Januari 2023
Malam itu merupakan malam buruk bagi Diva. Gadis yang sangat beruntung dalam segi relasi, keluarga, pendidikan, pertemanan, itu sangat terkejut ketika seorang tak dikenal mengunggah sebuah foto dengan unsur lain di akun pribadinya. Tak banyak bicara, yang Diva lakukan hanya tertunduk malu, dengan adanya berita yang meluas ketika ia dikabarkan sering dipakai oleh mantan kekasihnya. Badannya gemetar, alunan bicaranya gugup, sungguh bukan Diva yang seperti biasa.
Diva mulai menghapus semua jaringan pertemanannya di sosial media, ia yang terbiasa hidup beriringan dengan dunia maya harus mengakhiri kebiasaannya. Satu per satu kontak sudah dihapus, semua unggahan ia arsipkan, tidak ada lagi kehidupan di dunia maya nya. Menurutnya, sudah tidak ada lagi orang yang ia percaya, bahkan mantan kekasihnya pun tega menghancurkan hampir seluruh dari hidupnya.
Hingga tengah malam, badannya masih gemetar mengingat kejadian itu. Tidak ada satupun orang yang ia jadikan tempat bercerita, bahkan Desi yang notabennya sahabatnya sendiri. Ia benar benar kewalahan dengan pemikiran itu. Ia dihantuin rasa bersalah, dalam hati kecilnya sering kali berkata seakan akan menjelaskan kepada semuanya jika ia tidak melakukannya, tapi cukup naif untuk didengar, Diva memilih untuk memendam hingga reda.
"P login" notifikasi itu membuat Diva berimajinasi untuk menemukan kesenangannya kembali. Tapi di sisi lain ia masih sangat takut untuk berinteraksi kembali.
"ngga ah" jawabnya.
"lohh??? kenapa? tumben banget lo?" ujar Dyo menanyakan hal yang menurutnya wajar.
Kesalahan besar kembali dilakukan oleh Diva, ia bercerita kepada Dyo tentang apa yang dialaminya, karena Dyo sudah dia anggap sebagai orang asing yang mencoba untuk menjalin relasi pertemanan di hidupnya, sedikit yang Dyo tahu tentang Diva. Namun Diva memilih untuk menceritakan kejadian sebenarnya kepada Dyo. Tidak disangka, Pria berumur 17 tahun itu sedang dikendalikan oleh pengaruh alkohol. Diva merasa lega karena sudah menceritakan apa yang sebenarnya terjadi , walaupun isinya hanya motivasi, Diva merasa cukup akan hal itu. Diselingi dengan curhatannya ketika berhubungan mantan kekasihnya, ternyata Dyo dan Diva memilikin sebuah kesamaan. Pada saat itu, keduanya sama sama masih belum move on dengan mantan kekasihnya. Dyo mulai menceritakan pengorbanannya demi mendapatkan kembali yang sudah hilang. Diva cukup kagum karena pria itu menunjukkan bahwa ia sangat menyayangi mantannya itu. Tanpa ada sepotong kata yang mengarahkan keburukan mantannya, sungguh Dyo benar-benar terlihat tulus kepadanya.
Setelah adanya perbincangan itu, Diva selalu berfikir mengapa ia menceritakan hal bodoh itu kepada orang yang benar benar baru ia kenal. Dengan suasana hujan di kota Malang, Diva duduk di tepi ranjang miliknya, sembari memikirkan hal apa yang akan terjadi jika pria itu menyebar luaskan ceritanya. Tak jarang pulanDiva berfikir jika pria itu hanya sebatas penasaran kepadanya.
"nggak usah sedih, yok main?" yap, salah satu notifikasi yang Diva tunggu, ia sangat khawatir akan kelalaiannya, ia menyesal memiliki sifat oversharing.
"nggak deh, dluan aja" jawab Diva berusaha menenangkan fikirannya dahulu.
"oh iya, btw kamu mau pulang ke Jember kan?" Kapan tuhh?? Jalan yuk??" tanpa basa basi ajakan itu terlontar dari mulut Dyo.
"emm... aku dapet tiket tanggal 7 sih, hari apa ya itu??" jawab Diva senang.
"Okedeh kalo udah di Jember kabarin ya?!" Dyo mengakhiri percakapan antara mereka.
Hampir setiap malam Diva merenung di tangga teras yang terkonek dengan jalan. Hari hari Diva lewati sembari memikirkan keputusannya yang matang. Pada hari itu, dengan berat hati Diva meninggalkan kota yang ia sukai. Malang, kota seribu makna, kota relasi, kota yang mengenalkan hal baru dan mengajarkan banyak sekali perubahan dan motivasi baginya, harus ia tinggalkan dengan rasa gundah. Hingga di kereta, Diva tak henti hentinya memikirkan tentang kota itu. Sampai sekarang, Malang adalah kota yang membuatnya tenang.
— — — — — — — — — —
Hari ini adalah hari pertama Diva kembali ke Jember. Melakukan kegiatan seperti biasanya, menurut Diva bersantai di kamar tidurnya , memandang hiasan kamar, dan berkaca adalah hal yang sangat membosankan. Namun, Diva mengingat ada seorang pria yang masih tetap mau berinteraksi dengannya. Tanpa basa-basi, ia langsung menghubungi Dyo tanpa memikirkan bagaimana perasaan sahabatnya, ia tidak memikirkan bagaimana jika Dyo tidak mau bertemu dengannya. Sungguh ini adalah kali pertama Diva bertemu dengan orang asing sepertinya.
"aku udah di Jember" pesan singkat itu ia kirimkan di malam hari.
"oke, besok main yuk??" jawab Dyo.
Wajah Diva mulai memerah, ia tak pernah dise ragu ini bertemu dengan pria lain. Yang terlintas di fikirannya hanya ekspetasi Dyo kepada Diva karna ia takut jika ia tidak sama dengan yang Dyo fikirkan. Pukul 22.00 Diva meng-iyakan ajakan Dyo untuk keluar jalan jalan.
"tapi kamu yaa yang ngomong ke mamaku?" lanjut Diva untuk memastikan. Ia benar-benar takut bertemu orang baru.
"hahh?? kok aku??" jawab Dyo terheran. Karena mereka baru saja ingin bertemu, bahkan ia belum mengenal siapa itu Diva? tetapi sudah di pojokkan untuk berinteraksi dengan orang tuanya.
Sore itu, Dyo menjemput Diva di rumahnya. Diva tertunduk di ranjangnya. Ia takut jika tidak diizinkan oleh orang tuanya. Tangannya yang terus mengepal, memeras jari jarinya sendiri menandakan ia sangat khawatir, ia belum pernah merasakan setakut ini untuk keluar dengan pria. Sesuai dugaan, Diva diintrogasi oleh orangtuanya. Namun mereka tetap melanjutkan rencananya untuk keluar. Dyo membawa Diva ke suatu tempat, suatu padang yang menurutnya nyaman, tenang, dan lumayan populer saat itu. Mereka menghabiskan waktunya dengan ber-swafoto. Tak terasa matahari sudah terbenam, sungguh mereka menikmati padang savananya, rumput rumput hijau membentang luas, disertai beberapa hewan ternak yang dijaga oleh pemiliknya. Mereka memutuskan untuk pulang, selain orang tua Diva yang sangat protective, Dyo juga takut jika harus mengantarkan Diva di depan pintunya di malam hari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mi Ciélo [Never Miss The Old You]
Romanceini diary keduaku setelah story of my life, karangan ini kubuat pertama pada hari Senin,13 Mei 2024 dimana aku mengambil keputusan untuk tidak mengganggu hidupnya lagi, no offense but this is for u Dyo Eka Affandi.