25. Obsesi

1.8K 222 6
                                    





Sakura berserah saat suaminya membawa tubuh ringkihnya keatas kasur. Dia memeluk tubuh sang suami tanpa atasan. Begitu tiba diranjang. Suaminya memeluknya dengan posesif, lalu menciumi, menjilat lehernya, seperti seekor anjing yang memandikan anaknya.

Dia tertawa kecil, dia mengelus bahu atas suaminya yang keras. Terasa dingin, mungkin akibat dia menangis disana.

Mereka bertatapan tapi itu tatapan yang bisa dia mengerti, tatapan tajam seolah ingin menghukum seseorang.

"Jangan lakukan apapun."

Sasuke menyunggingkan senyum meremehkan. Di saat seperti itu istrinya begitu peka, berbanding terbalik bila dia sedang mencurahkan cintanya. Pujaan hatinya itu bahkan tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa hatinay tergerak sedikitpun. Dasar wanita jahat.

Kau sangat peka bila bukan tentang aku.

Wanita tidak peka. Tega sekali.

Sasuke bercelutuk dalam hati. Mengapa wanita itu sulit sekali dimengerti?

Sakura merasa pikiran penuh, yang tidak dapat dia ungkapkan terlintas di benaknya, dia menundukkan kepalanya. Dia tiba-tiba merasakan tangan sasuke di dagunya. Dia lalu mengangkat wajah wanita itu dan menolehkannya dengan lembut. Mata mereka bertemu, ia menyeringai.

"Apa yang akan kudapatkan bila tidak menggganggu mereka?"

"..."

"Istriku. Suamimu bukan orang yang murah hati."

"Aku tidak akan diam saja."

Sakura bersemu merah bukan karena malu dia kesal. Suaminya itu selalu mengambil keuntungan disaat posisi sulit sekalipun.

Mendapatkan keterdiaman istriny, sasuke belum kehabisan akal. Dia tau istrinya bukan wanita bodoh yang mengiyakan apapun yang dia mau. Meskipun tampak lugu, istrinya tidak dungu. Istrinya tidak mudah memberikan sesuatu tanpa memikirkan resiko, bahkan saat melamarnya pun, istri mungilnya itu terlihat tegas nan kokoh.

Wajahnya yang merah nampak jengkel. Dia menggemaskan. Dalam keterpaksaan, sasuke mengangguk pasrah. Dia tidak dalam posisi yang bisa mengabaikan wajah letih istrinya yang habis menangis.

"Baiklah. Aku tidak akan mengganggu mereka. Tapi pastikan kau membalas mereka."

Sakura tersenyum begitu manis hingga mencapai mata. Dia menurunkan tubuhnya lalu condong ke bahu sasuke. Dia mencium pipi suaminya mesra. Kecupan-kecupan ringan, namun membuat hati sasuke menari-nari.

"Terimakasih suamiku."

Sasuke terteguh. Dia menggeser istrinya menyamping, dengan melingkarkan lengan kirinya di punggung kecil istrinya. Sasuke mengangkat tangan kanannya untuk meletakkannya di dagunya dan mengetuk bibirnya yang lembut dengan jari telunjuknya seakan berpikir.

Iya aku suamimu.

"Kau menggodaku."

"Tidak. Kapan aku menggodamu?"

Sakura cukup kebingungan. Apa ciuman dipipi itu menjadi salah satu trik menggoda suami? Dia hanya menempelkan bibirnya. Tidak menyentuh area yang sensitif dari suaminya.

"Kau baru saja memanggilku terlalu mesra."

Telinga sakura berdegung dan memerah hingga kelehernya. Apa panggilan 'suami' itu adalah kata yang mesra? Bukankah itu panggilan biasa untuk pasangan suami istri?

"Itu panggilan biasa, bukan?"

Sasuke mengerutkan dahinya tidak setuju. Panggilan 'suami' itu menggoda telinganya yang sensitif. Itu terdengar seksi ditelinganya. Jangan ditanya lagi. Kejantangannya bahkan sudah mengeras dibawah sana.

Contract MarriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang