chapter 2

22 2 1
                                    

Gulf bekerja sambilan seperti biasa. Pagi dia akan mengantar susu dan roti kerumah pelanggan. Sore sepulang dari kampus dia bekerja di pom bensin dan malamnya di bar sebagai waiters. Semua itu dia lakukan disela kegiatan belajar. Terkadang saking capeknya Gulf tidur di kendaraan umum atau kelas. Untungnya ada New yang selalu membantu setiap pelajaran yang Gulf tidak bisa.

Gulf berjalan pulang dengan agak gontai. Hari ini dia sangat lemas, tidak seperti hari-hari biasanya. kepalanya juga masih pusing, apa ini efek gigitan goblin tadi pagi? Sepertinya Gulf harus minum obat demam sebelum tidur agar besok dia bisa bekerja lagi. Pandangannya mulai kabur, Gulf berhenti untuk sekedar menyender di pohon pinggir jalan. Uangnya tidak cukup untuk naik taksi atau kendaraan online tapi dengan kondisinya sekarang dia tidak mungkin berada dihalte bus tepat waktu.

Gulf melihat jam tangannya. Hampir pukul 10 malam dan bus terakhir akan datang. Gulf mencoba memaksakan tubuhnya berjalan, tapi pandangannya berputar dan dia pun ambruk.

Tubuh itu hampir menyentuh tanah jika sepasang tangan tidak menahannya. Laki-laki dengan setelan jas hitam menangkap tubuh Gulf tepat waktu. Dia menatap wajah itu agak lama sebelum akhirnya menggendongnya ala bridal style.

Gulf membuka mata, melihat sekeliling sambil mengumpulkan kesadarannya. Beberapa detik kemudian dia terkejut karena sadar sedang ada di dalam dalam mobil. Dengan takut dia melihat kearah pengemudi dan membulatkan mata melihat laki-laki yang dikenalnya tengah fokus menyetir ditengah cuaca malam yang tiba-tiba turun hujan lebat.

"Tu-tuan goblin, anda yang menolong saya?"

"Tuan-goblin??? Kenapa kau memanggilku seperti itu? Kau ingin membuat seluruh dunia tahu kalau aku adalah goblin?" Tanya Mew sambil mengangkat salah satu alisnya.

"Maksud saya tidak seperti itu, hanya..."

"Apa aku terlihat sangat tua untuk dipanggil 'tuan'? Umurku terhenti saat berusia 29 tahun,"

"Sa-saya hanya merasa tidak sopan karena tuan adalah dosen di kampus, dan saya nyaman dengan panggilan 'tuan'. Maafkan saya," kata Gulf sambil menunduk takut. Mew meliriknya sebentar lalu kembali fokus kedepan.

"Minum obat itu dan tidurlah, jangan membuatku makin repot manusia lemah." Kata Mew sambil menunjuk bungkus plastik berisi obat dan air mineral di dasboard mobil.

"Khopkhun-khap." Gulf segera meminum obat itu karena sakit kepalanya kembali menyerang. Dia ingin menunjukkan jalan ke kondonya tapi rasa pusing yang teramat hebat memaksanya untuk memejamkan mata, daripada dipaksa bicara dan malah menimbulkan masalah baru karena muntah di mobil orang.

Mew hanya melihatnya dalam diam. Tetap menjalankan mobilnya dalam posisi stabil sampai Gulf tertidur lelap.
@@@

"Apa kau menyukai bunga?"

"Darimana tuan ksatria tahu?"

"Kau tidak bisa berbohong, semuanya tergambar jelas di wajahmu," laki-laki itu tersenyum memandang perempuan yang tengah memegangi rambutnya yang tertiup angin. "Kau selalu menjaga mereka, dan tampak senang jika berada disini,"

"Karena mereka indah tuan. Bahkan ditengah peperangan seperti ini mereka terus tumbuh seakan mengajarkan kita para manusia untuk tidak gampang menyerah dan terus berjuang,"

"Perang ya? Kalau kau sendiri bagaimana? Apa kau takut?"

"Bohong kalau saya bilang tidak takut tuan, tapi saya percaya perang ini akan segera berakhir dan tuan beserta prajurit akan memenangkan perang ini,"

"Apa yang kau inginkan saat perang ini selesai?" Tanya laki-laki itu sambil terus menatap perempuan desa didepannya. Si perempuan tidak menjawab, dia hanya tersenyum lebar sambil menyodorkan setangkai bunga ke laki-laki itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

aku ingin matiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang