01

20 5 8
                                    

Pernikahan yang mereka adakan tak semewah cerita pada layar televisi maupun ponsel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pernikahan yang mereka adakan tak semewah cerita pada layar televisi maupun ponsel. Tidak banyak pula yang mereka undang, hanya keluarga terdekat dan sahabat karib. Bahkan, kolega Nakala tidak keduanya undang.

Alasannya terlalu sederhana, Ashela dan Nakala tak suka melihat kerumuman orang. Lagi pula pernikahan itu terjadi terlalu tiba-tiba, tidak ada persiapan ataupun perbincangan antara Nakala dan Ashela secara serius.

Hanya bermodal keberanian juga cinta kasihnya yang ingin ia tumpah-ruahkan pada Ashela, Nakala melangkah sendiri menghadap kedua orang tua Ashela. Bukan sebagai teman remaja SMA, tetapi dengan pangkat lebih tinggi.

Dengan teguhnya Nakala melangkah, kini bukan lagi remaja labil dan emosi yang maju tak gentar. Namun, seorang pria dengan jas lengkapnya yang dipenuhi tekad bulat. Nakala beri nama acara ini adalah, meminta Ashela Kinara dari orang tuanya untuk menjadi pendamping hidup Nakala Adrian.

Keluarga Ashela tentu kaget bukan main, anak kedua mereka diminta secara baik-baik oleh pria yang dulunya berlagak culun. Namun, ada yang sedikit menggelitik sang kepala keluarga, Naka datang sendiri, tanpa kedua orang tuanya saat meminang Ashela. Agaknya terlewat berani Nakala.

"Saya beri banyak apresiasi buat kamu dari keberaniannya, kalau diingat juga dulu saya melamar Ibunya Ashela nggak seberani kamu," tutur Ayah. Ia terkikik geli mengingat peristiwa itu, ditambah sikap Nakala yang terlewat berani saat ini. Ia benar-benar tak habis pikir.

"Tapi Naka, saya cuma bisa kasih restu aja. Semua keputusan ada di Ashela," ujarnya sembari memandang Ashela yang duduk menatap dirinya melotot. Tak hanya itu, tatapan sinis juga Ayah dapat dari anak sulungnya.

Nakala hanya mengangguk kaku, ia sedikit sadar atas perbuatannya saat ini. Tak ada wali sebagai pendamping, juga terlalu berani mendatangi keluarga ini tanpa perbincangan pada Ashela.

"Yah! Abang belum nikah, loh, masa Shela duluan?!" tungkas Biandra cepat, ia pandang Naka yang merunduk dalam dengan sorot mata bengisnya. Bagaimana bisa si sulung harus memilih untuk mengalah lagi? Dan kali ini persoalan pasangan, Biandra ingin dirinya dulu.

"Ya itu, mah, resiko kamu, Bang. Udah hampir 30 tahun masih hobi jadi bujang. Makanya kenalin itu yang ada di wallpaper hpmu," ucap Bunda sembari tersenyum manis, ia pandang putra sulungnya yang tampak kesal dengan kehadiran Nakala di tengah-tengah mereka.

Tangan Bunda menggenggam lembut tangan putri satu-satunya, ia usap pelan dengan ibu jari. Berusaha memberikan keyakinan atas jawaban yang akan diberikan Ashela nantinya.

Ia jelas sedih dan bahagia, putri yang keluarga ini lindungi segenap jiwa akan diambil dengan lembut oleh pria lain. Bunda juga senang saat mendengarnya, dirinya tahu betul siapa Nakala, pemuda baik hati yang dulu ia kenal sebagai remaja pemalu.

Namun, kali ini datang sebagai pria gagah, tak lagi labil saat masa remaja, ia tampak memikirkan hal ini matang-matang. Bukan lagi beralasan seperti dulu, mengajak Ashela pergi mengerjakan tugas kelompok, atau sekedar bermain sore hari. Saat ini lebih serius, mengajak putrinya menuju anak tangga lebih tinggi.

Guardian Of The EldersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang