(1)

146 15 0
                                    

Svetlana menatap dua orang didepanya ini dengan pandangan yang sulit diartikan, matanya berubah menjadi sendu ketika anak kecil didepanya memberikan sebuah bunga.

"Mama! ini dari papa, katanya untuk mama." Ujar anak kecil berjenis kelamin laki-laki itu dengan riang.

Svetlana menerima bunga itu dengan air mata yang menetes, ia kemudian melirik kearah seorang laki-laki berpakaian formal yang tersenyum tipis, senyuman yang dulu ia sia-siakan.

"Terimakasih, sayang." Ucapnya sambil melihat anak kecil itu, Dion Arizona, namanya.

Sedangkan Svetlana dapat melihat dari ekor matanya bahwa lelaki berjas itu sedikit terkejut melihat reaksinya.

"Sama-sama, mama!" Setelah mengatakan kalimat itu, Dion merentangkan tanganya girang. Svetlana tau apa yang harus dilakukanya, ia mendekat lalu memeluk putranya erat-erat.

*******

Sudah satu jam Svetlana melamun, perasaanya sangat sulit untuk dijelaskan. Ada perasaan senang, sedih, menyesal, kecewa, bercampur menjadi satu.

"Bodoh banget aku dulu," Setelah mengatakan hal itu, ia memukul kepalanya keras.

Menatap lurus kedepan, kemudian ia memejamkan matanya kuat-kuat saat sekelebat ingatanya yang dulu muncul kembali.

Saat dirinya mati mengenaskan karena ulah seseorang, tubuhnya hancur terseret oleh aliran air sungai yang deras. Saat penyesalan sudah tidak ada artinya.

Disaat itupun sosok yang biasanya selalu berdiri dibelakangnya, yang selalu mengulurkan tangan disaat dirinya terpuruk, yang selalu membelanya, juga ikut membenci keaadanya. Bahkan tatapan penuh cinta yang dulu Svetlana dapatkan pada saat hari itu hilang entah kemana.

"Terimakasih Tuhan, telah memberiku satu kesempatan untuk kembali hidup didunia ini. Aku akan mengganti ending yang menyedihkan itu menjadi ending yang menyenangkan."

Mendongak, menatap langit penuh harap pada Tuhan.

"Aku juga akan berubah menjadi yang lebih baik lagi untuk anaku dan juga suamiku, Haidar." Saat menyebutkan nama suaminya, Svetlana tersenyum simpul.

Saat sedang asyik-asyiknya melamun, Svetlana terlonjak kaget saat ada seseorang yang memanggil dirinya.

"MAMA!"

Svetlana menoleh, saat seseorang anak kecil menghampirinya, itu Dion, Anaknya.

Ketika kurang beberapa langkah lagi berada didekat Svetlana, anak kecil itu memundurkan langkahnya kembali, berdiam mematung dengan wajah yang ketakutan.

"Ma-af, Ma." Lirih Dion yang entah sejak kapan sudah berada didekapan Haidar.

Svetlana bingung, ada apa? kenapa Dion terlihat ketakutan? apakah ada yang salah dengan dirinya?

Saat berfikiran demikiran, Svetlana langsung tersadar sesuatu. Ia langsung menetralkan wajahnya dan tersenyum manis kepada Dion, bahkan sangat manis. Membuat pria dibelakang Dion terpesona akan senyuman Svetlana.

Ia tahu bahwa Dion takut melihat wajahnya yang garang, bukan karena sengaja, memang wajah Svetlana seperti itu. Wajahnya terkesan judes dan cuek, singkron dengan sifatnya dulu.

Svetlana berjalan menghampiri Dion, perempuan itu berlutut dihadapnya, mengusap surai lembut Dion, dan berkata, "Dion kenapa gak jadi nyamperin Mama? Dion takut sama Mama? Mama minta maaf, ya?"

Ucapan Svetlana dibalas anggukan singkat oleh Dion. Anak berusia 4 tahun itu terlihat sangat menggemaskan.

"Dion ingin bicara sesuatu?"

"Dion pengen main bareng Mama sama Papa." Anak kecil itu menunduk setelah mengatakan hal demikian, seolah pasrah akan jawaban mamanya dan sudah siap dengan penolakan.

Svetlana terkekeh, "Ayo! Dion mau main iapa?" Balas Lana dengan semangat.

Mendengar hal itu, Dion langsung mendongak dengan mata berbinar, "PESAWAT MAA," Sangking senangnya bahkan suara bocah itu menjadi sedikit berteriak.

Lana mengangguk girang, setelah itu mereka bermain bersama diruang keluarga. Dengan Dion yang asik dengan pesawat-pesawatan ditanganya, Svetlana yang tertawa gemas melihat tingkah Dion, tak lupa Haidar yang memantau mereka dari jauh dengan mata yang setia menatap Svetlana dengan sorot yang penuh damba.

"Dion jangan berputar-putar kayak gitu! nanti jatuh!" Khawatir Lana saat mendapati Dion berputar sambil membawa pesawat ditanganya, seolah berfantasi pesawat itu terbang.

Tak lama kemudian, hal yang tak diiingakn terjadi, karena Dion yang terlalu keaasikan hingga tak sadar tubuhnya limbung dan pesawat yang ia bawa terlempar mengenai wajah Svetlana.

"Aswhh," Rintih Lana kesakitan, wajahnya sedikit berdarah karena terkena benda lancip yang ada pada pesawat tersebut.

"DION!!"

Lana kaget dan reflek menoleh sambil memegangi wajahnya, melihat Haidar yang sekarang ini menampilkan wajah garang yang sangat kontras dengan wajahnya beberapa menit lalu.

Haidar menghampiri Dion, memandang anak kecil itu dengan tajam. "Kalau Mama ngomong itu didengerin." Tekan Haidar.

Svetlana hanya bisa melongo melihat tingkah Haidar. Anak sekecil itu sudah kena marah dengan orang berbahaya seperti Haidar??

Bahkan Dion juga tersungkur akibat limbung.

"CEPAT BERDIRI, DAN MINTA MAAF SAMA MAMA." Ucap Haidar dengan menggebu.

Dion hanya bisa mengangguk, dengan sorot wajah sedih. Ia memang bersalah dan Dion paham akan hal itu. Andaikan saja ia tidak bandel tadi, mungkin Mamanya tidak akan terluka, fikirnya.

"Dia memang ibu kamu, tapi dia juga istri saya." Ucap Haidar tegas, "Cepat minta maaf."

******

Apa yang ada difikiran kalian dengan cerita ini?

See u next,

Haidar ArdanarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang