Aku tersedak, namun Pak Herman justru menahan kepalaku lebih kencang.
"Telen!!" perintahnya. Aku menelannya, lalu kujilat kontolnya yg masih ada di mulutku.
"Ah ah ah.." desah Pak Herman.
Pak Herman masih memegang kepalaku. Cukup selama setelah orgasme, Ia ingin Aku benar - bener membersihkan pejuhnya tanpa tersisa sedikitpun. Tangannya yg terbalut sarung tangan kulit, menyentuh halus rambutku dan mengelusnya.
Setelah pejuhnya bersih di mulutku, Ia lalu memerapikan celananya. Wajahnya mendekat dan melepas buffnya. Kami bercimuan mesra, sembari Pak Herman menggunakan buffnya untuk menutup mataku, lalu kembali membiusku dengan udengnya.
-bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Penculikan Santri di Pesantren
Teen FictionWARNING! Cerita ini mengandung unsur lgbt dan bdsm. Seluruh cerita adalah fiktif, murni fantasi penulis dan tidak ditujukan untuk mengarah ke suatu instansi apapun. Ilham, seorang santri yang sangat tertarik dengan kegiatan bdsm (soft). Ia terobsesi...