"Nduk..." Eyang putri membelai rambutku yang panjang. Eyang putri selalu menyukai rambutku yang panjang dan hitam, ketika itu aku berlibur di rumah eyang, rambutku selalu di berikan perawatan ala jawa tradisional, entah menggunakan minyak khusus atau sesuatu yang aku tidak tahu itu apa. Namun, yang jelas aku benar-benar menyukai ketika eyang sedang mengurus rambutku sambil berkidung senandung jawa yang bahkan aku tidak tahu arti liriknya itu.
"Nggih eyang..." Jawabku yang masih menikmati suasana yang asri di rumah eyang.
"Di dunia iki, neng tanah iki, wanita dianggap lemah oleh kaum lelaki. Ananging nduk, sejatine mereka takluk oleh kaum kita." Eyang putriku itu bertutur dengan lembut dan bersahaja, membuatku begitu tenang.
"Maksudnya eyang?" Tanyaku 'tak mengerti.
"Untuk saat ini, kamu ndak perlu mengerti apa yang eyang mu ini maksud. Kamu hanya perlu mengingat kata-kata eyang. Ketika kau sudah besar dan banyak makan asam garam, kamu akan mengerti." Tak henti-hentinya eyangku itu mengusap rambutku dengan sayang.
"Nggih yang." Jawabku dengan patuh nan polos. Tak pernah terbesit sedikitpun di kepalaku apa yang di maksud eyang saat itu.
"Ingat ya nduk, sak najan ing jiwo kita iku sejatine satrio penakluk ananging, ing jobo Kito kudu tampak koyo kembang kapas, putih, rapuh lan indah." Eyangku selalu tersenyum penuh ketulusan dan penuh arti, dan aku tahu eyang tidak pernah menyembunyikan arti jahat dalam senyuman itu. Eyang adalah makhluk yang paling tulus yang pernah aku temui dalm hidupku.
"Nggih eyang. Dilla akan selalu ingat." Aku membalas senyuman eyang itu denan sumringah. Merasakan bahak eyangku itu sedang memberikan hal-hal baik dalam hidupku kelas.
Waktu itu umurku 10 tahun, ketika eyang menyampaikan pesan itu. Seperti yang eyang katakan waktu itu, aku memang belum mengerti apa yang di maksud eyang dengan kalimat-kalimatnya itu. Namun, sekarang ini umurku hampir 17 tahun, tinggal menunggu hitungan hari dan aku sekarang sedikit banyak mengerti akan pesan eyang waktu itu.
"Ahhh....ssstt... Dill..." Leon, cowok tegap nan maskulin itu tengah membelai rambut hitamku, sedang diriku sibuk dengan dirinya yang tegang dan keras di bawah sana. Dan jangan lupa sangat panas.
"Hmmm... mm.. mmm" Aku merasakan mulutku penuh dengan rasa tegang itu. Menjilatinya seperti ice cream yang begitu lembut, dan mengulumnya seperti kembang gula, memutar lidahku pada ujungnya yang tegang.
"Ohhh...hmmm Dil." Leon kekasihku itu seolah pasrah dan meremas jok mobil yang ia duduki. Mukanya memerah, aku tahu dan aku hafal bahwa ia menanti detik-detik mendapatkan pelepasannya. Pelepasan yang aku tunggu, karena aku tengah membantunya dalam mencapai itu.
Aku melepaskan kuluman ku dan menggunakan tanganku, memandang wajahnya yang semakin pasrah dan berharap, satu tangannya telah sibuk meremas dadaku. Aku menunduk lagi, mengulumnya dan mengkombinasikan dengan tanganku. Berharap Leon segera mendapatkan pelepasan nya karena perutku telah meronta. Meski begitu, aku masih dengna sabar menunggu momen-momen itu, momen dimana ia melepaskan ketegannya karena diriku, sungguh sanagt sexy dan menggairahkan untukku dan tentu saja menjadi sebuah kepuasan tersendiri untukku, melihat seorang lelaki mencapai puncaknya karena diriku.
"Oh ..oh.. Dill aahhh..." Cairan kental itu menyembur dalam mulutku, sebagian meleleh di sela-sela bibirku. Dengan segera aku meraih tissue yang ada, membuang cairan itu dari mulutku dan membersihkan sisanya. Aku tidak ingin sperma Leon menjadi menu pembuka makan malam ku, itu saja.
"Enak?" Tanyaku yang masih sibuk dengan tissue-tissue itu. Namun, setelah itu aku menatapnya, memberikan semua perhatianku sepenuhnya pada dirinya. Salah satu threat yang aku berikan kepada orang-orang yang aku sayangi, salah satunya adalah lelaki yang saat ini sedang berada di hadapanku saat ini.
"Selalu." Dia tersenyum puas padaku sambil menutup resleting celananya. "Terimakasih baby." Dia mengecup bibirku dengan manis dan mampu membuat ku tersenyum dan kembali pulih dari rasa lelah setelah melakukan oral padanya. Dan menimbulkan sedikit rasa bangga pada diriku. Tentu saja aku bangga, kan sudah ku katakana padamu, membuat lelaki mencapai puncak kenikmatan karena diriku adalah sesuatu hal yang menjadi kepuasaan dan kebanggaan tersendiri bagiku. Kalua tidak percaya cobalah, dan kamu akan mengerti apa yang aku maksud.
"Aku laper babe. Butuh asupan gizi." Kataku memelas pada Leon. Dan tentu saja di setujui oleh cowok itu. Melajulah mobil kami, meninggalkan pinggir jalan yang gelap dan sepi, dimana sekitar 15 menit yang lalu Leon menghentikan mobilnya karena ada sebuah desakan yang harus di tuntaskan, dituntaskan dengan mulutku. Sebenarnya sedikit lucu untukku, tiba-tiba saja ia merasa ingin dituntaskan, namun kami barulah di masa remaja, dimana gairah kami menggebu-gebu dengan gelora yang begitu indah. Wajar saja ketika Leon kekasihku ini tiba-tiba keras begitu saja dan membutuhkanku untuk pelepasannya yang nikmat.
Leon adalah kekasih pertamaku saat SMA waktu ini, maksudku waktu pertama kali masuk SMA di semester pertama aku sempat malas memiliki kekasih karena mantan pacarku yang brengsek waktu SMP. Tapi, Leon berjuang untuk meyakinkan ku untuk menjalin hubungan dengannya. Hampir satu tahun ia berjuang untuk mendapatkan ku. Akhirnya aku setuju untuk menjalin hubungan dengannya, Cinta? Aku tidak tahu apakah aku mencintainya atau tidak, yang aku tahu, Leon berani berjuang untukku. Hal itulah yang membuatku beigtu luluh, dan berani untuk mengatakan ya dalam sebuah hubungan yang awalnya aku masih ragu, dan terombang-ambing antara rasa ingin dan rasa takut.
Lagi pula, Leon tidak tahu siapa aku yang sesungguhnya, maksudku latar belakang ku yang adalah seorang putri semata wayang dari pengusaha properti dan hotel paling sukses di negeri merah putih ini. Bapak Hendrix Wicaksono adalah ayahku sedang ibuku adalah Ayu Wulan Wicaksono. Leon hanya tahu aku sebagai Dilla Ayu, seorang siswi SMA yang biasa tanpa embel-embel di belakangnya. Tidak seperti mantanku waktu SMP, dia benar-benar brengsek.
Aku lebih suka begitu, berteman ataupun menjalin hubungan tanpa menggunakan embel-embel di belakangku. Kalian tahu kenapa? Karena dengan hal itu aku bis amenemukan orang yang ingin mnejadi temanku ataupun kekasihku dengan perasaan yang tulu tanpa menuntut apapun. Aku tahu pada dasarnya manusia itu baik, seperti itu yang selalu eyang ajarkan padaku. Namun, terkadang kita akan di pertemukan oleh manusia-manusia yang brmaksud tertentu kepada kita, entah bermaksud baik nan tulu ataupun sebaliknya. Yang paling penting kita haruslah tetpat berwaspada dan berdoa kepada Tuhan untuk selalu dipertemukan dengan manusia-manusia baik dalam hidup kita. Dan beruntungnya aku bertemu dengan Leon di waktu ini, dan teman-teman yang selalu mendukungku meski mereka tahu aku hidup dengan sederhana dan tanpa tahu aku memiliki jumlah kekayaan yang melebih apa yang mereka punya meskipun di gabung menjadi satu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LIONTIN
Randomkisah seorabg gadis yang sedang berproses dan mencari jati diri dan apa arti dari cinta yang sebenarnya di tengah hiruk pikuknya dunia dan betapa ganasnya dunia