Satu

2.4K 138 9
                                    

Lily POV

Disinilah aku saat ini, diantara kerumunan manusia yang menghambur hamburkan uangnya demi kesenangan sesaat. Bau alkohol bercampur asap rokok sungguh mengepungku dan ini membuatku benar benar muak dan ingin muntah. Tuhan tau seberapa bencinya aku terhadap pekerjaan ini.

Aku hanya meringis sendiri, mengapa aku memilih jalan menuju neraka ini? Setiap hari menipu dan merampok, aku sama sekali tidak mendapatkan kepuasan setelah melakukannya. Justru aku selalu dihinggapi rasa bersalah dan merasa menjadi wanita yang paling berdosa.

Oh Tuhan, orang tuaku di atas sana pasti sangat malu memiliki anak gadis sepertiku. Diusiaku yang baru menginjak 22 tahun aku harus terjerumus dalam kejahatan seperti ini. Bahkan dimasa mudaku yang seharusnya diisi dengan belajar, kuliah dan melakukan hal positif malah ku nodai dengan pekerjaan hina ini. Tapi sekali lagi Tuhan begitu tau, jika aku telah berusaha mencari pekerjaan yang layak tapi tak pernah sekalipun goal. Akhirnya si putus asa sepertiku memilih berbelok dari pada mengambil jalan yang lurus. Ini satu satunya cara mendapatkan uang banyak dalam waktu yang singkat, daripada aku harus menjual kehormatanku.

Suara gaduh begitu mengganggu lamunanku. Astaga, seharusnya aku mencari mangsa bukan malah melamun dan meratapi nasibku. Dan entah mengapa suara gaduh ditengah lantai dansa membuatku penasaran. Apa yang terjadi?

"brengsek! Berani beraninya kau mengusik wanitaku!" ucap si kulit hitam menghardik seorang lelaki yang tak ku lihat dengan jelas wajahnya karna posisinya membelakangiku.

"ajarkan wanitamu untuk tidak menggoda lelaki lain, apalagi itu Dad ku!" ucapnya tak kalah bengis.

Astagaa! Mengapa aku malah menonton perkelahian kampungan ini, i have to move! Aku harus membayar pengobatan adikku minggu depan, aku harus mendapatkan uang banyak!

Aku membelah kerumunan penonton yang sedang memandangi perkelahian itu, bukan melerainya. Mereka sama kampungannya dengan dua lelaki yang berkelahi itu.

BUUKK!! BUKK!! Baku hantam terjadi diantara mereka dan sialnya mereka begitu menghalangi jalanku. Okay, aku sudah tak tahan lagi, lebih baik aku menghentikan perkelahian ini, daripada aku kehilangan sumber uangku malam ini!

"HENTIKAN!! STOP IT!!!"

Hening. Kemudian semua mata tertuju padaku. Bukan tatapan terpesona tapi tatapan mencemooh. Masa bodo dengan tatapan mereka, aku tak peduli, aku hanya peduli dengan uangku! Dua orang bodoh yang berkelahi itu memandangku dengan tatapan membunuh. Aku benar benar mencari mati hari ini.

"hentikan! Kalian pikir ini ring tinju? Berkelahilah diluar sana!" teriakku

"kau pikir kau siapa hah! Ini bukan urusanmu jalang!" kata si hitam pedas.

Hell-what? Apa katanya? Jalang? Sialan! Meskipun pekerjaanku hina tapi aku tak sehina jalang jalang yang menjual tubuhnya di club ini. Benar benar lelaki kurang ajar, pantas saja dia dihajar lelaki... ah yaa, mataku beralih pada lelaki itu... Astaga, titisan Adonis benar benar salah masuk istana! Mengapa ada lelaki setampan dia disini!

Oh lihatlah rahang kokohnya, mata elang yang dihiasi bulu lentiknya. Kurasa dia perpaduan Timur tengah dan Eropa, mungkin. Ya Tuhan, bibirnya bahkan terlihat menggoda meskipun darah segar mengalir disudut bibirnya. Benar benar lelaki sempurana. Dan aku mulai lupa jika si hitam harus ku beri pelajaran.

"aku bukan jalang, laki laki sialan! lebih baik kau urus saja badan hitam mu yang penuh dengan daki dan berbau busuk itu!"

Para penonton yang sedari tadi menjadikan kami objek tontonannya mulai gaduh dan tertawa. Begitu juga dengan si tampan yang dari tadi malah sibuk memperhatikan perkelahianku dengan si hitam tadi. Ya ampun, nada tertawanya saja begitu renyah ditelingaku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Barbie BanditTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang