chapter 1

46 2 2
                                    

Sakit... tulangku rasanya remuk dan jantungku seperti tertekan benda keras. Aku sudah muak, aku lelah, aku ingin mengakhiri semuanya. Tapi dengan cara apa lagi?

Sebenarnya apa yang aku lakukan dihidupku yang panjang ini? Apa yang aku tunggu sampai seperti ini? Kenapa tubuhku tetap bertahan sedangkan pikiranku sudah menyerah. Mungkin ini efek karena terlalu lama hidup atau mara yang sudah menumpuk hingga menjadi racun yang mempengaruhi ingatanku, aku lupa semuanya. Aku lupa kehidupanku dulu, alasan aku menjadi seperti ini dan sudah berapa lama aku menjalaninya.

Mataku hanya memandang lurus kearah bawah. Jikapun aku terjun aku tidak akan mati. Aku sudah mencoba jurang yang paling dalam, menggantung diri, membiarkan tubuh tersambar petir, tenggelam di laut, menebas kepala, menusuk jantung, bahkan menabrakkan diri, alih-alih berhasil tubuhku malah makin sakit. Darah, luka dan tulangku kembali kebentuk semula. Jantung ini pun berhenti untuk beberapa detik, hanya sepersekian detik lalu berdetak kembali seperti tidak terjadi apa-apa.

Lelah? Tentu saja aku lelah. Itu alasan terbesarku untuk menyerah dan memilih menjalani kehidupan yang menyakitkan ini, entah sampai kapan.

Angin pagi berhembus menerpa wajahku. Aku sudah tidak bisa merasakan angin ini, dinginkah atau malah hangat? Aku mendongak, langit tampak biru dengan semburat jingga. Seharusnya aku senang melihatnya, bukankah ini pemandangan yang indah? Tapi aku muak, aku tidak suka melihatnya. Apa karena aku bosan?

Dosa seperti apa yang pernah aku lakukan dimasa lalu? Sehingga tuhan marah dan mengutukku seperti ini? Apa dulu aku bodoh sampai tidak bisa memikirkan konsekuensi dari apa yang sudah ku perbuat? Penderitaan yang berkepanjangan dan sangat menyiksa. Kenapa aku memilih takdir ini? Aku lelah, aku ingin mati.
@@@

Pagi itu Gulf bangun lebih awal. Niatnya mau mengantar susu dan roti kerumah-rumah orang tapi ternyata dia dapat menyelesaikan kerja sampingannya secara cepat. Jarak rumah ke kampusnya cukup jauh alhasil Gulf memilih berdiam dikampus sembari menyelesaikan tugas dari kakak tingkat. Dia belum memiliki tugas mata kuliah karena masih berstatus mahasiswa baru.

Sambil mengunyah roti sisa kemarin, Gulf berjalan memasuki kawasan kampus. Dia melihat sekeliling, sepi tidak ada orang. Tentu saja siapa orang bodoh yang akan pergi kekampus jam setengah tujuh pagi? Kalau bukan Gulf sendiri.

Dia berjalan ke gedung C sambil menatap sekeliling. Jarang-jarang dia bisa datang sepagi ini kesekolah. Biasanya, karena kerja sambilan Gulf bisa berangkat kesiangan atau mepet jam masuk. Untungnya guru-guru disekolahnya dulu paham dengan keadaan Gulf dan memberinya sedikit kelonggaran. Tapi hal ini tidak membuat Gulf malas-malasan atau sengaja telat.

Gulf menghentikan langkah saat melihat seorang laki-laki tengah berdiri dipagar pembatas rooftop gedung B. Tanpa sadar Gulf berlari. Dia tidak peduli apapun sekarang, yang jadi prioritasnya adalah menyelematkan orang itu.

Dengan napas tersengal, Gulf mendorong pintu rooftop. Setelahnya dia segera mendekati laki-laki itu dan menarik tangannya.

"Jangan lakukan! Jangan berdiri disana, bahaya! Kau bisa jatuh, ayo turun kesini..." kata Gulf masih dengan napas tersengal. "Apa yang kau pikirkan? Apa kau ingin bunuh diri? Jangan, jangan lakukan itu..." Gulf masih membungkuk akibat nafas dan kakinya yang sakit. "Bunuh diri bukan jalan terbaik, turunlah dan aku akan menemanimu bicara," tidak ada tanggapan. Laki-laki itu masih diam menatap kebawah. "Turunlah dan bicara denganku, aku mohon jangan lakukan itu," Gulf sedikit menarik tangan si laki-laki. Ini berhasil membuat laki-laki itu menoleh menatapnya.

Satu kata yang dapat Gulf deskripsikan, cantik. Dengan kulit seputih salju, bola mata merah dan tubuh atletis. Apa laki-laki ini model atau malaikat yang turun dari langit? Gulf terpaku menatapnya sedangkan laki-laki itu menyeringai. Seringai yang mengerikan tapi juga tampan.

aku ingin matiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang