CHAPTER 01

3 1 0
                                    

Welcome...

Disclaimer!

Please pay attention for a moment!
[Mohon untuk perhatiannya sebentar]

-perhatian pembaca minimal berumur 14+
-banyaknya perkataan kasar didalam cerita tanpa sensor!
-dibeberapa chapter terdapat darah!
-hati-hati terdapat jumpscare di tengah-tengah cerita.
-terdapat banyak adegan kekerasan, penganiayaan, pembunuhan dan lain-lain.
-tidak ada berbau homophobic!, ini bertema persaudaraan!
-mohon beberapa adegan kekerasan jangan untuk ditiru!, karena bisa saja melanggar hukum jika melakukannya .
-jika tak menyukai cerita ini, silahkan pergi jauh dari lapak saya!
-jika terdapat kesamaan alur, nama tokoh, judul cerita dan lain-lain. Mohon dimaafkan dikarenakan tidak adanya ke sengeja'an author.
-nama-nama tokoh saya ambil dari kehidupan nyata, hanya saja ada beberapa yang saya ubah.
-rumah atau, latar cerita atau tempat lainnya. Bisa jadi ada di real life.
-so enjoy my book.

Jika ada beberapa alur  judul dan nama tokoh maupun latar tersendiri memilki kesamaan mohon dimaklumi dikarenakan tidak disengaja.

Happy Reading Readers

Tepat tengah malam pada pukul 00.00, kini si delapan bersaudara alias keluarga Veronica telah tertidur pulas hanyut dalam mimpi mereka masing-masing.

Tetapi entah mengapa sang sulung nampak kesulitan untuk tidur, padahal di pagi hari esok ia harus bekerja hingga lembur, di pabrik karet.

Perasaan aneh yang tiba-tiba muncul dari sang sulung. Makin menjadi-jadi, akhirnya ia hanya memilih untuk tidur diruang tamu saja.

Nampak kini ia sedang berbaring sembari mencoba memejamkan mata dan menghiraukan suara-suara aneh, yang sedang berkecamuk didapur.

Sejak saudara-saudara nya tidur. Mulailah suara-suara aneh itu muncul sendiri. Terdengar seperti ada yang sedang memasak. Mencuci piring, sendok dan garpu yang saling beradu. Dan yang paling aneh lemari piring berguncang kuat.

Namun, hal itu tak membangun ke tujuh saudara nya. Entah karna mereka memang tak mendengar nya atau.

Itu memang hanyalah sebuah gangguan yang dialaminya.

Mulanya ia mengabaikan suara-suara yang beradu itu, tetapi semakin ia abaikan semakin menjadi pula suara-suara yang cukup menganggu itu.

Tak seperti biasanya, kini ia mulai dilanda perasaan gundah di hatinya. Disaat ia mulai ingin berusaha memejamkan matanya sekali lagi tiba-tiba.

"Kakak.." cicit seorang gadis dari balik pintu kamar.

Rambut nya dikuncir satu, surainya berwarna hitam pekat, netranya biru laut menyala. Ia mengenakan pakaian piyama merah gelap seperti diri nya, sembari memeluk boneka hiu nya.

Sang sulung hanya merespon dengan menatap datar, nampak ia perhatikan sang adik sedang ketakutan. Karna terlihat dari raut wajahnya kini dilema rasa takut, gelisah dan cemas yang berlebihan.

Sang sulung yang tahu apa yang dimaksud sang adik pun hendak berkata," jangan takut, sini" ujarnya sambil mengambil posisi duduk kembali.

Sang adik yang mendapat respon positif dari sang kakak pun menghampiri dan duduk tepat disebelah sang sulung.

Ia mendongakkan kepalanya, nampak wajahnya pucat karna ketakutan," kak lira.., Kirana takut.." cicit sang adik.

Alira menoleh kearah Kirana. Alira mengelus pelan Surai nya," Gapapa" hanya kata-kata itu yang bisa diucapkan nya, walaupun begitu ia juga merasa cemas. Hanya saja wajahnya datar tak terlalu menampakkan secara jelas emosi yang dimiliki.

HOUSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang