Petra.

3 0 0
                                    

"Aku tak menyaka akan ada orang yang benar benar melamar. Sudah 2 tahun sejak poster itu di pajang, dan baru kali ini ada yang melamar." Aku menaruh ponsel ku di meja.

Aku keluar dari kamar, ingin mengambil sesuatu dari kulkas.

Rasa hangat dapat ku rasa. Sudah 3 jam aku mendekap di kamar yang dingin. Di dalam kulkas ada beberapa makanan di dalam nya, aku mengambil sebungkus roti.

Aku duduk di kursi ruang tamu, menatap layar televisi yang menyiarkan berita tentang gempa yang terjadi. Dalam beberapa hari terakhir, gempa memang sering terasa. Kadang kuat, kadang lemah. Sama sama membuat resah.

"Penyebab nya masih belum bisa di jelaskan. Jika gempa memang di sebabkan oleh tabrakan antar lempeng, itu seharus nya sudah membuat seluruh pulau Jawa terpisah menjadi dua. Tapi ini tidak begitu.

Gempa ini tidak dapat di prediksi kapan datang nya. Kadang gempa nya lemah, hanya membuat goyang lampu. Tapi kadang juga bisa besar, menghancurkan gedung gedung gedung. Seperti yang terjadi di wilayah istimewa Yogyakarta. Puluhan gedung rusak parah " jelas narasumber di berita.

" Membuat kepikiran saja. Apa baik ku pindah ke kalimantan saja? "Aku berdiri, berjalan menuju gudang untuk mengambil sapu. Sisa remahan roti berserakan di lantai.

Suasana di rumah ku sunyi. Hanya ada aku yang menghuni di rumah ini. Saat berjalan menuju gudang, aku menyempatkan diri untuk melihat lemari prestasi ku.

Dari seluruh piala, piagam, dan medali yang ada di lemari, hanya ada satu yang sangat berharga.

"Selamat kepada ananda Van Petra atas prestasi nya meraih juara 1 dalam kompetisi English International."

"I'm feelin british again, haha!" Aku tertawa mendengar aksen british yang ku buat.

Setelah selesai menyapu lantai, aku langsung meluncur ke kasur di kamar, tertidur.

***

Siang hari jam setelah makan siang, aku mulai bekerja. Aku membuka buku catatan, membuka laptop, dan juga menaruh ponsel di samping meja kerja.

"Oh, kau. Dimana kah engkau bersembunyi, wahai kerajaan?"

Dunia ini penuh misteri. Banyak sejarah yang di rekayasa oleh para pemenang, menyembunyikan fakta tentang yang sebenar nya terjadi.

Aku sangat percaya jika ada kerajaan yang sejarah nya di hapus oleh bangsa penjajah. Saat libur panjang, aku tak sengaja melihat ukiran ukiran pada dinding gua. Ukiran itu ditulis dalam aksara Jawa, Ayah yang memberi tahu.

Berbulan bulan aku mempelajari aksara Jawa. Orang tua menjadi bingung. "Sejak kapan anak kita sangat antusias dalam belajar aksara?" adalah perkataan Ibu saat aku sedang menghafal kosa kata dan menuliskan nya di kertas.

Aku menjadi sangat mahir dalam aksara Jawa. Aku cari kembali foto yang ku potret di gua itu, lalu di terjemahkan.

" Raja anugrah menyembunyikan artefak yang paling berguna seantero Nusantara. Temukan artefak itu, dan niscaya Nusantara kembali berjaya."

Terjemahan itu ku tulis di buku catatan.

Di mesin pencarian, buku sejarah, potongan potongan pesan. Tidak ada yang menjelaskan letak Kerajaan Pembangun dulu berdiri. Artikel tentang Kerajaan Pembangun juga tidak ada. Aku menemui jalan buntu sekarang.

Drrt. Drrt. Drrt. Ponsel ku bergetar. Itu dari Hay Bale, si pelamar kemarin hari.

"Mohon maaf, gedung nya di sebelah mana yah?" tanya Bale lewat aplikasi chatting.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Legendary ItemsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang